41. Ikatan Batin.

4.7K 177 5
                                    

"Sasa Tenanglah. Saya akan segera datang. Dan membawamu pulang. ya Allah, lindungi istri hamba"

~Arkana Felix Wigara Prasetya~

🌸🌸🌸

Melihat ujung bibir Sasa yang sudah berdarah, Nia menangis histeris. Terus berteriak memanggil nama istri dari kakak iparnya itu.

"Mbak Sasa. hikss.. hikss.." tidak hanya Nia, jessika pun Sama, ia tampak meneteskan Air mata.

"Saya peringatkan!!. Jangan ada yang bergerak!!. Matikan tlp dari ponsel kalian berdua dan jatuhkan ke lantai. Cepat!" Ucap pembunuh yang menggunakan pakaian serba hitam itu, Sasa dan Nia pun menurut.

Sementara itu aldo dan Arkan baru terbangun dari tidur mereka. Arkan yang baru saja membuka mata, terlonjak kaget seketika, ketika melihat wajah Sang istri yang sudah di penuhi dengan buliran air mata, dan luka di sudut bibirnya membuat Arkan mengepalkan tangannya. Dengan segera, Aldo dan Arkan menuju ke tempat kejadian. Tidak lupa Aldo sudah meminta anak buahnya datang ke tempat kejadian serta menghubungi polisi. Sambungan Video Call dari Sasa masih On sedangkan dari Nia sudah dimatikan secara paksa oleh salah satu dari kelima Pembunuh itu. Perasaan gusar saat ini yang menyelimuti Arkan dan Aldo. Dalam hati mereka juga menyesal tidak bisa menjaga istri mereka dengan baik. Aldo yang mengendarai mobil fortuner hitam milik Arkan, sementara Arkan sendiri masih menatap diam layar ponselnya. tenggorokannya tercekat. Matanya Menatap sedih sang istri yang terisak.

"Arkan gue takut hikss.. hikss..
Maafin gue yang ga nurut sama lo" ucap Sasa di sela - sela tangisnya.

"Cepat laksanakan perintah Saya!!" Bentak pembunuh itu kepada Sasa.

"Iya bentar. gue mau ngomong sama laki gue" ucap Sasa. Menghapus kasar Air matanya.

"Maafin gue Arkan. Gue nyesel. Ga ngikutin omongan lo, padahal demi kebaikan gue. Semoga kita tetep jadi pasangan suami istri di kehidupan selanjutnya." Klik. sambungan tlp dimatikan. Mata Arkan yang tadinya berkaca - kaca sudah basah dengan air yang mengalir dari pelupuk matanya. Tenggorokannya tercekat, begitu menyakitkan melihat sang istri dalam kondisi seperti itu.

"Lebih cepat aldo!" tegas Arkan kemudian.

"Iya ini juga dimaksimalkan bang" jawab Aldo.

Di dalam rumah Salon itu, sasa, jessika dan Nia berdiri ketakutan.

"Kalian bertiga jangan ada yang coba kabur. Atau kepala kalian saya tembak. pistol ini sudah saya tarik pelatuknya." pembunuh itu mencekal kedua tangan mereka dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanan memegang pistol dan menodongkannya di kepala.

"Lo siapa sih? apa yang lo mau?" Tanya Sasa, nafasnya tidak beraturan.

"Saya mau kamu" jawab pembunuh itu.

"Yaudah bebasin mereka berdua. Tangkap gue aja" ucap Sasa pasrah.

"Jangan sakitin mbak sasa. apa salahnya sehingga kalian ingin sekali membunuhnya?!" Teriak Nia yang juga meronta.

"DIAM!!. atau saya tidak segan membunuh kamu sekarang!" bentak pembunuh itu pada Nia. Nia pun langsung terdiam.

"Lo siapa sih gue penasaran??" tanya Sasa dengan pertanyaan yang sama.

"Nanti kamu juga tahu." Jawab pembunuh itu.

"Kalian berdua tidak berguna untuk sekarang. Tetapi nanti akan berguna" ucap pembunuh lainnya yang menatap wajah Nia dan jessika yang dari tadi hanya diam.

"Bos bilang polisi akan datang dalam tiga menit" ucap salah satu pembunuh yang baru saja mendapat tlp.

"Cepat bawa mereka masuk ke dalam mobil!!"

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang