"Tidak!!. jangan Sasa!!" Teriak Arkan. Kemudian ia terbangun. Matanya menatap ke penjuru ruangan yang serba putih itu. Keluarganya yang berada di luar mendengar suara teriakan dari ruang rawat inap Arkan, segera masuk.
"Arkan kamu sudah sadar nak??" Dina mendekati putranya itu membelai rambut cepaknya Arkan.
Arkan langsung berusaha untuk bangun kemudian melepas infus di tangannya.
"Arkan apa yang kamu lakukan nak?" Tanya Dina khawatir melihat sang putra yang baru sadar bertindak impulsif.
"Saya harus mencari Sasa sampai ketemu bunda. Sasa selalu memanggil nama saya" ucap Arkan masih berusaha melepas infus di tangan kirinya. Ia tahu kalau infus dengan cara paksa maka darahnya akan kemana - mana. Jadi Arkan menggunakan cara lembut, plester demi plester yang melekat dilepasnya. Dan lepaslah infus itu dari punggung tangannya dimana di sana tedapat vena perifer. Kemudian ia menurunkan klemnya untuk menghentikan cairan infus yang mengalir. Infus RL (Ringer Laktat) 20 TPM (tetes per menit) itu sudah membuatnya sedikit bertenaga. Arkan mengetahui cara melepas infus ini dari rekannya yang notabennya adalah Tentara kesehatan.
"Lihat kondisi kamu nak. Jangan memaksa. Aldo dan Fero juga sedang mencari. Kamu lebih baik tunggu kabar dari mereka." Ucap Dina lembut pada sang putra.
"Arkan. Kamu harus mementingkan kesembuhan kamu dulu" ucap Satya menatap khawatir menantunya.
"Papa, Sasa dalam bahaya. Saya tidak bisa membiarkannya Begitu saja. Saya sudah membuang waktu dengan terbaring di rumah sakit ini" ucap Arkan yang tidak ingin mendengarkan nasehat para orang tuanya.
"Arkan, Kamu harus membiarkan lukamu sembuh nak" ucap Arna, mama Sasa. Wanita paruh baya itu juga menatap khawatir sang menantu.
"Ma, luka ini tidak seberapa dibanding luka trauma yang mungkin Sasa alami saat ini. Saya yang tahu segalanya ma, Saya tahu siapa yang selama ini ingin sekali membunuh Sasa" ucap Arkan sorot matanya menajam, yang dimaksudnya Adalah Jessika.
"Arkan Dengarkan Ayah nak, Ayah yakin, Sasa baik - baik saja. Memangnya siapa yang ingin membunuh Sasa?. Ayah tidak akan melepaskan orang itu" tanya Hamdan kepada sang putra.
"Saya tidak bisa memberitahukan lebih dulu Yah. Saya harus mencari Sasa." Arkan beranjak dari tempat tidurnya.
"Suster!!. suster!" teriak bunda Arkan meminta bantuan.
Perawat pun datang. Di bantu beberapa satpam yang kebetulan lewat. Arkan di tahan, meskipun ia sempat memberontak.
"Tolong tenangkan anak saya Sus." Ucap Dina bunda arkan. Sementara Hamdan, Satya dan Arna mengerti apa yang dirasakan Arkan sebagai seorang suami. Arkan merasa tidak mampu melindungi istrinya. Kemudian Arkan disuntik obat penenang oleh perawat yang berjaga.
Sehingga dirinya langsung tertidur pulas. Obat ini hanya bereaksi sekitar 30 menit."Pa, Devi dan Nia lama sekali ke toilet." Ucap Dina yang baru tersadar. kedua wanita muda yang tadi izin ke toilet belum juga kembali.
"Ya namanya wanita ya lama ma" ucap Satya santai.
"Tapi lama sekali. Apa mama susul ya pa." Ucap Arna yang merasa khawatir dengan menantunya.
"Yaudah mama susul saja" ucap Satya memberi keputusan.
"Ayo saya temeni Na" tawar Dina yang diangguki oleh Arna, Kemudian kedua besan itupun berjalan menuju toilet. Tetapi setelah sampai disana, semua toilet kosong, tidak ada Devi dan Nia.
"Papa!!" teriak Arna pada Satya yang berlari dari toilet menuju kamar rawat inap Arkan, karena saking khawatirnya.
"Devi dan Nia tidak ada" lanjut Dina dengan nafas tersengal - sengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Captain
RomanceZhezsha Arnasatya Auristela Tamara adalah seorang dokter ahli bedah harus berhadapan dengan Tentara berpangkat kapten, Arkana Felix Wigara Prasetya karena perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka, sifat mereka saling bertolak belakan...