10. Pasrah

5.8K 235 2
                                    

"Stop. Arkana Felix wigara prasetya, gue memang menerima perjodohan ini tapi bukan berarti gue harus nurut sama lo. Ini gue nurut semata-mata karena pengajuan punya aturan sendiri. Gue harap lo nantinya inget itu!!. Dan soal Kehidupan gue, lo ga boleh ikut campur, kehidupan lo gue ya ga ikut campur"

~Zhezsha Arnasatya Auristela Tamara~

🌸🌸🌸

"Papa perintahkan turun sekarang!!" ucap papa gue, baru kali ini papa bentak gue. Sakit rasanya. Gue pun langsung balik turun ke bawah. Dan melepas tangan jessika kemudian jessika mengikuti gue dari belakang.

"Apa pa? Papa puas dengan perjodohan gila ini?!!" Teriak gue. Biarin aja. Biarin aja semua orang tahu gue menolak keras perjodohan ini.

"Dek, jaga sikapmu!!" ucap abang gue, dia sendiri ga ada kakak ipar gue. Kemana istrinya?. Tapi Apa abang gue juga setuju dengan perjodohan ini??.

"Jangan bilang abang udah tahu dan setuju soal ini" ucap gue lagi menatap tajam abang gue.

"Iya, demi kebaikan kamu, mau sampai kapan kamu fokus dikarirmu saja" ujar abang gue lagi. Berarti ga ada yang mengerti perasaan gue sekarang.

"Sasa kamu kerja di hari minggu, kamu baru pulang nak, kamu pasti capek. Duduk dulu nak, ini minum teh" suruh mama, berusaha menetralisir suasana sementara itu Arkan dan keluarganya memandang gue heran. Ya mungkin mereka heran betapa kasarnya gue, melawan orang tua gue.

"Enggak mah, Sasa ga bisa duduk kalau papa masih bersi keras jodohin Sasa" ucap gue lagi, jessika menjadi orang yang bingung sekarang dia juga berdiri di sebelah gue.

"Sa, itu yang pake kemeja biru tua calon suami lo? Ganteng and gagah Sa" bisik jessika di telinga gue yang seketika panas denger dia memuji Arkan kayak gitu.

"Udah diam lo" bisik gue ke jessika

"persiapan sudah 85 %. kalian menikah bulan depan. Besok kamu harus ikut Arkan ke kesatuannya untuk pengajuan. Kamu menikah sebelum Arkan berangkat tugas." jelas papa yang membuat gue lemes seketika. Apa harus secepat ini. Arkan berangkat tugas dalam waktu tiga bulan lagi. Dan gue harus nikah bulan depan. Ya Allah super duper sekali rencanamu ini.

"Kamu mau bikin malu papa? Dengan menolak perjodohan ini?!!" Bentak papa yang langsung berdiri dari duduknya.

"Arghhh!!" tangan papa memegang dada kirinya. papa gue kenapa?? Sakit jantungnya? Sejak kapan? Gue dan jessika pun membantu papa untuk duduk kembali. abang, dan mama juga tampak khawatir.

"Papamu punya penyakit jantung Sa, ini memang dirahasiakan dari kamu" ucap mama gue tanpa menatap gue.

"Pokoknya papa harus berobat, nanti sasa cek jantung papa pakai alat EKG (rekam jantung) di rumah sakit, ayo papa" ajak gue sambil menggandeng tangan papa, sementara yang ada di ruangan menatap kosong gue. Gue ga yakin papa beneran, apa cuma akting. Karena yang gue tahu papa adalah orang yang selalu menjaga kesehatannya.

"Tidak perlu di cek Sa, papa sudah baik sekarang" tolak papa gue sambil tersenyum. Kemudian gue dan papa duduk kembali.

"Kalau kumat lagi gimana?, jantung yang lemah, itu berbahaya, ga boleh bekerja lagi karena orang dengan penyakit jantung ga boleh kecapean" tutur gue. Papa dan yang lain hanya diam mendengarkan. gue curiga kalau papa cuma akting. Lagian kalau papa memang punya penyakit jantung, waktu lalu papa ga akan diperbolehkan naik kapal. Karena bagi yang bertugas di kapal pasti melalui chek kesehatan. Gue yakin papa gue baik-baik aja. Hanya saja dia tidak ingin gue menolak. Jadi dia melakukan cara jitu meluluhkan gue. Jika papa gue sampe segitunya demi pernikahan ini, gue pasrah terhadap takdir aja, kemana jalannya gue ikuti. Gue akan coba untuk menerima Arkan ke dalam kehidupan gue meskipun itu sangat sulit. gue harus mencoba. Kalau ga mencoba gue ga akan tahu hasilnya. Ini semua Demi orang tua, gue harus rela ngorbanin perasaan gue. Mereka sudah mewujudkan keinginan gue yang menjadi dokter ahli bedah. Apa salahnya gue juga mewujudkan keinginan mereka dengan jodoh pilihan mereka. Fix Gue berubah pikiran.

I Love You My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang