43. Kenyataan Pahit.

5.1K 185 11
                                    

Sahabat...
tidak bisa dianggap sahabat sampai ia diuji dalam tiga kesempatan. Pada waktu dibutuhkan, saat di belakangmu dan setelah kematianmu💕

🌸🌸🌸

Dor... Dor....!!!

"Mereka datang nia. cepat!!, atau usaha gue tadi cuma sia - sia" ucap Sasa Sarkas. Ia sengaja membentak Nia agar nia menurut dengannya. Nia pun akhirnya berlari sekuat tenaga meninggalkan mereka berdua.

"Jes. Ayo gue gendong lo" ucap sasa yang sudah membungkuk di depan jessika menyiapkan punggungnya untuk menggendong Jessika.

Bugh!!

suara pukulan itu keras dan tepat mengenai kepala Sasa. Sasa pun pingsan. Sebelumnya Sasa sempat melihat dengan pandangan yang sedikit kabur. Jessika memegang tangkai pohon dan tersenyum ke arahnya dan setelah itu hanya gelap yang tersisa.

Suara tembakan tadi terdengar sampai ke telinga Aldo dan Arkan yang sedang dalam pencarian. Lantas mereka yang berada di tempat yang berbeda bergerak menuju asal muasal suara tembakan itu.

Arkan telah sampai lebih dulu di tempat dimana suara tembakan itu berasal. Ia tidak menemukan apapun disana.

"Abang" ucap Aldo yang juga sampai di mana suara tembakan itu berasal.
Sebenarnya suara tembakan itu hanya untuk mengalihkan perhatian Arkan dan Aldo. Pembunuh itu pastinya sudah tahu bahwa kedua kakak beradik itu berada di dalam hutan yang sama dengan mereka.

"Mereka sengaja melepaskan tembakan supaya perhatian kita teralihkan" ucap Arkan frustasi. Dia masih belum bisa menemukan Sasa. Padahal matahari sudah mulai terbenam. Hari sudah mulai gelap.

"Kita pasti menemukan mereka bang" ucap Aldo merasa yakin.

"Ayo bang kita lanjut" ajak Aldo yang ditanggapi Arkan dengan anggukan kepala. Arkan pun melanjutkan pencarian dengan bantuan senter. Ketika arah lampu senter di arahkannya ke bawah, ada cahaya yang berlawanan dengan lampu senter itu. Arkan pun berjongkok untuk melihat. Ternyata yang di dapatinya adalah kalung Sasa. Kalung Sasa yang terlepas saat melarikan diri dari pengejaran para pembunuh itu. Kalung pasangan dengan yang Arkan pakai.
Arkan mengambil kalung itu dan menyimpannya ke dalam saku celananya.

"Kalung apa itu bang?" Tanya Aldo

"Ini milik Sasa. Saya yakin dia sempat melarikan diri kemudian kalung ini terlepas dari lehernya tanpa ia sadari" jawab Arkan. Kemudian mereka terus melanjutkan pencarian.

"Mbak Sasa!!, Nia!!" Teriak Aldo di tengah hutan.
Nia yang duduk bersandar di pohon dengan rasa takut itupun mendengar suara samar - samar.

"Mbak Sasa!!, Nia !!" teriak Aldo yang kali ini baru di dengar jelas oleh Nia.

"Itu suara mas aldo" gumamnya. Ia pun berusaha mengeluarkan seluruh energi terakhirnya untuk memanggil nama Aldo.

"Mas Aldo!!" teriak nia. Suaranya sampai ke telinga Aldo dan Arkan.

"Bang, itu suara Nia." Ucap Aldo kemudian mengikuti arah dimana suara itu berasal bersama Arkan.

Dan bertemulah mereka berdua dengan Nia yang sudah terduduk dengan lemah. Bersandar di pohon besar. Wajah dan rambutnya sudah tidak karuan berantakan.

"Nia, nia" panggil Aldo yang mengetahui istrinya lemah tak berdaya. Baru hari ini ia keluar dari rumah sakit. Harus menghadapi hal seberat ini. Kemudian Aldo dan Nia berpelukan. Nia menangis sesenggukan dalam pelukannya.

"Nia. Sasa mana?" Tanya Arkan tidak sabar mengganggu pelukan mereka berdua.

"Maafin Aku ya bang. Mbak sasa, hiks, hiks" ucap nia melepas pelukan Aldo kemudian menangis tersedu - sedu.

"Dimana Nia?" Putus Arkan memotong ucapan Nia.

"Bang" Ucap aldo mengelus lembut pundak arkan. Agar tetap mengontrol dirinya.

"Tadi mbak jessika jatuh terus mbak Sasa bantuin, lalu menyuruh aku lari duluan. Karena pembunuh itu semakin dekat. Percaya bang. aku juga ga mau ninggalin mereka tapi mbak sasa memaksa. Katanya diantara kita harus ada yang selamat" Nia menjelaskan kronologinya masih dengan buliran airmata.

"Kamu tidak salah Nia. Aldo, Kamu mungkin belum tahu. Selain Aghata ada satu orang yang saya curigai. itu adalah jessika. Saya curiga Mereka berkonspirasi." Ucap Arkan matanya menajam.

Aldo yang terkejut, matanya melotot seketika. Seolah tidak percaya. Bagaimana mungkin jessika. Jessika adalah sahabat Sasa.

"Haa??!. bang sepertinya tidak mungkin" ucap Aldo yang tidak percaya.

"Iya Bang, itu ga mungkin. Mbak jessika juga diculik sama seperti aku dan mbak Sasa" sahut Nia.

"Nia, apa kamu melihat jessika dipukuli? Hanya kamu dan Sasa bukan? Makanya saya tidak ingin mengatakan ini, kalian pasti tidak percaya, terlebih Sasa. Sekarang mungkin kalian bisa tidak percaya. Tapi saya punya bukti. Jessika hanya sebagai kamuflase dalam penculikan ini. Aldo, sekarang kamu amankan Nia, saya akan tetap mencari Sasa dengan yang lain." Ujar Arkan melanjutkan pencarian dan meninggalkan mereka berdua. Aldo hanya bisa menatap punggung Arkan yang sudah hilang di balik rimbunnya pepohonan dan kegelapan.

"Abang hati - hati" gumam Aldo untuk sang kakak.

🌸🌸🌸

Sementara itu di tempat lain, para pembunuh itu sudah berhasil membawa Sasa masuk ke dalam Kapal pesiar. Kapal ini merupakan Kapal pribadi milik papanya Aghata. Aghata meminjamnya untuk kepentingan pribadinya. Kapal itu bergerak menuju sebuah pulau kecil, Aghata dan kawanannya berniat membunuh Sasa disana untuk menghilangkan jejak.

Di sebuah ruangan di dalam Kapal,
Sasa sudah terbangun. Matanya ia buka perlahan dan mengedarkan pandangan di sekitar. Ia duduk di kursi dengan kedua tangan dan kaki diikat tapi mulut tanpa dibekap. Baju yang di kenakannya sudah berganti dengan yang baru. gaun bewarna pink. Sasa mengernyit heran ketika mendapati dirinya yang telah rapi dari sebelumnya. Dia bertanya dalam hati kemana perginya baju yang ia kenakan terakhir kali??. 

"Ini kenapa goyang - goyang" gumamnya pelan, kemudian melihat ke sisi kanan dan kiri. Ia baru menyadari ternyata ia sudah berada di dalam kapal. Ketika akan berdiri. Nyeri di kepalanya kambuh lagi.

"Aduh kepala gue." Ucapnya meringis. Ia mencoba mengingat kejadian terakhir Kali ketika ia akan membantu jessika untuk menggendongnya tetapi sebelum sempat digendong, seseorang memukul kepalanya dari belakang. Sebelum semuanya gelap sasa sempat melihat jessika yang tersenyum ke arahnya dengan membawa tangkai pohon.

Ceklek!!

Pintu terbuka menampakkan sosok jessika yang berjalan mendekatinya.

"Lo udah bangun.??!" Tanya jessika yang berjalan santai ke arah Sasa. Jessika juga sudah rapi dengan gaun biru muda yang dikenakannya, seperti akan menghadiri sebuah pesta, jessika berdandan cantik malam ini. Sasa memandangnya dengan tatapan bingung. Kenapa jessika tidak diikat juga? Dan apa dia yang mengganti bajunya? Pikirnya.

"Gue yang gantiin baju lo, gue juga yang dandanin lo. Ga usah kaget!!" bentak jessika. Mendengar perkataan sahabatnya yang frontal, sasa semakin bingung. Ini bukan seperti jessika yang biasanya pikirnya.

"Jessika? Lo?" Sasa bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

"Apa? Gue kenapa?" Tanya Jessika frontal. Sasa mengingat kembali kejadian terakhir kali. Hanya ada dirinya dan jessika lalu siapa yang memukulnya? Tidak mungkin orang lain. Kecuali orang ini adalah jessika. Pikirnya.

"Jes kenapa lo mukul gue tadi. Dan ini dimana?" tanya Sasa dengan polosnya. Dia masih belum menyadari apa yang terjadi sebenarnya.

"Lo masih belum sadar juga?? Zhezsha Arnasatya Auristela Tamara. gue, orang yang ingin MEMBUNUH LO!!!"

🌸🌸🌸

Mengetahui kenyataan itu terkadang menyakitkan. Seperti kenyataan sekarang yang dihadapi oleh Sasa. Sahabatnya sendirilah yang ingin membunuhnya selama ini.
Tuhh gimana?? Memang seharusnya kita ga perlu percaya banget sekalipun dengan sahabat atau teman. Takutnya ada niat terselubung kan. Terus yang kita percayai siapa? Tentu saja Allah dan orang Tua yang tidak mungkin mengkhianati kita. Ya semoga teman - teman atau sahabat kita memang benar - benar tulus sama kita.
Tunggu part selanjutnya yaaa.
Salam sehat semuaaa..
Salam bahagiaa dari author😍😘😘

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang