39. Khawatir.

5.1K 166 0
                                    

Lihat ketidakpercayaanmu menyebabkan peningkatan rasa khawatirmu. 💕

"Kamu ini ga ngerti ya. Saya khawatir! Bahaya selalu mengintaimu!!" ucap Arkan kesal pada sang istri yang tidak mengerti maksud baiknya.

"Maksud lo?? Dengan gue sama jessika juga bahaya gitu??" Ucap sasa dengan suara naik dua oktaf. Sasa yang salah faham akan maksud Arkan yang sebenarnya.

"Bisa pelankan suaramu." Pinta Arkan.

"Arkan lo udah berlebihan. Gue juga butuh privasi. lo sendiri yang bilang dulu, ga usah ikut campur urusan pribadi masing - masing. masih inget ga lo? Apa perlu gue tekankan lagi?!" Ucap sasa yang sedikit berteriak.

"Sa, udah jangan gitu sama suami. Ini di Asrama perwira lho. Ga enak tuh kalo dilihat. Suami istri bertengkar" ucap jessika bijaksana. Memberi pengarahan pada sahabatnya itu untuk sebaiknya menahan emosi. Untungnya Situasi di sekitar rumah dinas itu memang tampak sepi.

"Jadi selama ini kamu menganggap pernikahan kita main - main??" Tanya Arkan Sarkas. Tangan Aldo menepuk kecil bahu Arkan, menyuruh abangnya itu untuk tetap sabar.

"Kan awalnya juga gitu" balas Sasa dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu belum mengerti Sasa masalahnya" ucap Arkan seraya mengacak rambut cepaknya.

"Apa yang harus gue ngertiin dari lo. Lo aja ga bisa ngertiin gue" balas Sasa, perdebatan - perdebatan kecil itu masih terus berlanjut.

"Sasa kalau kamu ga mau tahu, saya juga ga mau tahu. Suka atau tidak suka kamu. Saya ikut!! atau bodyguard yang ikut" putus Arkan.

"Terserah lo deh. Gue capek.
Jes lain kali aja. Gue udah ga mood, sorry" ucap Sasa kemudian turun dari mobilnya jessika.

"Sa, Maafin gue. gegara gue lo jadi berantem sama suami lo" ucap jessika menatap wajah Sasa.

"Engga. Ini bukan gara - gara lo. Ini karena dianya aja yang ngerusak moment" ucap Sasa yang masih marah dengan Arkan.

"Mbak jessika. Ke salonnya Sama aku aja gimana?" Tanya Nia menawarkan diri.

"Kamu nia?. Kamu itu baru keluar dari rumah sakit sebaiknya istirahat" ucap jessika menasehati nia untuk tetap di rumah.

"Justru itu mbak, kelamaan di rumah sakit rambut aku jadi jelek kusam nih butuh perawatan" ucap Nia menunjukkan Rambut panjangnya yang lengket dan kusam itu.

"Sayang, Kamu ga harus perawatan saya terima kamu apa adanya kok" ucap Aldo lembut.

"Ini bukan tentang terima atau engga. Tapi kenyamanan aja. Aku sendiri tuh ga nyaman kalo kondisi rambut kayak gini lepek banget" ucap Nia memberitahu sang suami.

"Lagian, kalau aku cantik kamu juga kan yang bersyukur" tambah Nia sambil terkekeh pelan.

"Tapi kamu harus sama bodyguard ya" pinta Aldo disambut wajah kecewa oleh Nia.

"Sayang please. kali ini aku janji ga ada apa - apa lagian aku sama mbak jessika kok" ucap Nia berusaha meyakinkan Aldo untuk tidak terus khawatir.

"Tapi sayang kamu kan--" bantah Aldo. Jari telunjuk Nia langsung membungkam mulut Aldo dengan lembut. Membuat Aldo tersenyum nakal

"Hussst. aku ga papa. Jangan khawatir" ucap Nia yakin. Sementara Arkan, Sasa dan jessika memperhatikan perdebatan kecil yang manis diantara keduanya.

"Yaudah kamu harus pulang sebelum jam setengah 5 sore ya. Sekarang pukul 3 siang. Setelah ke salon ga usah ke mana - mana lagi" cerewet Aldo pada sang istri yang akhirnya menurut juga akan perkataan Nia.

"Ok sayang." Ucap nia bahagia kemudian

Cup!!

kecupan manis di pipi aldo berhasil mendarat dari bibir munyil nia. Aldo menjadi tersipu malu seketika. Membuat dua orang yang berdiri di samping mereka memalingkan wajah. Kecuali Sasa yang memperhatikan iri dengan cara perdebatan mereka.

"Tuh liat Aldo aja bisa bijaksana gitu. Percaya sama apa yang dikatakan istrinya. Lah kamu." ucap Sasa menatap Arkan sengit.

"Sasa. Ini bukan soal percaya atau tidak tapi--" ucap Arkan yang terhenti dengan ucapan Aldo.

"Bang" panggil Aldo merangkul pundak abangnya itu. Arkan hanya cuek mendapati tingkah adiknya.

"Sudahlah. Biarin istri kita menikmati dulu. Jangan terlalu dikekang nanti bisa - bisa stress. Mereka juga butuh perawatan kan. Apa kita juga cari salon perawatan yang khusus pria?" Ujar Aldo menasehati abangnya agar tidak terlalu memaksakan kehendak sang istri. Tetapi Idenya pada kalimat terakhir itu dianggap Arkan buruk. Kemudian Arkan melemparkan tatapan tajam pada sang adik sebelum akhirnya pasrah pada keinginan sang istri.

"Yaudah terserah kamu. Yang penting harus inget. kabarin saya kalau sudah sampai di sana, atau kalau ada apa - apa" ucap Arkan. Pria itu tetap khawatir dengan caranya sendiri.

"Sayang kamu juga ya aktif terus hpnya jangan pake game Aja" ucap Aldo mengingatkan sang istri.

"hehe tau aja kamu kalau sambil nyalon sambil main game." Ucap Nia terkekeh pelan.

"Ok. Kalau gitu kita pergi dulu ya mas Aldo dan mas Arkan." Ucap nia kemudian masuk ke dalam mobil honda brio nya. Yang diikuti oleh Sasa dan Nia.

"Iya. titip nia ya jes." Ujar Aldo sambil mengetuk kaca jendela mobil Nia.

"Siap komandan." Ucap Jessika setelah membuka kaca mobil.

"Eh sa. Laki lo kok kayak sensi gitu ke gue tatapannya" ucap jessika yang menyadari raut wajah Arkan.

"Kan emang kayak gitu dari dulu juga." Balas Sasa cuek sambil membuka layar ponselnya, melihat notifikasi instagramnya.

"Kayaknya engga deh. baru - baru ini aja." Ucap jessika setelah menggunakan sealt bet menghidupkan mesin mobilnya. Dan meninggalkan klakson untuk dua perwira TNI itu.

"Ya ga usah di pikir" ucap Sasa kemudian menutup kembali layar ponselnya. Mobil jessika sudah keluar dari pangkalan Rumah dinas itu.

Sementara di dalam ruang tamu rumah dinas Aldo, aldo membuka pembicaraan dengan sang kakak. Setelah dirasa wajah sang kakak yang tidak enak sejak kepergian Sasa.

"Bang kenapa sampe kasar begitu ke mbak sasa?" Tanya Aldo yang heran dengan abangnya ini.

"Saya hanya mengkhawatirkan keselamatannya Aldo" ucap Arkan sambil menekan setiap kalimatnya.

"Sudahlah. mereka aman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ucap Aldo kemudian meneguk segelas air mineral. perdebatan sebentar membuat ia haus seketika.

"Apa kamu bisa menjamin?" Tanya Arkan dengan wajah yang serius. yang ditanggapi kikuk oleh Aldo.

Khawatir terkadang membuat manusianya tidak percaya. Perasaan gelisah, gusar dan tidak nyaman.
Tapi apakah rasa khawatir akan terus bergelandangan? membuat para perasanya menjadikan alasan untuk memulai perdebatan?
Keyakinan memang perlu diutamakan terlebih kepada Tuhan yang maha menciptakan
Semua kembali lagi kepada-Nya.

Apa yang terjadi setelah ini??? Kenapa Arkan menunjukkan rasa khawatir yang berlebihan kepada Sasa yaaaa??? Ya jelas lah. Selain istri, benih - benih cinta sudah ada diantara mereka.

Simak terus ceritanya yaaa.
Salam bahagiaaaa😘😘😍😍

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang