44. Fero?

4.9K 157 3
                                    

"Lo masih belum sadar juga?? Zhezsha Arnasatya Auristela Tamara. gue, orang yang ingin MEMBUNUH LO!!!" Ucap jessika Sarkas diakhiri dengan tawa renyahnya.

"Ga!!! ini ga mungkin jess. Lo-- Lo-- Kenapa sih jess?? Lo kenapa?!" Teriak Sasa histeris. Dia tidak percaya ternyata sahabatnya sendiri yang selama ini ingin membunuhnya.

"Gue? Gue ga suka sama lo!!" ucap Jessika frontal.

"Tapi ga suka kenapa jes??. Apa salah gue ke lo?" Tanya Sasa dengan Air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

"Jes kita sahabat. Kenapa sih lo tega banget jes. Gue sakit. sakit dada gue mengetahui ini. Gue udah nganggap lo sahabat. bahkan lebih dari itu gue nganggap lo saudara" jelas Sasa. Hatinya sakit mengetahui kenyataan pahit. Bahwa orang yang selama ini selalu ia percaya ternyata bermain pintar dibelakangnya.

"Lo lihat ini!" ucap jessika melempar selembar foto hasil USG. Yang menunjukkan adanya kantong janin. Sasa yang menerima itu bingung ďengan maksud jessika.

"Apa yang dilakukan abang lo ke gue? Ha? Gue hamil anak dia!!. Tapi dia ga merasa berbuat sama gue dan dengan teganya dia nikah sama orang lain. Gue kenal abang Lo Dari dia masih jadi taruna" Ucap jessika. Matanya menerawang kisah pahit yang dialaminya. Bibirnya kelu saat harus mengingat masa itu kembali.

"APA??! Lo sama abang gue?" Ucap Sasa yang hampir tidak percaya.

Flashback On.

Di sebuah cafe terkenal di ibu kota. Yang menjadi tempat tongkrongan anak - anak muda, tidak terkecuali bagi kaum taruna pelayaran di ibu kota Jakarta. Mereka berkepala plentos baru saja pesiar dan mampir ke cafe itu. Mereka masih berseragam ketat yang menunjukkan betapa gagahnya mereka. Tinggi, kekar dan cool itulah penggambaran yang pas untuk mereka. Mereka berdelapan duduk dengan tegapnya. Hingga seorang wanita pelayan cafe mendekati mereka untuk menanyakan menu apa yang mereka pesan sebagai teman sabtu malam dengan gerimis yang mengundang. Pelayan cafe itu mendekati salah satu dari mereka yang tampak berbeda karena mengenakan tali kur bewarna biru di dada sebelah kanannya. Ini berarti dia memiliki jabatan sebagai komando pleton. Pria itu berkata pada pelayan Cafe yang mendekatinya

"Saya caffucino" ujar pria itu singkat.

"Ada lagi mas?" Tanya mbak pelayan cafe itu ditanggapi gelengan kepala oleh pria itu. Kemudian mbak pelayan cafe mencentang minuman yang di pesan pria itu. matanya mbak pelayan cafe itu menatap kagum.

"Mbak hello" tegur salah satu dari taruna itu.

"Eh iya mas. Silahkan di list saja ini daftarnya. Saya tunggu" ucap pelayan Cafe tanpa mengalihkan pandangannya pada pria yang ditatapnya sedari tadi.

"Giliran sama Fero aja ditanyain langsung. Lah sama kita. Disuruh ngelist sendiri" ucap salah satu taruna itu.

"Fero Arnasatya Bryson Perwira, mendengar namanya saja sudah menggetarkan, apalagi bertemu orangnya." Sahut salah satu taruna lagi.

"Ah santai saja. Nikmati malam pesiar terakhir kita dengan bersantai di cafe ini. sebelum kita berpisah dengan arah berlayar masing - masing" celetuk salah satu taruna lagi.

"Iya benar Farel. Kita nikmati dengan bersenang - senang. Ya ga Fero? Kaku amat kau" Fero tidak menanggapi obrolan rekannya. Matanya tertuju pada wanita berambut panjang yang duduk sambil menghadap leptopnya.

"Saya kesana sebentar" ucap fero. Ia pun bergerak dari duduknya menuju tempat wanita itu berada.

"Kamu ngapain kesini??" ucap fero tangannya menarik tangan kanan milik wanita itu, tanpa melihat wajahnya. Wanita itupun menyeka rambut panjangnya. Fero yang melihat langsung melepas tangannya, karena itu bukanlah adiknya. Fero memang cuek pada wanita lain, tetapi dia sangat protektif pada sang adik.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang