Wasiat Ibuku

408 43 2
                                    

New Yor, Amerika Serikat

Taehyung menyelesaikan pertemuan dengan beberapa pemegang saham di Amerika, ia masih duduk di ruang pertemuan menatap layar laptopnya dengan alis yang sedikit berkerut karena isi pembahasan rapat yang menguras otaknya.

"Bagaimana jika kita makan malam berdua?" Suara wanita yang mengajaknya makan malam berdua berhasil membuat Taehyung mengalihkan pandangannya.

Sudut bibirnya berkedut dan ia kembali menatap layar laptopnya tanpa berniat menghiraukan ajakan Lidya.

"Untuk merayakan pernikahanmu karena kau tidak mengundangku," ucap Lidya.

"Aku melupakannya," jawab Taehyung dengan nada tidak peduli.

"Aku sangat kecewa tidak bisa berjumpa dengan istrimu," ucap Lidya lirih.

Taehyung masih dengan sikap acuhnya tak mempedulikan Lidya, tatapan matanya masih dengan serius mengamati layar laptopnya yang berisi grafik yang tampak rumit.

Melihat reaksi pria yang di depannya begitu acuh, Lidya diam-diam menghela nafasnya yang terasa berat. "Aku sangat kecewa, padahal hari ini hari terakhirmu di New York. Kita juga telah sangat lama tidak berjumpa, aku hanya ingin mentraktirmu makan malam sebagai tanda ucapan selamat atas pernikahanmu." Nada bicara Lidya terdengar mengisyaratkan kekecewaan yang teramat dalam, tatapan matanya juga begitu rendah seolah memohon dengan sangat kepada Taehyung.

Taehyung menyingkap lengan jas yang menutupi jam tangannya dan mengamati jarum jam tangannya. "Baiklah," katanya dengan nada datar.

"Baik aku akan menelepon restoran untuk menyiapkan makanan yang ingin kita makan." Lidya meninggalkan ruangan pertemuan setelah Taehyung mengatakan makanan apa yang ingin ia santap untuk makan malamnya dan lima menti kemudian wanita itu telah kembali, ia berdiri tak jauh dari tempat Taehyung duduk memberitahu bahwa restoran yang ia pesan akan segera menyiapkan seluruh pesanan mereka.

Setelah memberitahu sekretarisnya untuk kembali lebih dulu mereka berdua meluncur menuju restoran yang di maksud, tidak menunggu lama setelah mereka tiba seluruh hidangan telah tertata rapi di meja. Termasuk dua gelas wine yang tampak di siapkan di atas meja keduanya sama sekali tidak terlibat dalam pembicaraan, mereka hanya fokus kepada makanan yang mereka santap. Suasana sangat canggung karena hanya ada suara garpu dan sendok beradu dengan piring.

"Kau mengatur seperti kita pasangan yang sedang berkencan," ucap Taehyung dengan nada sinis setelah menyelesaikan makanannya karena makan malam mereka yang terlihat romantis.

"Sesuai wasiat Sohyun seharusnya kau menikahiku. Tetapi, sudahlah kau tidak benar-benar menjalankan wasiatnya. Anggap saja ini makan malam terakhir kita," ucap Lidya.

Lidya adalah putri kandung dari Sohyun dan suaminya, bukan hanya sekali atau dua kali Lidya menuntut Taehyung  untuk menikahinya. Tetapi, Taehyung tidak pernah menggubrisnya karena di masa lalu ia adalah pria bebas yang sama sekali tidak memikirkan pernikahan bahkan menjalin hubungan serius saja Taehyung enggan.

Mendengar apa yang di lontarkan dari mulut Lidya, mata Taehyung menatap tajam ke arah Lidya. Sekilas bibirnya mengulas senyum. "Sohyun tidak pernah menyuruhku untuk menikahimu. Di dalam surat wasiatnya sama sekali tidak ada kalimat yang mengharuskan aku menikahimu,"ujar Taehyung dengan nada yang terdengar sangat dingin.

"Menjagaku seumur hidupku, bukankah itu sama dengan menikahiku?" Lidya tampak begitu percaya diri.

"Aku menjagamu seumur hidupmu tetapi aku menjagamu dengan caraku bukan dengan mengikatmu dengan pernikahan karena aku sama sekali tidak mencintaimu dan itu tidak akan pernah terjadi," jawab Taehyung dengan nada datar.

Dada Lidya tampak naik turun, ia terpancing emosi dengan ucapan Taehyung tetapi tampak jelas dia berusaha menahan amarahnya yang seolah menyeruak terdorong untuk di luapkan. Ia telah lama menahan ini, terlalu lama menunggu momen di mana ia dapat berbicara langsung dengan Taehyung mengenai wasiat ibunya.

"Kau tidak memenuhi wasiat ibuku, aku yakin ia sangat sedih." Akhirnya hanya itu yang mampu Lidya ucapkan sambil tertunduk.

"Aku bukan siapa-siapanya, aku hanya selingkuhannya. Aku tidak memiliki kewajiban apa pun terhadap kalian. Seharusnya kau bersyukur aku membantumu hingga sejauh ini kau bisa duduk dengan manis diperusahaanku dengan posisi yang aman," ucap Taehyung dengan nada sinis.

Taehyung telah memberikan Lidya bantuan sejak gadis itu berumur lima belas tahun dan di tinggalkan oleh kedua orang tuanya. Memang asuransi yang di terima Lidya saat itu cukup besar tetapi ia masih terlalu kecil untuk mengelolanya sendiri, Taehyung membantunya mendapatkan hak perwalian yang dilimpahkan kepada Gisella kakak kandung Sohyun. Ia juga membantu Lidya menunjuk seorang pengacara untuk pengalihan dokumen-dokumen milik orang tua Lidya, memastikan seluruh aset aman dan bisa menjadi milik Lidya pada saatnya nanti setelah Lidya dewasa.

Taehyung juga memastikan pendidikan Lidya dengan baik dan setelah gadis itu telah menyelesaikan pendidikannya, Taehyung merasa masih harus bertanggung jawab atas Lidya. Lagi-lagi karena surat wasiat Sohyun, ia memberikan pekerjaan kepada Lidya di perusahaannya dengan sebuah hak istimewa. Lidya masuk melalui jalur tanpa tes, ia juga mendapatkan posisi yang terbilang bagus dan ia cukup di istimewakan di tempat kerjanya karena dianggap salah satu titipan bos.

Taehyung sangat tahu seperti apa sikap Lidya selama menjadi karyawan. Gadis itu selalu membanggakan dirinya dan mengklaim bahwa ia adalah calon istri Taehyung. Di lingkungan kerjanya tidak ada yang berani menggertak Lidya. Taehyung tidak pernah mempermasalahkan itu dulu tetapi sekarang sepertinya harus lebih sedikit di beri pelajaran karena statusnya sekarang berbeda, ia telah memiliki istri yang harus di jaga perasaannya.


                                                                 (Lidya)

                                                                 (Lidya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikah Dengan PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang