33. Bodyguard.

5.8K 212 4
                                    

Lorong - lorong rumah sakit tampak sepi. Sementara itu, Di ruangan rawat inap nia Masih tertidur pulas. Di samping tempat tidur, ada aldo yang senantiasa menjaga nia, memegang tangannya. Aldo masih terjaga, kedua matanya menatap lekat wajah nia yang tertidur pulas.
Sasa dan Arkan masih terlelap di dalam alam bawah sadar mereka masing - masing. Posisi tidur mereka, Sasa menyandar di bahu arkan, sementara Arkan memeluk sasa. mereka tidur di atas sofa.
Hingga Adzan subuh berkumandang, Membangunkan Arkan dari tidur lelapnya.

Pelan - pelan Arkan membuka mata dan menatap wajah sasa yang sedang tertidur pulas di bahunya.

"Cantik" gumam Arkan. Wajahnya semakin mendekat dengan wajah sasa, hidung mereka yang sama - sama mancung saling menempel
Dan,,

"Bang. harap dikondisikan. Ini rumah sakit jangan" seloroh Aldo yang membuat Arkan sadar apa yang akan dia lakukan barusan. Belum selesai Aldo bicara langsung dipotong oleh Arkan.

"Abang mau cium kening saja memang itu salah?" Jawab Arkan menutupi groginya, sebenarnya bukan itu yang ingin dia lakukan. Kemudian bibirnya ia tempelkan di kening sasa. Arkan menghirup dalam - dalam aroma sasa.

"Kirain bibir. Habisnya tuh bibir abang monyong - monyong gitu" ucap Aldo tertawa pelan, tetapi tidak ditanggapi oleh Arkan.

"Tapi saya masih penasaran dengan pernikahanmu yang usianya sudah satu bulan lebih bang. mbak sasa masih segelan bang?" Tanya Aldo tanpa ragu. Mendengar pertanyaan Aldo Arkan merubah raut wajahnya menjadi tidak suka akan pertanyaan sang adik.

Aldo yang melihat perubahan serius dari raut wajah Arkan berusaha mengganti topik untuk menetralisir suasana.

"Bang pembunuh itu sudah di tangkap?" Tanya Aldo sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Menurut kabar terakhir dari satpam, pembunuh itu berhasil lolos dari pengejaran, tetapi polisi masih mengusut kasus ini" jelas Arkan pada adiknya itu.

"Bang, menurut saya, kita juga harus bertindak. Bahkan ditempat keramaian pembunuh itu melancarkan aksinya. Tidak menuntut kemungkinan pembunuh itu akan melakukannya lagi dimana pun mbak sasa berada" apa yang Aldo katakan ada benarnya juga, tetapi Arkan sendiri juga sudah mengambil inisiatif untuk mengatasi masalah ini agar tidak berlarut - larut.

"Saya sudah memikirkan ini. Saya akan melindunginya dengan apa yang saya miliki" Arkan membelai lembut rambut sasa yang tergerai.

"Tapi kan abang tidak 24 jam di samping mbak sasa" sahut Aldo yang ditanggapi Arkan dengan senyum simpulnya.

"Saya sudah menyuruh orang untuk menggantikan saya menjaganya ketika saya tidak ada" ucap Arkan dan aldo pun menanggapi dengan menganggukan kepala.

"Saat ini rumah dinas adalah tempat teraman" ucap Aldo berasumsi.

"Kalau sasa di rumah dinas sendiri pun tanpa jangkauan saya, saya masih tetap harus khawatir" ucap Arkan masih membelai lembut helaian rambut panjang Sasa.

"Sebenarnya siapa dalang dibalik semua ini? Apa abang mencurigai seseorang?" Tanya Aldo kembali.

"Ada. satu orang yang saya curigai. Tetapi masih perlu bukti untuk memperkuat hal itu" ucap Arkan matanya menerawang sosok perempuan yang cukup mengusiknya.

"Aldo, kamu juga harus menjaga nia, dan minta bawahanmu untuk membantumu. Karena kita tidak tahu pasti pembunuh ini jenis apa" tambah Arkan. Dia juga mengkhawatirkan adik iparnya itu.

"Iya bang. Saya malah belum terpikir akan hal itu" balas Aldo.

"Kita harus pergi untuk menyelidiki kasus ini. Jangan hanya mengandalkan polisi" Aldo menambahkan.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang