57. Keputusan Hakim.

5K 198 6
                                    

"Tunggu" ucap Arkan.
Sasa menghentikan langkahnya. Menyadari yang menyuruhnya berhenti adalah Arkan, Sasa meremas ujung bajunya kemudian beralih meremas jemarinya yang kurus, ia menyalurkan rasa gugupnya. Posisi Sasa membelakangi Arkan saat ini.

"Mbak.. bukannya mau ngantri ya? ini saya sudah selesai" ucap Arkan sambil membawa kantong belanjaannya, Sasa masih berdiri membelakangi, tanpa menanggapi ucapan Arkan, beruntungnya Arkan tidak melihat wajahnya, Sasa lega. Karena dari penampilannya pun, Arkan tidak mungkin tahu kalau itu Sasa.

Setelah Arkan pergi, Sasa hanya sempat melihat punggungnya yang gagah, sosok yang ia rindukan itu sempat berada dihadapannya walau tidak saling bertatap muka, setidaknya melihat Arkan dalam keadaan baik - baik saja itu sudah cukup bagi Sasa. Cinta datang memang tidak pernah diduga. Ketika itu pula mereka banyak ditimpa masalah, sehingga mengharuskan keduanya untuk terpisah meski jarak mereka sebenarnya dekat.

Sasa pun mulai menaruh barang - barang belanjaannya di meja kasir, agar dihitung oleh kasir.

"Maaf mbak, jual obat tidur ga mbak disini?" Ucap seseorang. Ternyata pemilik dari suara itu adalah Arkan, pria itu balik lagi hanya untuk menanyakan obat tidur. Sasa lantas berusaha menutupi wajahnya, agar tidak terdeteksi oleh Arkan.

"Ga ada mas. Adanya Saya" ucap Kasir itu genit.

Sasa merasa kesal dengan kasir itu yang menggoda suaminya, tapi ia mencoba mengelus dadanya untuk sabar. Arkan yang mendapat reaksi dari kasir tersebut Tanpa bicara langsung pergi begitu saja.

"Hem sombong" gumam kasir itu.

"Ha? apa mbak?" Tanya Sasa, meminta kasir itu untuk mengulang kalimatnya kembali. karena ia tidak mendengarnya.

"mas itu lohh sombong banget mbak" ucap kasir yang masih muda itu, sambil menghitung barang belanjaan Sasa.

"Ya mungkin udah punya istri makanya sombong sama wanita lain. Kan wajar juga kalau ga kenal" ucap Sasa yang sebenarnya kesal dengan kasir itu. Ada saja tingkah kasir yang genit pikirnya.

"Kalau udah punya istri kenapa cari obat tidur? artinya setiap malam kan ga bisa tidur mbak" ucap Kasir itu.

"Lah bener juga. kenapa gue baru kepikiran ya. Berarti selama ini Arkan ga bisa tidur? apa karena mikirin gue ya?" Ucap Sasa dalam hatinya.

Sasa yang sempat melihat belanjaannya Arkan yang isinya sebagian kebutuhan rumah tangga seperti minyak goreng, tepung terigu, membuat sasa tertawa geli. apalagi kalau membayangkan Arkan menggunakan celemek dan berpencak silat di dapur membuatnya terseyum - senyum sendiri.

"Kenapa mbak? Kok senyum gitu ?" Tanya kasir itu melihat perubahan raut wajah Sasa.

"Ah bukan apa - apa mbak. jadi berapa?" Tanya Sasa mengalihkan pembicaraan.

"2 juta 549 ribu mbak" kasir tersebut menyebutkan nominalnya.

"Ini ya mbak pake kartu." Ucap Sasa memberikan Kartu ATM Merah putih milik kelvin.

"Ini mbak silahkan pinnya." Ucap mbak kasir itu.

Sasa diam mengingat apa yang kelvin katakan tadi mengenai pinnya.

"Agama? Agama kita itu islam, terus hubungan sama rakaat apasih kok gue ga tanya lebih detail" Sasa berucap dalam hatinya ia menggarukkan kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Lupa ya mbak?" Tanya kasir itu menyadari perubahan mencolok dari raut wajah Sasa.

"Sebentar mbak saya inget - inget dulu." Ucap Sasa, mencoba mengingat yang dikatakan Kelvin.

Setelah mengingat, ia kemudian menekan tombol 42443. Itu adalah jumlah rakaat berdasarkan sholat isya, subuh, lohor, Asar, maghrib yang berarti islam. Dan ternyata benar. Sasa pun berhasil. Setelah membayar, Sasa membawa barang belanjaannya yang banyak itu sampai ke depan parkiran menggunakan troli.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang