Jennie Pulang

782 70 4
                                    

"Apa kau akan mengikutiku?" tanya Krystal sedikit ketus.

"Tentu saja." jawab Taehtung sambil membukakan pintu mobil untuk Krystal.

"Jadi di London dimana kau tinggal?" tanya Krystal ketika Taehyung sedang mengemudikan mobil.

"Sebenarnya aku juga ingin tinggal di mansion kakekmu," jawab Taehyung dengan nada santainya.

"Itu tidak akan terjadi, dan tolong jangan terlalu sok akrab, kenapa kau memanggil kakek ku seolah-olah dia kakekmu!."

"Dia kakek dari istriku, tentu saja ia adalah kakekku."

Krystal memalingkan wajahnya memandang jalanan kota London dari kaca di samping kanannya, wajahnya terasa panas, entah mengapa setiapkali berdekatan dengan pria yang telah resmi menjadi suaminya Krystal merasa detak jantungnya terasa melompat-lompat tak berirama, bahkan ia tidak bisa mengendalikan perasaan aneh yang terus menjalar di dadanya, darahnya kadang terasa berdesir dan kadang ia merasa frustasi karena perasaan aneh itu.

"Aku akan menjemputmu setelah kau selesai dengan pekerjaanmu," kata Taehyung sambil menciumi pipi Krystal.

Krystal hanya mengangguk, sesaat ia merasa bahagia bersama Taehyung, namun sebentar saja perasaan bahagianya hilang bagai jejeran huruf yang ia tulis di atas pasir lalu tersapu ombak di pantai dan berganti dengan jantungnya terasa amat sakit, mengingat mungkin cepat atau lambat ia akan berpisah dengan pria yang tatapannya membuat perasaannya bergetar.

******

Jennie membuang selimutnya, ia sangat kesal karena sudah satu bulan semua rutenya adalah negara-negara yang membuatnya merasa tidak nyaman. Seperti harus terbang ke Beijing, prancis, Australia, dan Belanda. Ia bahkan telah memeriksa rutenya untuk bulan depan dan sama saja, hasilnya nihil, semua negara yang akan di kunjunginya semua adalah negara yang tidak membuatnya bersemangat.

Mengepalkan tinjunya ia segera meraih ponselnya dan memanggil ayahnya. Dan seperti dugaannya, panggilan dari Jennie di abaikan oleh ayahnya.

Seperti terbakar emosi Jennie mengemasi barang-barangnya, entah karena apa ia mulai merasa muak dengan semua yang terjadi dalam hidupnya.

Ia mulai merasa lelah berada jauh dari keluarganya, ia merasa hidupnya benar-benar tidak beruntung, ia tidak seberuntung Krystal yang memiliki segalanya.

Beberapa jam kemudian ia telah berada di kediaman orang tuanya, dengan raut wajah masam ia memasuki rumah  orang tuanya dan langsung menuju kamar orang tuanya.

"Mommy, daddy!" suara Jennie melengking memekakkan telinga.

Ibunya terkejut melihat putrinya yang tiba-tiba muncul di rumah itu.

"Jennie? Kau pulang nak?" sapa ibunya, tentu ia bahagia mendapati putrinya kembali ke tempat tinggal mereka.

"Di mana Daddy?" tanya Jennie acuh.

"Daddymu masih di perusahaan," jawab ibunya.

"Ini hampir malam dan pria gila itu masih bekerja?" tanya Jennie dengan nada sinis.

"Jennie, jaga bicaramu!" ibunya memperingatkan.

"Dia mengabaikanku sepanjang waktu, aku memanggilnya berulang kali," keluh Jennnie.

"Kau menelfon di tengah malam, Jennie perbedaan waktu, seharusnya kau paham."

Jennie mendengus, "seharusnya ia bisa memanggilku besok paginya," keluh Jennie.

"Sayang, bersihkan tubuhmu, mommy akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan makan malam kita." ibunya mengalihkan pembicaraan.

Jennie berbalik menuju kamarnya tanpa menjawab perkataan ibunya.

Malamnya ketika Jennie sedang menuruni tangga untuk menuju ruang makan ia melihat ayahnya baru saja memasuki rumah.

"Daddy.....!" panggil Jennie.

"Jennie kapan kau kembali?" tanya ayahnya.

"Daddy ada yang ingin aku bicarakan," kata Jennie sambil setengah berlari menghampiri ayahnya.

Ayahnya memandang putrinya," Daddy akan mandi terlebih dulu oke?" kata ayahnya sambil melangkah menuju kamar utama pria itu.

Jennie tampak gusar memandangi langkah ayahnya, mengapa ayahnya tidak mengerti dirinya sama sekali, hanya perlu sedikit waktu untuknya.



Menikah Dengan PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang