31. Perang Bharatayuda

6.3K 224 11
                                    

"Bang ada apa?" Aldo sudah di depan ruangan operasi.

"Nia lagi di dalam" ucap Arkan.

"Ya Allah bang. Ya iya nia di dalam dia kan koasnya. Mbak sasa juga kan?. Memangnya operasi apa kok abang manggil saya? Dan abang juga nunggu disini? Abang kan baru pulang lebih baik istirahat di rumah dinas. Mumpung lagi dibebasin kan sama komandan." Celetuk aldo panjang lebar. Pria yang berusia dua tahun lebih muda dari Arkan itu tampak santai tanpa tahu situasi yang sedang terjadi.

Arkan diam melihat ucapan adiknya yang sambil tertawa kecil. Aldo belum mengerti apa yang dimaksud arkan.

"Nia lagi di operasi" kalimat arkan membuat aldo mengernyitkan keningnya. Tidak mengerti apa yang dikatakan abangnya.

"Nia di operasi?" Ulang Aldo.

"Iya istrimu terkena luka tembak di bagian punggungnya"

"Haa??" Aldo terkejut sulit mempercayai apa yang dikatakan abangnya. Meski begitu abangnya tidak mungkin berbohong. Tapi dirinya tetap tidak percaya.

"Ah abang. Saya lagi ngelatih anggota tadi bang, jangan di prank lah" ucap aldo lalu matanya menatap tangan Arkan yang memegang sebuah kalung id card berlumur darah, karena tadi arkan ikut membantu mendorong brangkar nia.
Aldo meraih Id card dari tangan abangnya. Id card itu sudah berlumuran darah. Id card itu tertulis jelas nama Ravenia maharani dan terdapat foto nia dengan senyumannya yang mengenakan jas putih.

"Ini Id card nia?" Tanya Aldo pada abangnya. Abangnya mengangguk.

"Bang apa yang sebenarnya terjadi?" tanya aldo mengguncang tubuh arkan.

Arkan hanya diam. dia rasa sudah cukup mengatakan dengan jelas bahwa nia terkena luka tembak.

Melihat respon abangnya yang diam, aldo mengingat kembali kata - kata Arkan yang dianggapnya lelucon.

"Bang. Ni, Nia yang dioperasi? Bang? Iya bang?" Tanya Aldo dengan nada suara naik dua oktaf. Arkan mengangguk.

Aldo terduduk lemah sambil menggenggam erat id card istri tercintanya itu.
Sementara itu lampu operasi sudah mati. Sasa dan para dokter lainnya keluar.

Melihat itu Arkan langsung menghampiri Sasa. Dan aldo bertanya pada sasa

"Mbak nia mana?" Tanya Aldo menahan tangisnya. Matanya sudah penuh dengan buliran air mata.

"Aldo maafkan saya" ucap Sasa terbata karena tangisnya masih terus berlanjut.

"Ceritakan yang jelas mbak. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa saya sulit mempercayai ini." Ucap Aldo menunggu jawaban dari Sasa. Sasa menarik nafas dalam - dalam kemudian menceritakan kronologi kejadiannya.

"Seseorang yang berniat membunuh saya. Tetapi peluru itu malah melesat di tubuh nia. Nia menjadikan dirinya sebagai tameng untuk melindungi saya. Dan sekarang dia lagi, dia lagi berjuang atas hidup dan mati. Nia masih koma meskipun kami para dokter sudah berhasil mengangkat peluru dari tubuhnya, kondisi nia masih kritis" ucap sasa berusaha tegar.

"Kenapa mbak? Kenapa harus istri saya? Istri saya orang yang baik. Tidak pernah ada musuh. Kenapa dia melakukan pengorbanan ini untuk mbak?. Tanpa melihat saya yang takut akan kehilangannya" ucap Aldo dia terduduk kemudian menangis.

"Maaf aldo. Tapi saya sudah berusaha semampu saya untuk menyelamatkan nia" ucap Sasa tulus.

"Kamu pikir kamu Tuhan yang bisa menyelamatkan manusia. Kamu hanya dokter. Sudah cukup arogan kamu membuktikan bahwa kamu tidak layak untuk menjadi perantara Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang" kalimat yang dikatakan aldo benar - benar menyinggung perasaan Sasa. Dan hanya menyebabkan Sasa semakin merasa bersalah.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang