025

6.1K 631 5
                                    

Mew POV

Aku menunggu Gulf di ruanganku hingga waktu menunjukkan pukul enam sore. Di mana hampir semua karyawan sudah pulang ke rumah. Bahkan Podd. Karena ia harus menyiapkan diri untuk kepergiannya besok siang ke New Zealand. Akhirnya Podd bisa liburan juga. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya dia sekarang.

Namun mataku terus tertuju pada handphone-ku. Menunggu panggilan dari Gulf yang masih bekerja di ruang sebelah. Karena tak kunjung ada kabar, akhirnya aku menghampirinya.

Ruang kerja Gulf terlihat masih terang. Siluet dirinya tergambar di kaca buram yang menutupi ruangan itu. Ia masih bekerja. Aku mengetuk pintunya. Terdengar sahutan di sana. Lalu aku masuk ke dalam.

Ia terlihat terkejut saat melihatku masuk ke dalam.

"Pekerjaanmu masih banyak?" tanyaku yang membuatnya mengecek jam dinding di ujung sana.

"Maaf, pak. Saya lupa kalau malam ini saya janji dinner bersama bapak..." ujar Gulf yang terlihat langsung membereskan meja kerjanya.

Aku menghampirinya lalu mengusap kepalanya dengan lembut. "Kamu bekerja terlalu keras, Gulf."

Anak itu bergeming. Ia terlihat mematung di kursinya.

"Kamu tunggu apa lagi? Ayo! Kita harus pergi sekarang..." ujarku lalu diikutinya di belakangku.

...

Gulf POV

Tidak seperti biasanya, Mew mengendarai mobilnya sendiri. Aku terus memandanginya yang terlihat begitu ceria sejak pagi tadi. Ia bahkan bergumamkan nada lagu yang tidak kuketahui. Ia terlihat sangat berbeda dari kemarin. Padahal aku tahu tidak ada perubahan signifikan padanya. Hanya aku yang memandangnya secara berbeda sekarang.

"Gulf, sampai kapan kamu akan memandangi wajah saya?" ujar Mew membuyarkan lamunanku tentang dirinya.

"Uhmm? Saya tidak memandangi Anda."

"Mulai saat ini panggil saya Mew ketika sedang berdua. Semestinya kamu lebih tahu itu karena sudah sering melakukannya, bukan?" ujarnya lagi lalu diikuti tawa kecil di sana.

Aku ikut tertawa kecil. Aku tidak menyangkal tentang fakta itu karena memang benar aku sering memanggil atasanku itu dengan sebutan nama saja ketika di luar kantor. Namun aneh saja ketika harus memanggilnya nama karena permintaannya.

"Gulf, berhenti memandangi saya. Atau saya akan kehilangan konsentrasi..." ucap Mew ketika menangkap basah aku masih memandanginya.

Aku hanya membuang pandanganku ke arah luar jendela. Tanpa sadar senyumanku merekah di sana. Entah bagaimana, tapi malam ini aku merasa sangat bahagia.

...

Terlihat gerbang besar yang familiar di ujung sana berhasil membuyarkan lamunanku. Mobil meluncur masuk ketika gerbang tersebut terbuka lebar. Aku menoleh ke arah Mew. Menuntut sebuah jawaban dari pertanyaan tersiratku.

"Saya tidak suka berbagi momen saat bersama kamu dengan orang lain..." ujar Mew tanpa melihat ke arahku lalu menyunggingkan senyuman di sana.

Aku hanya menghela napas panjang. Mencoba mengerti jalan pikirannya. Tetapi tetap saja aku masih belum mengerti. Apakah Mew akan terus mengajakku menghabiskan waktu bersama di rumahnya?

Aku berjalan mengikutinya masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya terlihat sangat berseri. Ia terlihat begitu senang. Begitupun aku.

"Sampai kapan Anda tersenyum?" ujarku menggoda Mew yang memang sejak tadi hanya tersenyum sendiri.

Tiba-tiba ia menarik tanganku hingga jatuh ke pelukannya. Kedua tangannya mendekap erat tubuhku. Wajahnya jatuh ke dalam ceruk leherku. Aku bisa merasakan hembusan napas hangatnya dan wangi tubuhnya.

"Mew..." bisikku. Sekecil mungkin. Mencoba tidak menarik perhatian karena kami berdua masih berdiri di dekat pavilion menuju rumah pribadi Mew.

Mew bergeming. Ia masih memelukku erat. "Lima menit, Gulf. Biarkan aku mengisi bateraiku malam ini untuk esok hari..."

Aku hanya terdiam sesaat mendengar itu. Lalu membalas memeluknya. Pasti berat menjadi seorang yang super sibuk sepertinya. Apalagi aku tahu, minggu ini akan ada rapat direksi dan syuting web series nya akan segera dimulai.

Suasana seperti ini tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Apalagi bersama seorang Mew Suppasit. Tiba-tiba perutku mengeluarkan bunyi nyaring yang membuat Mew melihat ke arahku lalu tertawa.

Aku terlanjur malu hingga menjatuhkan wajahku di atas dada Mew. Menutupi wajah memerahku.

...

Tipikal Gulf Kanawut. Lagi gemes-gemes ada aja tingkahnya. Gimana nggak minta diunyel-unyel sama Mew Suppasit??

Ahhh sudahlaah. Mari jadi udara di real life dan di AU ini juga ya😂😂😂

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang