32. Kembali Akur.

6.4K 233 2
                                    

Di ruangan laboratorium, atau ruangan dimana tempat jessika bekerja, Sasa terbaring masih tidak sadarkan diri, Arkan mondar - mandir bingung apa yang harus dilakukannya saat ini.

"Mas Arkan, jangan khawatir. Sebentar lagi juga Sasa bangun. Cuma pingsan ga lama kok" ucap Jessika berusaha menenangkan Arkan. Luka di kepala sasa sudah diberi betadine dan di plester.

"Apa luka di kepalanya itu cidera yang serius?" Tanya Arkan. Laki -laki itu tidak bisa menyembunyikan Rasa khawatirnya. Baru saja ia pulang sudah di hadapkan dengan masalah yang bertubi - tubi.

"Tidak mas, hanya melukai kulit lapisan luar. Sehingga tidak memerlukan jahitan " ucap jessika lembut.

"Syukurlah" Arkan bernafas lega.

Adzan magrib berkumandang.

"Jess. Titip Sasa ya, saya sholat dulu" ucap Arkan yang dibalas anggukan kepala oleh jessika.
Arkan pun menjalankan ibadah shalat maghrib meminta pada yang maha kuasa agar nia sadar dari komanya dan sasa selalu dalam lindungan -Nya.
Di mushola ia bertemu Aldo. Mereka saling berpapasan ketika akan mengambil wudhu, tetapi mereka tidak saling sapa. Setelah menunaikan ibadah sholat maghrib, Arkan kembali ke ruangan jessika.

"Aww" gumam sasa yang sudah sadar, tangannya kanannya mengelus lembut kepalanya yang sakit.

"Kamu sudah bangun?" ujar Arkan yang baru saja masuk, kemudian mendekati sasa. tangannya meraih kedua tangan sasa.

"Ga usah sentuh gue!!. Lo berani nyentuh orang lain. Bahkan gue yang masih murni ini harus dapat jodoh pria yang meninggalkan bekas ciumannya dimana - mana!!" teriak Sasa. Tentu saja membuat Arkan heran. Tidak mengerti apa yang dikatakan sasa. Arkan melirik jessika yang masih berdiri memperhatikan. Kemudian pria itu mengambil inisiatif menyuruh jessika keluar.

"Jessika maaf, ini urusan rumah tangga kami. maaf dengan sangat terpaksa saya meminta kamu untuk keluar dulu dari ruanganmu sendiri" ucap Arkan pelan agar jessika tidak sampai tersinggung.

"Iya mas. Ga apa - apa, diselesai kan dengan baik- baik" ucap jessika lembut kepada Arkan.

"Sa, Jangan sampe mecahin tabung darah punya gue ya. Dan jangan sampe ada yang rusak ya. ini ruangan gue" ujar jessika mewanti wanti Sasa agar barang di ruangannya tetap aman.

"Kamu tenang saja jes, saya jamin, sahabatmu cuma perlu ruang untuk melampiaskan amarahnya kepada saya. Saya jamin tabung - tabung itu tidak akan jadi korban" ucap Arkan kemudian menutup pintu setelah jessika keluar. Arkan duduk di sofa ruang itu. Arkan menarik nafas panjang kemudian bersiap untuk menceritakan kejadian lampau.

"Sa, akan saya jelaskan, jadi waktu itu saya memang dekat sama Aghata sampai sebelum masuk SMA, tapi kita hanya teman. Saya tidak pernah pacaran dengannya. Dan yang kamu maksud meninggalkan ciuman itu memang benar saya mencium Aghata. itu dihari ulang tahunnya. Dia meminta, saya tidak bisa menolak, dia juga sedang sakit saat itu. Sebab lain adalah karena dia pernah menyelamatkan hidup saya." Arkan menjelaskan kejadian masa lalu berdasarkan apa yang dia tahu.

"Tapi sebelum insiden penembakan itu, gue juga lihat lo pelukan sama Aghata" sasa kembali teringat dimana ketika dia melihat sendiri pelukan Aghat yang begitu erat memeluk Arkan. Seolah takut dilepaskan.

"Sa, itu bukan saya yang mau. Itu Aghata yang memeluk saya lebih dulu. Saya juga berusaha melepas." Arkan berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi.

"Jadi apa hubungan lo sama Aghata?" Tanya sasa lagi dengan tatapan menyelidik.

"Cuma teman sa, teman dari kecil" jawab Arkan.

"Yakin begitu?"

"Iya"

"Siapa aja temen kecil lo?" pertanyaan sasa membuat Arkan mengernyit heran. Sebenarnya sasa hanya memancing apakah arkan akan menyebut nama kecilnya dulu.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang