36. Clara is Dead.

5.8K 207 10
                                    

"Itu memang takdir yang tidak bisa diubah. Tetapi kita masih hidup, tetap bisa waspada. Ya salah satunya dengan cara ini. Saya mengirim dua bodyguard untuk menjagamu. Selain itu kamu juga harus semakin dekat dengan Tuhan serta menjalankan sholat"

~Arkana Felix Wigara Prasetya~

🌸🌸🌸

Dor!!

"Suara tembakan" ucap salah satu bodyguard itu. Sasa yang mendengar itu tubuhnya gemetar. Nafasnya dengan cepat naik Turun. Nia berusaha menguatkannya dengan menggenggam jemari kakak iparnya itu.

"Biar saya cek. mbak disini saja jangan keluar" ucap salah satu bodyguardnya. Semua pengunjung rumah sakit histeris. Suara itu berasal dari ruangan direktur ahli bedah.

Setelah 10 menit berlalu. Bodyguard yang tadi melihat apa yang sebenarnya terjadi diluar kemudian masuk dan bertanya pada sasa yang berdiri ketakutan.

"Mbak siapa wanita tadi? Yang masuk memberikan buah?" Tanya salah satu bodyguard yang dari luar setelah menyaksikan apa yang terjadi. 

"Dia clara direktur ahli bedah" ucap nia mewakili sasa yang hanya diam belum mampu mencerna apa yang terjadi. Dengan sisa gemetarnya. Wanita cantik itu tidak bisa menyembunyikan rasa traumanya akan suara tembakan.

"Dia di tembak mbak. di ruangannya. tepat di keningnya." Ucap bodyguard itu. Setelah bodyguard itu mengatakan hal yang terjadi, sasa baru bisa merespon dengan baik.

"Ha?? Apa??. Bukannya tadi dia bilang mau pulang, kenapa dia di ruangannya? Ini aneh" ujar sasa yang sudah berhasil menguasai dirinya dari rasa takutnya.
Sasa pun langsung keluar untuk memastikan.

"Mbak mau kemana?!" Teriak bodyguardnya itu.

"Ya gue mau lihat. Kalau kalian mau ikut ya ayo. Tapi jangan coba larang gue" ucap sasa. Sasa berlari menuju ruangan yang dulu disinggahinya. Dia masuk ke dalam kerumunan orang - orang yang menatap clara iba. Clara sudah tergeletak di kursi ruangannya dengan darah di kepalanya. darah itu mengalir hingga kelantai. Belum ada yang berani mendekat, orang - orang itu hanya berani melihat dari jarak 1 meter.

"CLARA??!!" Teriak sasa, kemudian tangisnya pun pecah. Entah sebenarnya kenapa dia menangisi orang yang justru tidak ia sukai. Tapi itulah yang terjadi. Sasa merengkuh kepala Clara yang bersimba darah. Seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi. sasa menghentikan tangisnya dan meminta orang - orang untuk diam jangan berisik. Karena ia akan memeriksa denyut jantungnya Clara. Sasa menempelkan telinganya ke dada clara sebelah kiri dan mengecek nadi terbesar di lehernya serta pernafasannya tetapi hasilnya clara memang sudah tidak bernyawa.

Tidak lama dari itu kemudian, Clara dibawa ke ruang jenazah oleh petugas. Sasa mengikuti sampai ke ruang jenazah, kemudian dengan tergopoh - gopoh pamannya datang  sambil menangis tersedu - sedu.

"Pak, saya turut berbela sungkawa." Ucap sasa berusaha tegar. Padahal dirinya hampir tidak percaya. Baru 10 menit clara meninggalkan ruangan dan sekarang ia sudah tidak lagi ada di dunia. Kejadian ini membuat sasa takut. Akankah pembunuh itu sangat dekat dengannya? Bahkan Clara yang sempat ia curigai malah yang terbunuh.

"Iya sa. Terimakasih. Saya denger kamu juga kemarin hampir tertembak. Siapa sebenarnya yang membuat kekacauan di rumah sakit ini?" Tanya pak Arif Heran.

"Polisi bersama suami dan adik ipar saya juga masih menyelidiki, tapi belum ada titik terang pak" jawab Sasa berdasarkan apa yang dia tahu.

"Apa yang harus saya katakan pada orang tuamu clara?!" Teriak pak Arif selaku pamannya. Melihat jasad keponakannya pria paruh baya itu terus menangis. Orang tua clara memang masih di belanda dan sudah lama belum kembali ke indonesia.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang