9. menyebalkan.

5.7K 222 3
                                    

Di dalam mobil. Gue ga memulai pembicaraan apapun sama dia. Gue malu setelah apa yang terjadi tadi.

"bagaimana kamu bisa dapat ide buruk seperti itu?" Tanyanya sambil menatap jalanan malam kota jakarta. what?? Ide buruk?, itu ide terbagus yang pernah terlintas dipikiran gue, emang ada gitu yang lebih bagus lagi?? Gue pernah berpikir buat bunuh diri. Tapi ga ah gue takut, masih banyak dosa, hanya karena cowok itu masa iya gue harus mengakhiri hidup. Gue kan strong. Ga akan sampe ke situ.

"Gue ga mau ngomong sama lo, jadi pertanyaan lo ga gue jawab. Cukup antar gue sampe rumah, dan biarkan gue istirahat" ujar gue judes. Biarin aja dia mau nganggep gue kasar lah keras lah.

"Mulai besok saya ga bisa anter jemput kamu, karena saya harus ikut pelatihan sebelum satgas" gumamnya tapi masih bisa gue denger. Kalau ga salah dia bilang satgas, atau gassat ya??.

"Satgas? Apa itu satgas?" Tanya gue yang ga ngerti maksudnya.

"Satuan tugas, 3 bulan lagi saya akan di berangkatkan ke daerah perbatasan" ujarnya memberitahu gue, ya ini kesempatan bagus. Gue ga berlama-lama dekat dengan energi buruk macam dia.

"Bagus dong kalau gitu, perjodohan ini ga akan berhasil." Ujar gue senang bukan kepayang.

"Berdoa saja semoga benar"

🌸🌸🌸

Akhirnya sampai juga dirumah. Pengen cepet mandi terus bobok syantik.

"Ngapain masih disini? sana pulang lo" ujar gue mengusir. Ya jelas lah. Terus ngapain? Mau ikut masuk nganter gue gitu?.

"Itu mobil orang tua saya" ujarnya membuat gue terkejut lantas mengalihkan pandangan ke mobil putih yang di halaman rumah gue.

"Sasa, Arkan masuk nak" ucap papa gue. Yang tetiba udah berdiri aja depan gagang pintu.
Gue dan Arkan pun masuk dan di ruang tamu udah ada keluarganya Arkan.

"Sasa, kamu minta maaf geh sama om Hamdan dan tante Dina atas perilaku kamu yang tidak sopan kemarin" ucap mama gue dan ini perintah. Harus gue laksanain.

"Om tante, Sasa minta maaf soal kemarin. Karena sasa"

"Udah nak. Ga masalah. Kami juga mengerti kamu baru pulang dari kerja. mendengar kabar dijodohkan merupakan hal yang wajar kalau kamu kaget" ucap wanita paruh baya ini. Memutus perkataan gue. Mamanya Arkan memang terlihat bijaksana.

"Jadi gimana? Kalian udah deket? tinggal kami para orang tua menentukan tanggal pernikahannya." Tanya papa gue. Super mendadak banget sih baru juga beberapa hari yang lalu. Masa yang ditanya udah deket apa belum. Coba nanyanya udah nyaman apa belum ntar gue jawab nggak akan pernah nyaman sama cowok aneh ini.

"Ma, pa, Sasa dan Arkan" ucap gue. Gue berniat untuk bilang ke papa dan mama kalau gue ga bisa. Dan ga akan pernah bisa menerima Arkan sebagai suami gue. Tapi mama malah memutus ucapan gue.

"Iya sayang kami sudah tahu kalian pasti sudah saling suka" duh mama kenapa sih tingkat percaya diri mama tinggi. Mah, Lihat Sasa mah, apa ada wajah bahagia Sasa tentang perjodohan ini??. Gue menoleh ke Arkan dan mengkodenya untuk membantu gue bicara. Dia juga orang yang menolak perjodohan ini.

"Ayah, bunda, jadi maksudnya Sasa" ucap Arkan kemudian menggantung karena dipotong oleh tante Dina bundanya arkan. Ya Allah susah banget sih ngomong sama mereka. Ga ada yang peka apa ya??.

"Kalian pengen tanggalnya dipercepat?" ujar bundanya Arkan dengan mata berbinar, gue akui meskipun udah tua, bundanya Arkan tetap terlihat cantik dan anggun.

"itu bagus mbak, anak-anak kita dengan cepat pendekatannya, kita percepat juga tanggalnya" ucap mama gue menggebu.

"Mah pah" ucap gue berusaha lagi tapi tak di dengar oleh mereka hanya Arkan yang menoleh ke arah gue. Baik keluarga gue maupun keluarga Arkan tampak bahagia. Mereka sampai tidak mengindahkan perkataan gue. Langsung memotong begitu saja. Sepertinya kehidupan gue memang berakhir seperti ini. Gue pun berjalan lunglai ke atas meninggalkan mereka yang tengah asyik mengobrol.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang