Serasi

474 49 3
                                    

Hening menyeruak menghinggapi dua insan yang saling memeluk erat. Hanya deru nafas dan detak jantung mereka yang terdengar di telinga mereka masing-masing.

"Apa kau pernah menanyakan sesuatu pada ibumu?" Meskipun merasa bersalah nyatanya rasa penasaran yang merayapi benaknya mampu ia bendung. Krystal dengan nada hati-hati menyuarakan apa yang ada di dalam benaknya.

"Aku tidak pernah menanyakan bagaimana sebenarnya hubungan Jae wook dengan ibuku karena aku tidak ingin mengorek luka di dalam hati ibuku," jawab Taehyung dengan nada lemah.

Pada titik ini Krystal tidak tahu harus berkata apa-apa lagi karena dalam hidup Krystal dia tidak pernah menemui kesulitan seperti itu. Ia lahir dari keluarga yang sempurna, dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan juga kedua kakaknya. Ralat kecuali Siwon si gunung es yang hanya bisa di taklukan oleh Yoona.

"Sayang, aku ingin memiliki keluarga yang rukun seperti keluargamu. Bersamamu aku merasa aku tidak sendiri lagi di dunia ini, sekarang aku memiliki keluarga," ucap Taehyung sambil membelai rambut di kepala Krystal yang telah kering.

"Kau telah memilikinya, keluargaku adalah keluargamu. Jangan pernah berpikir kau sendirian lagi. Sekarang lebih baik jika kita fokus pada penyembuhan Papa." Krystal merenggangkan pelukannya dan memundurkan bahunya agar dapat menatap wajah Taehyung.

"Bagaimana jika Jae wook kita bawa ke Korea?" tiba-tiba Taehyung menyampaikan gagasannya.

"Bisakah kau memanggilnya Papa? Jangan panggil namanya," pinta Krystal dengan nada tatapan lembut. Krystal tidak terbiasa mendengar panggilan seperti itu, ia adalah wanita Asia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan apa lagi kepada orang tua. Krystal merasa tidak nyaman setiap kali Taehyung memanggil ayahnya dengan hanya menyebut nama.

"Akan aku coba membiasakan diriku," jawab Taehyung. "Bagaimana menurutmu ideku?"

Krystal tersenyum manis. "Jika kau ingin mengobati Papa, sebaliknya kita meminta persetujuan Mama dulu, jika kita membawanya begitu saja mungkin tindakan kita akan menyinggung perasaan Mama. Aku tidak mau Mama Minyoung semakin berpikir buruk padaku." Krystal tentu saja tidak ingin Minyoung berpikir bahwa ia yang menghasut Taehyung untuk membawa Jae Wook ke Korea.

"Mama pasti akan mengerti," ucap Taehyung.

"Tetapi uncle Tommy berada di London." Krystal memberi tahu dimana keberadaan Tommy. "Sebaiknya kau berbicara dengan dokter Edmon lebih lanjut untuk mendiskusikan pengobatan Papa."

"Baiklah," kata Taehyung.

"Aku yakin dokter Edmon seorang spesialis penyakit jantung yang hebat." Krystal membelai wajah suaminya menggunakan ibu jarinya.

Taehyung terkesiap mendengar ucapan istrinya karena sejujurnya ia sama sekali tidak tahu Edmon ayah sahabat karibnya itu berprofesi sebagai dokter spesialis apa. Taehyung benar-benar merasa menjadi anak yang sangat buruk bahkan ia tidak tahu ahli medis seperti apa yang menangani ayahnya. Edmon layak mengobati ayahnya atau tidak.

Krystal merasa harus segera mengakhiri diskusi yang terasa berat itu. Ia melirik jam digital yang berada di salah satu rak tak jauh dari mereka kemudian ia berucap, "ayo bersiap sekarang jangan biarkan Papa menunggu kita dan jangan biarkan Kai berteriak jika kita terlambat."

"Terima kasih Sayang, kau mendengarkan seluruh keluh kesahku." Taehyung menangkup telapak tangan Krystal yang masih menempel di sebelah wajahnya kemudian mengecup bagian dalam telapak tangan Krystal.

"Kita adalah suami istri, bukankah sudah seharusnya kita saling berbagi, seperti janji pernikahan kita di depan Tuhan."

"Aku mencintaimu, sayang." Mata biru Taehyung menatap mata cokelat Krystal dengan tatapan mendamba.

Mendengar ucapan cita Taehyung jantung Krystal berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Tetapi, untuk membalas ucapan itu Krystal merasa malu. Krystal menyunggingkan senyum tipis, tatapan matanya tampak berbinar indah. Ia tidak mampu menjawab ucapan cinta Taehyung tetapi ia justru mendekatkan bibirnya dan mengecup bibir Taehyung dengan lembut.

Aku tidak tahu apa ini namanya cinta? Tetapi, yang jelas aku ingin memiliki dirimu sepenuhnya dan aku tidak ingin berbagi dengan siapapun.

Krystal mengenakan dress yang tampak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Panjang dress itu di bawah lutut dengan warna hijau tosca tanpa lengan denga leher berpotongan V rendah. Ia mengenakan sepatu yang berwarna senada dengan dress dan tas yang berada di tangannya. Di sampingnya Taehyung mengenakan celana berbahan jeans di padukan dengan kaos berwarna hitam dan jas semi formal yang tidak di kancingkan, lengan jasnya tampak di naikkan sedikit menambah kesan betapa tampannya ia meskipun hanya mengenakan pakaian semi formal.

Mereka berdua melangkah memasuki restoran, lengan Taehyung tampak posesif melingkar di pinggan ramping milik Krystal seolah tidak ingin ada jarak sedikit pun di antara mereka.

"Krys, apa kabarmu?" tanya Kai kepada Krystal begitu kedua orang yang di tunggunya duduk di depannya.

"Di bagian mana aku tidak sopan?" Kai menengadahkan kedua telapak tangannya.

"Kau hanya menanyai istriku," ucap Taehyung dengan malas.

Kai menyeringai lebar. "Aku perlu mengenal calon kakak iparku."

Taehyung mengernyit, dengan eksprsi malas ia melontarkan pertanyaan bernada sinis. "siapa yang kau sebut calon kakak ipar?"

"Istrimu," jawab Kai dengan nada penuh percaya diri.

Krystal terkekeh menyaksikan keakraban suaminya bersama Kai.

"Kalian sangat serasi,"ucap Krystal yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum menyaksikan suaminya dan Kai bercoloteh.

"Serasi?" Kai dan Taehyung melontarkan pertanyaan bersamaan.

Krystal menyeringai. "Ya serasi, seperti pasangan."

"Kami pria normal." Kembali Taehyung dan Kai berbarengan menanggapi ucapan Krystal.

"Aku tahu, Astaga. Kalian sangat serasi sebagai sepasang sahabat," ucap Krystal yang sangat senang menyaksikan keakraban suaminya bersama Kai.



Menikah Dengan PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang