48. Kalung Penyelamat

4.7K 158 2
                                    

Arkan terbaring lemah di ruangan operasi, semua alat kesehatan seperti EKG (Elektrokardiogram), Oximeter, Nasal kanul, Sphygmomanometer terpasang di tubuh pria kekar itu. Dokter Ardi yang merupakan teman Sasa semasa perkuliahan yang memimpin operasi kali ini.

"Dok, alat perekam jantungnya tidak bisa berjalan" ucap koas yang membantu dokter Ardi dalam menangani operasi pengangkatan peluru di dada Arkan.

"Bagaimana bisa?. Coba cek di tubuh pasien apakah ada logam yang masih menempel" ujar dokter muda nan tampan itu. EKG (Elektrokardiogram) tidak akan berfungsi atau kerjanya tidak akurat jika di tubuh pasien terdapat logam.

"Kadar Hemoglobinnya juga rendah dok. hanya 7 mg/dl" ucap Koas setelah melihat hasil lab milik Arkan.

"Siapkan darah sesuai golongan darah pasien" Perintah dokter Ardi yang segera dilaksanakan koas itu.

"Saya menemukan ini dok" ucap koas yang lain setelah menemukan kalung yang melingkar di leher Arkan dengan leontin berbentuk kubus yang sudah retak, tetapi di tengah retaknya kubus itu ada sesuatu yang menancap, ternyata itu adalah peluru. Peluru itu tidak tertanam di dada Arkan, melainkan hanya menggores kulit bagian luarnya, yang menyebabkan Arkan tidak sadarkan diri adalah Arkan kehilangan banyak darah akibat goresan itu, karena itulah kadar Hemoglobinnya rendah. dokter Ardi merasa sedikit lega, Suami rekannya itu hanya membutuhkan transfusi darah. Kemungkinan yang terjadi hanyalah kematian jika peluru itu berhasil menembus organ penting Arkan.  Dokter Ardi pun memerintahkan para perawat Ahli bedah serta koas untuk melakukan transfusi darah sebanyak 2 kolf serta melakukan perawatan luka, menjahit dengan tehnik jelujur, mengobservasi Keadaan umum dan tanda - tanda vitalnya. Perintah itupun segera dilaksanakan perawat dan koas itu. Dokter Ahli Bedah, umumnya hanya melakukan pekerjaan utama seperti memimpin operasi sisanya perawat atau koas yang menangani. Tetapi untuk terapi obat, masih tetap dalam pemantauan dokter atau sesuai advicenya. dokter Ardi keluar untuk memberitahu keluarga Arkan. Keluarga Arkan yang sedang duduk menunggu, lantas berdiri ketika dokter Ardi keluar dari ruangan.

"Bagaimana dok keadaan putra Saya?" Tanya Hamdan yang khawatir terhadap putranya.

Dokter Ardi menunjukkan kalung dengan leontin yang berbentuk kubus itu kemudian menjelaskan.

"Peluru itu terhalau oleh leontin ini, sehingga tidak sampai mengenai organ dalam pasien. Pasien sekarang hanya membutuhkan perawatan untuk luka serta transfusi darah" jelas dokter Ardi kepada keluarga Arkan.

"Transfusi?. Saya siap dok. Golongan Darah saya sama dengan abang saya" ucap Aldo.

"Rumah sakit ini besar sehingga menyediakan stok yang banyak bagi semua jenis golongan darah" jawab dokter Ardi gamblang.

"Arkan memakai kalung seperti ini?" Ucap Hamdan heran, karena tidak biasanya putranya mengenakan kalung yang identik dengan wanita. Hamdan menerima kalung itu dan memperhatikannya.

"Itu kalungnya bang Arkan yang diberikan mbak Sasa yah" Sahut Aldo.

"Berikan ini pada Arkan, nanti ketika dia sadar" ucap Hamdan kepada Aldo yang diangguki oleh Aldo.

"Syukurlah" ucap bunda Arkan sambil mengelus dadanya. Begitu mendengar Arkan terkena luka tembak, bundanya Arkan shock sampai Harus di infus 2 botol. Tetapi sekarang wanita paruh baya itu sudah bisa bernafas lega, putranya masih diberi kesempatan untuk hidup.

"Apa Arkan sekarang sudah sadar dok?" Tanya bundanya Arkan.

"Belum. Dia masih dalam transfusi darah, tapi nanti dia juga akan sadar." Ucap dokter Ardi menenangkan.

"Oh ya. Arkan masih di ruang operasi, nanti setelah dipindahkan ke ruang rawat inap, baru boleh dijenguk" ujar dokter Ardi menambahkan.

"Oh iya baik dok" balas aldo menanggapi.

Dokter Ardi yang mengenali Nia sebagai koas bimbingannya Sasa, menatap Wanita muda itu prihatin. Pasalnya Nia yang sedari tadi hanya melamun tanpa mengeluarkan kata apapun. Dokter Ardi pun menegurnya.

"Nia, kamu butuh perawatan dan istirahat" ucap dokter Ardi. Nia yang diajak ngomong hanya diam. Tanpa berniat untuk menjawab. Pikirannya masih kalut dengan kejadian yang menimpanya saat bersama Sasa. Kemudian Aldo yang berinisiatif utuk menanggapi ucapan Dokter Ardi.

"Dia masih memikirkan Mbak Sasa dok" Sahut Aldo yang sama halnya dengan dokter Ardi, menatap prihatin istrinya itu. Aldo merasa bersalah pernah memaki dan memarahi kakak iparnya. Jika melihat istrinya yang sekarang begitu sayangnya ia pada istri kakak iparnya itu.

"Sebaiknya jangan dipikirkan. itu akan berpengaruh pada kesehatanmu Nia. Kamu juga seorang dokter, tentunya kamu juga tahu bagaimana sikap seorang dokter seharusnya. Terlebih lagi, kamu masih dalam masa pemulihan karena luka tembak dibagian punggungmu. luka itu juga perlu perawatan khusus. Kalau kamu begini, Luka itu tidak akan cepat kering dan sembuh, kamu sama saja menghakimi diri sendiri. Tugasmu masih panjang disini Nia. Usahakan untuk tetap profesional" penjelasan dokter Ardi tanpa ada tanggapan dari Nia.

"Tuh kamu denger. Senior kamu bilang apa" ucap Aldo yang sebenarnya kesal sekaligus cemburu.

"Menasehati ya menasehati tapi ga usah yang sampe bawa - bawa profesi. Sudah tahu ini masalah tidak bisa dihindari. Malah memancing emosi" ujar Aldo dalam hatinya. Tetapi ia tetap berusaha menahan. Situasi ini sangat tidak tepat untuk mementingkan egonya. Apalagi disini juga ada jenderal Angkatan Darat yang sekaligus ayahnya. Mana mungkin Aldo berani. Cukup kejadian yang kemarin saat ia membantah abangnya, itu terakhir kali dirinya mementingkan ego.

Nia hanya mengangguk mengerti mendengar ucapan sang suami.

"Apa Sasa belum ditemukan keberadaannya?" Tanya dokter Ardi lagi, matanya menatap Nia, seolah ia bertanya padanya. Padahal di sampingnya ada Aldo yang memandanginya dengan tatapan seperti siap ingin membunuh. Aldo memang pencemburu berat. Mungkin karena pernikahan mereka juga yang masih terhitung muda. Jadi ibarat sayur yang masih segar - segarnya.

"Belum dok. Polisi dan yang lain masih melakukan pencarian". Jawab Aldo ucapannya terkesan tegas.

"Nia, kamu melihat dokter Ana tidak?"tanya dokter Adi kepada Nia yang masih tidak ada jawaban.

"Baiklah kalau begitu. Saya juga sebagai teman Sasa. Turut mendoakan semoga musibah ini cepat berlalu dan sasa baik - baik saja. Saya percaya dia wanita yang tangguh" ucap dokter Ardi kemudian meninggalkan mereka di ruang tunggu.

"Iya terimakasih dok" jawab bundanya Arkan. Aldo enggan untuk menjawab lagi.

"Sasa semoga Tuhan melindungimu nak" ucap dina, bundanya Arkan. air matanya mengalir ke pipinya yang sudah keriput, namun masih saja terlihat cantik untuk usianya.

¤¤¤

Note:

EKG : Alat perekam jantung intinya buat lihat aktivitas jantung normal atau enggak.
Oximeter : itu buat ngukur SPO2 atau oksigen yang ada dalam tubuh kita. Kalau kalian pernah lihat yang dijepit di jari telunjuk atau jempol, itu alatnya.
Nasal kanul: alat bantu oksigen yang di taruh dihidung bentuknya selang. Ada juga yang pake sungkup itu biasanya kalau sesaknya parah banget jadi pake yang sungkup.
Spyhgmomanometer : atau tensimeter buat ngukur tekanan darah. Ingat tekanannya ya. Kalau kadar darah itu hemoglobin (Sel darah merah) Nah seperti yang dialami Arkan itu dia kehilangan banyak darah jadi dia butuhnya transfusi.
Kadangkan orang bilang anemia itu tekanan darah rendah padahal anemia itu kadar darahnya yang rendah atau hemoglobinnya yang rendah. Kalau tekanan darah rendah itu namanya Hipotensi. Bukan maksud menggurui. Hanya info sedikit aja buat pembaca setia ILY my captain😊

Oh ya. Author mengucapkan Selamat hari Raya Idul Adha yaa.
Semoga kita semua senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.
Dan wabah yang mendunia ini cepat berakhir. (Aamiin) karena Author juga pengen pulang😭

Ada yang kurban ga nih?? Kalau Author korban perasaan aja. Karena ditinggal jauh😪. Eh malah jadi curhat🤭

Untuk penggambaran ruang operasi itu kira - kira kayak gitu lah ya. Tapi hawanya di dalam dingin banget apalagi kalau kita grogi ya wah tambah tuh hehe😀

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang