16. Pandangan Takjub.

7.3K 242 0
                                    


"Kedua mempelai ini tampak begitu serasi. Mereka begitu saling mencintai satu sama lain. Maha besar Allah yang menyatukan kedua insan ini melalui sebuah ikatan pernikahan"

🌼🌼🌼

Sasa POV

Sebuah pernikahan tanpa cinta adalah seperti mimpi buruk bagi siapa saja yang menjalaninya. tapi tidak ada yang pernah tahu bahwa mimpi buruk bisa menjadi manis bila takdir berpihak padanya. Hari ini dia mengumandangkan ijab qabul dengan nama gue yang sialnya terdengar merdu ketika diucapkannya. gue yang duduk disebelahnya dengan jantung berdebar tidak berani menatapnya. Gue didandani bak putri raja dan membuat mata semua tamu undangan memandang takjub setiap kali bertatap muka. Kecuali Arkan, laki-laki itu yang sekarang mungkin boleh gue sebut suami, sudah terbayang kan bagaimana pernikahan ini akan berjalan. Gue meremas kain kebaya putih ini yang membalut tubuh ramping gue dengan indah, tangan gue berkeringat dan jantung gue luar biasa berpacu. Gue sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi gue terpaksa mengorbankan perasaan demi keinginan orang tua.

"Sasa, nak, cium tangannya Arkan, dia sudah sah jadi suami kamu jadi kamu ga boleh pake bahasa aneh itu lagi. Panggil dia mas jadi lebih menghargai" bisik mama yang menyuruhku mencium tangannya Arkan. Dengan kata terpaksa gue mencium tangannya tanpa berani menatap wajahnya. Tapi ada apa ini? Kenapa deru nafasnya semakin kencang gue denger. Eh eh apa yang mau dia lakuin? Aduh disaat seperti ini banyak orang yang melihat. Gue mana bisa nolak. Kalau nolak mereka pasti tahu pernikahan ini adalah perjodohan.

Cup!!

dia mengecup kening gue. Sumpah parah ni cowok aneh. Kenapa mesti lakuin itu sih. Ya tahu kalau gue udah sah jadi istri lo. Tapi gue kan belum siap banget. Apalagi ini soal cium-cium gue sebelumnya ga pernah kali di cium sama laki-laki selain papa. Hem yaudah pasrah deh akhirnya gue.

Krukkk.... kruk....!!

duh bunyi apa ini?
Perut gue. Gue lapar. Ya secara gue aja tidurnya tadi ditungguin bangunnya sama yang ngerias. Jadi setelah sholat subuh langsung deh tuh gue di sulap hingga jadi seperti ini. Tanpa makanan apapun yang berhasil masuk ke mulut gue. Cuma air putih doang.

"Kamu lapar ya" celetuknya yang menyadari bunyi itu berasal dari perut gue.

"Iya hehe" jawab gue sambil mengelus lembut perut datar gue.

"Yaudah sana makan dulu. Tapi ga pake lama karena sebentar lagi acara resepsi pedang pora. Pasukan saya sudah menunggu di depan" jelasnya

"Lah lo ga makan?" ucap gue pelan. Jangan sampe mama tahu kalau gue masih pake bahasa beginian di depan suami gue Arkan.

"Saya sudah sebelum ke sini"ucapnya. Wah dia aja sempet buat makan. Lah gue.

"Mama Sasa laper. Mau makan dulu" bisik gue ke mama yang duduk di samping gue.

"Yaudah ayo mama temenin. Tapi cepet ya. Habis ini kamu mau di dandanin lagi sama ganti pakaian" ucap mama yang membuat gue tepok jidat. Kenapa pula harus di dandanin lagi ah ribet deh jadi pengantin. Tapi ini moment sakral sekali seumur hidup. harusnya gue sama orang yang gue cintai. Tapi gue ga ada untuk itu. Miris kan hidup gue. Siapa sih di dunia ini ga pernah merasakan jatuh cinta. Itu gue. Mungkin saking ambisinya gue di pekerjaan sampe gue lupa kalau hidup itu butuh cinta.

🌸🌸🌸

Akhirnya keinginan perut gue udah tersampaikan. Sekarang tinggal ganti pakaian. Haduh dengan perut kenyang begini males juga rasanya naik tangga.

Tibalah gue di depan kamar.

Ceklek

Gue tarik knop pintu nya.
Astaufirulloh apa apaan ini? Arkan sedang apa di kamar gue tanpa pakaian??!.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang