18. MBIP [HUKUMAN, LAGI?! ]

34.3K 2.4K 57
                                    

Rena menatap takut pada wajah Rexy yang terlihat sangat marah. Ia hanya bisa menunduk seraya mencengkram baju bawahnya karna terlalu takut.

Sorot mata Rexy sangat terintimidasi kepada Rena, tajam. "Jelaskan dengan jujur! "

"A-aku nggak tau kalau pesan itu bukan dari kamu. Awalnya aku kaget, dan aku kira, kamu yang mengirim pesan itu, tapi ternyata nggak. "Jawabnya dengan suara bergetar.

Rexy mencengkram dagu Rena dan sehingga gadis itu mau tak mau mendongakan kepalanya dan menatap takut wajah Rexy dari dekat. "Kamu kira itu pesan dari aku? Pikirkan sekali lagi Rena! Untuk apa aku mengirim pesan konyol itu sama kamu, hm? Dan untuk apa aku repot-repot mengganti nomor hanya untuk pesan konyol? "

Rena mundur beberapa langkah ketika Rexy mendorongnya dengan sedikit kasar. "Pikirkan itu Rena! Jangan menjadi orang bodoh. Walau kamu pacar ku, bukan berarti aku akan meneror mu dengan mengirimkan pesan itu. "

Mata Rena berkaca-kaca, kedua tangannya terkepal menahan sesak didadanya.

Tanpa rasa kasihan Rexy menarik lengan Rena dengan cengkraman kuat, laki-laki itu membawa gadis kecil nakalnya itu kedalam ruangan nya. Rena yang ditarik pun hanya diam, dia menyadarinya bahwa ia akan dihukum oleh Rexy.

Jujur rasanya Rena ingin menangis, meluapkan rasa sesak dan amarahnya yang muncul kepada Rexy. Tapi untuk apa semua itu? Tenaganya akan sia-sia saja karna Rexy lebih kuat darinya.

Rexy menoleh kebelakang melihat Rena masih diam ditempat, tanpa pikir panjang laki-laki menggendongnya dengan kasar. Rena terus memberontak dan memukul dada bidang rexy.

"Diam atau aku jatuhkan kamu disini!" ucapnya Rexy dengan nada suara yang berbeda.

Sampai ruangan, Rexy menjatuhkan Rena di tempat tidur nya dengan kasar sehingga Rena merintih sakit pada punggungnya yang dihempas kasar oleh Rexy, sangat kejam.

"Alan, nanti bunda nyariin gimana? "Ucap Rena pelan seraya menggigit bibirnya.

Rexy menoleh dengan tangan yang membawa pisau kecil. Mata Rena melotot, dan tak sengaja ia meremas sepreinya dengan wajah memucat.

"Aku belum kabarin Bunda kamu, tunggu disini jangan kemana-mana kalau nggak mau hukuman mu bertambah. "Setelah mengucapkan itu Rexy beranjak keluar dari kamar dan meninggalkan pisaunya dinakas.

Rena menghembuskan napas nya lega. Rexy sudah keluar dari ruangannya.

Rena menatap pisau kecil itu dengan meneguk salivanya susah payah. Tajam dan mengkilat. Rena ingin sekali membuang pisau tajam itu dari sini, tapi ia masih sayang nyawa untuk membuangnya. Jika saja disini ada jalan keluar, mungkin ia akan keluar dari sini.

Rena menatap sekeliling kamarnya yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Matanya tak sengaja menatap bingkai kecil didekat laci yang terbuka.

Rasa penasaran nya membuat ia beranjak dari tempat kasurnya itu dan mengambil sesuatu dilaci itu yang membuatnya penasaran.

Ia membuka sedikit laci itu dengan hati-hati dan muncul sebuah bingkai kecil. Dibingkai itu terdapat tiga orang anak kecil yang sedang mendekatkan dirinya ke gadis itu. Disebelah kanan laki-laki itu merangkul sambil mencium pipi gadis ditengahnya, berbeda dengan laki-laki disebelah kirinya yang hanya menggenggam sebelah tangan gadis ditengah itu, terlihat wajah yang tidak berekspresi, datar.

Rena menatap binggung, siapa gadis yang dirangkul oleh laki-laki ini? Dan yang menggenggam sebelah tangan gadis itu? Wajah salah satu dari laki-laki itu mirip sekali dengan Rexy versi kecil. Rena terkekeh kecil melihat salah satu laki-laki yang merangkul gadis itu dengan sangat possessive. Berbeda dengan laki-laki yang berwajah datar tanpa ekspresi, sebelah tangannya menggenggam tangan gadis itu.

Seketika muncul banyak pertanyaan yang muncul ketika melihat kedua wajah laki-laki ini. Siapa gadis ini? Dan mengapa gadis itu terlihat sangat dekat dengan kedua laki-laki itu?

Baru saja ingin membalikan belakang bingkai itu, terdengar suara lift terbuka, langsung membuat Rena panik lalu menyimpan bingkai kecil itu dilaci dan menutupnya. Lalu ia menatap Rexy yang membawa baskom yang berisi es. Dan tak lupa membawakan sebuah tali. Aish mau diapakan dia ini sampai membawa baskom berisi es tersebut?

Rena menelan salivanya susah payah. Pasti dingin banget, batin nya.

"Ngapain kamu disitu?"tanya Rexy

Rena gelagapan.  "Hah? E-engga c-cuma liat-liat aja, kamar kamu tampak berbeda dari sebelumnya. "Jawabnya gugup.

Rexy memicing matanya curiga, gelagat Rena membuatnya curiga namun ia menepis semua pikiran negatifnya itu.

"Telentang. "Perintah Rexy

"Hah?"beo Rena

Rexy mendorong tubuh Rena hingga telentang membuat Rena kaget setengah mati. Rexy mengambil tali dan langsung mengikat tangan dan kakinya disisi ranjang tidak bisa berontak.

"Alan aku mau diapain?"panik Rena

Rexy tidak menjawab, ia malah mengambil pisau dinakas nya dan mulai menyayat lengan Rena. Tapi lihatlah ketika melakukan hal itu wajahnya datar, mungkin berbeda didalam batinnya.

"S-sakit... Alan! "

"Ini hukuman untuk kamu, karna laki-laki itu memegang tangan mu, dan berdekatan dengan laki-laki itu, walaupun kamu nggak melihat aku, tapi ingat Rena! Aku selalu mengawasi mu walaupun tidak bersama mu. "

"Tapi Alan... A-aku kan udah— ARGH!!" Pekiknya tiba-tiba ketika Rexy memperdalam sayatannya.

"Jangan menyela, Rena!"Bentak Rexy

Mata Rena berkaca-kaca mendengar bentakkan dari Rexy yang tengah emosi, ditambah tangan nya sangat sakit dan perih karna Rexy menyayat nya dengan sadis, seolah-olah dirinya adalah mainannya.

Rexy menyayatnya dengan tulisan China, yang entah artinya apa. Mata Rexy berkabut hasrat membunuh yang sudah lama ia taham, dia tidak melihat ketakutan dan mendengar suara rintihan Rena yang meminta nya untuk berhenti, Rexy seakan tuli, demi kepuasannya ia tidak akan memberhentikan aktivitas ini.

Air mata Rena mengalir deras, teriakan maupun jeritan terdengar nyaring diruangan ini, suasana berubah menjadi mencekam dan berbau amis.

"Udah Alan.... Sakit!"rintih Rena disela-sela tangisnya.

Rexy membuka baju atasnya dan menyayat disekitar bahu mulus Rena dengan santai nya Rexy melakukan dengan santai dan menyunggingkan sebuah seringai penuh misteri pada darah yang mengalir diarea bahu Rena.

Puas menyayat Rena dengan pisau kesayangan nya, dan ia juga merasa sedikit kasihan dengan Rena yang meraung-raung meminta berhenti. Dengan berat hati Rexy menghentikan aktivitas nya itu lalu mengambil baskom dinakas dan mengompres diarea sayatannya dengan sedikit mengelusnya. Sensasi antara perih, sakit dan dingin menjadi satu, itulah yang dirasakan Rena yang malang.

"Argh perih Alan!"

"Hiksss udah Alan.... Perih!"

Setelah selesai Pengompresan pada luka sayatan dirasa sudah cukup. Rexy melepas tali nya disisi tempat tidurnya. Sedangkan Rena hanya bisa menangis, tubuhnya tidak bisa digerakkan, seperti kebal karna kedinginan dan masih terasa perih diarea sayatan tersebut.

"Tidur, sayang. "Perintah Rexy yang membersihkan semua alat-alat itu dan membawa nya keatas nakas.

Rena hanya menurut tanpa mau berbicara lagi. Ia marah kepada Rexy, sangat lah marah. Mungkin ia akan mode ngambek besok.

Rexy pun membaringkan tubuhnya disebelah Rena dan Rexy tertidur dengan posisi memeluk Rena miring agar tidak tersentuh pada luka sayatan nya. Tak lupa Rexy memberikan sebuah kecupan singkat pada dahi Rena agar ia tenang.

"Good night... Semoga ini membuat mu jera dan tidak akan membantah ucapan ku karna berdekatan dengan laki-laki brengsek itu. "


◆◆◆

SORRY KLO ADA TYPO NYA WKWKW.

BTW VOMENT BOLEH NIH?? KLO MENURUT KALIAN SERU DAN MENARIK SILAHKAN VOTE ATW KOMEN.

NEXT PART GUYSS!!

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang