"Apa kamu sebegitu menderitanya hidup bersama saya?"
~Arkana Felix Wigara Prasetya~
🌸🌸🌸
Dor!!
Dan peluru tepat melesat di punggung nia karena Nia berhasil mendorong Sasa hingga terjatuh ke jalanan Aspal, tubuhnya terlindungi di samping mobil putih pajero. Sementara Nia terjatuh dan tak sadarkan diri setelah peluru itu berhasil melukai punggungnya. Darah bercucuran Jas putih yang ia kenakan menjadi jas bewarna merah karena darahnya.
"Nia!!!!" Teriak Sasa kemudian menghampiri dan memeluk istri adik iparnya itu.
"Kenapa lo melakukan ini?" tangis sasa pecah dan bersamaan dengan orang yang datang mengerumuni mereka berdua. Kemudian nia dibawa ke dalam rumah sakit untuk mendapatkan penanganan, mata Sasa menatap pria berbaju hitam itu. Yang sudah berlari menjauhi lokasi kejadian.
"Kalian tangkap pria itu!!" teriak Sasa. Ketika satpam mendekati.
Arkan yang mendengar kebisingan serta suara tembakan lantas berlari menuju asal suara itu yang menjuru ke bagian luar rumah sakit.
Betapa terkejutnya ia mendapati sasa yang tengah menangis sambil mendorong brangkar. nia yang tergeletak di atas brangkarnya itu. tangannya Sasa berlumuran darah."Apa yang terjadi?"pertanyaan Arkan tidak dijawab oleh Sasa. Sasa masih dalam keadaan kalut. Kalung Id card tanda pengenal nia terjatuh dan di ambil oleh Arkan yang mengetahuinya. Arkan pun ikut membantu mendorong brankarnya tersebut.
"Nia kenapa sih nia, kenapa lo gantiin diri lo. Harusnya biar gue aja. Biar gue bebas dari penderitaan ini" ujar Sasa histeris. Air matanya terus bercucuran. Arkan yang melihat Istrinya menangis seperti itu merasa iba. Di dalam hati ia berkata "apa kamu sebegitu menderitanya hidup bersama saya?"
Disisi lain satpam kehilangan jejak pria yang melakukan penembakan itu, tetapi polisi langsung datang di lokasi kejadian untuk menyelidiki kasus ini.
Sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti ini di rumah sakit yang terkenal ini. Karena tingkat keamanannya yang sangat tinggi. Tetapi kenapa sekarang terjadi? Itu yang perlu ditanyakan. Adakah orang dalam yang ikut campur? Itu masih menjadi teka - teki bagi polisi."Nia pasti baik-baik saja" ucap Arkan mengelus lembut pundak Sasa.
"Lo!! Ini tuh semua gara-gara lo. Semua berawal dari lo yang berbohong ke gue" teriak sasa menyalahkan Arkan. Dia mengingat akan kejadian tadi saat Arkan berpelukan dengan Aghata. Arkan hanya diam tanpa kata. Dia tidak ingin membuat istrinya lebih kacau lagi. Situasinya sekarang adalah rumit.
Setelah melewati lorong demi lorong rumah sakit. Karena tiba - tiba lift tidak berfungsi, Dan sampailah mereka di ruang operasi. Kali ini nia yang harus terbaring lemah. Arkan menunggu diluar. Dan mengabari Aldo suaminya nia.
"Hallo ada apa bang? baru pulang tlp kangen ya" ucap aldo. Aldo sifatnya lebih hangat dibandingkan Arkan yang selalu terkesan serius.
"Do, kerumah sakit sekarang!!"
"Kenapa? Kan ini belum jam pulangnya istri kita bang, lagian mereka juga bawa mobil sendiri-sendiri" jawab Aldo santai sambil meneguk sebotol air putih.
"Udah pokoknya ke rumah sakit. Abang tunggu di depan ruang operasi nanti abang jelaskan" klik panggilan ditutup oleh Arkan. aldo yang masih melatih anggotanya pun langsung izin meninggalkan lapangan dan bergegas ke rumah sakit. Dia mengikuti perintah abangnya.
Sasa menangis sejadi jadinya di ruangan operasi. Melihat clara yang tiba-tiba datang, untuk memimpin Operasi, sasa mendekati dan menjambak rambut clara.
"Aww" Clara kesakitan.
"Clara lo seneng kan gue turun jabatan"
"Ya tentu, tujuan saya sudah tercapai." Jawab Clara ditengah menahan rasa sakit. Di ruangan operasi belum ada orang lain selain nia yang tidak sadar dan clara serta sasa.
"Cara lo benar - benar licik"
"Jangan asal nuduh ya, anda ga punya bukti" ucap clara membantah.
"Lo yang menaruh obat di makanan dan hari ini lo ngirim pembunuh bayaran. Sesadis itu cara lo? Lo bukan manusia!. Gue akan buktiin kejahatan lo"
"Buktiin dengan cara apa? anda menyalahkan saya ada bukti yang kuat?"
"Cepat atau lambat pasti bakal terbukti" ucap Sasa kemudian melepaskan rambut Clara yang sudah berantakan.
🌸🌸🌸
"Dokter clara yang mimpin operasi?" Tanya Rangga kepada para dokter yang berada di dalam ruang operasi itu.
"Dokter ana mana?" Tanya sasa tidak menjawab pertanyaan Rangga. Malah kembali bertanya keberadaan Ana.
"Dia ga diikut sertakan!" Ucap Clara yang baru masuk dan sudah memakai penutup kepala lengkap dengan masker.
"Maksudnya dokter clara apa ya?" Tanya sasa.
"Iya karena kemampuannya sama sekali tidak dibutuhkan. Biar dokter Sasa dokter Rangga dan dokter lainnya sudah cukup menemani saya untuk mengeluarkan peluru di dalam tubuh nia" ucap Clara.
"Ga bisa begitu lo" ucap Sasa yang kemudian terpotong dengan perkataan Clara.
"Kenapa? Kekuasaan ditangan saya!" Ucap Clara arogan.
"Mari kita mulai, dan tutup mulutmu Sasa, kalau kamu ingin melihat istri adik iparmu ini selamat" ucap Clara. Ini kali pertama dirinya memimpin operasi dirumah sakit yang baru ia pijaki selama beberapa minggu yang lalu.
Scalpel (pisau bedah)" ucap Clara meminta Sasa yang berada disebelahnya untuk memberikan pisau bedah, sasa pun dengan cepat mengambil pisau bedah itu dan memberikannya pada Clara. Dokter rangga dan dokter lainnya menatap Clara heran. Mereka berucap dalam hati Kenapa dokter clara menempatkan dokter Sasa di posisi seperti itu. Padahal dia lah disini yang paling berkompeten. Melihat cara clara membedah perut nia pun tidak seperti kelembutan yang dilakukan Sasa pada pasien - pasiennya.
"Berapa tanda-tanda vitalnya?" disela-sela proses operasi ini, clara bertanya vital pasien.
"Tekanan darah 115/80 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,4°C, Spo2 99%. Semua dalam batas normal dok" ucap dokter Rangga.
"Saya mau dokter Sasa yang melaporkan" ucap Clara.
Sasa pun menurut. Dia melihat hasil tanda-tanda vitalnya dari monitor dan melaporkannya pada Dokter clara. Dokter rangga dan para dokter lainnya hanya bergeleng kepala melihat kelakuan dokter clara.
"Kalian pantau terus vitalnya ya. sementara saya akan berusaha semampunya" ucap Clara.
"Gunting" ucap clara meminta Sasa untuk mengambilkan gunting yang sudah steril.
Dengan perlahan Clara mengangkat peluru yang bersarang di punggung nia. Dan kemudian menjahit kembali.
"Tekanan darah menurun. Kondisi pasien tidak stabil" ucap Sasa menginformasikan kepada Clara. Clara yang mendengar terus melanjutkan kegiatannya menjahit.
"Hey lo gila ya. Pasien perdarahan lo biarin aja dan terus menjahit!!" sasa tidak tahan dia berteriak.
"Apa yang kamu tahu. Sudah diam. Saya lebih tahu" balas Clara.
"Dok sebaiknya dilihat lagi. Apakah terjadi perdarahan di dalam" ucap salah seorang dokter yang menyarankan.
"Iya dok, apapun bisa terjadi" tambah dokter Rangga.
Dan ketika clara membuka kembali lapisannya ternyata darah muncrat kemana - mana
Sasa yang melihat hal itu langsung tanggap melakukan Transfusi darah. Dan memperbaiki Keadaan umum Nia. Setelah vital kembali normal sasa menarik nafas lega. Dalam hati ia bergumam "nia, lo harus bangun, lo punya gue, izinkan gue membalas kebaikan lo dulu, atau gue akan merasa sedih selamanya"Gimana keadaan nia selanjutnya?? Simak terus ceritanya yaa
Happy reading😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Captain
RomanceZhezsha Arnasatya Auristela Tamara adalah seorang dokter ahli bedah harus berhadapan dengan Tentara berpangkat kapten, Arkana Felix Wigara Prasetya karena perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka, sifat mereka saling bertolak belakan...