50. MBIP [TERULANG KEMBALI]

13K 1K 41
                                    

"Hai Ca!"

"Eh anjir—Rena! Lo darimana aja? Tiga hari nggak sekolah? Gue bosen anjir lo kagak masuk-masuk. "

Rena tersenyum. "Gua sakit kemarin, tadinya juga gua nggak dibolehin sekolah dulu sama bunda karna belum sembuh total, tapi gua maksa. Gua kangen sama lu Ca, bosen dirumah terus, mana hp gua rusak lagi. "

"Pantesan gue chat lu nggak dibales-bales. Gua kira lu udah lupain gue. "

Rena terkekeh. "Ya nggak mungkinlah, lu kan sahabat gue. Mana mungkin gua lupain lo. "

"Aaaa makin cintahh deh aku, "

Mereka tertawa bahagia menghilangkan rasa kerinduan karna beberapa hari mereka tidak bertemu.

Rena merasa beruntung memiliki teman seperti Ica. Jarang sekali Rena menemui teman sebaik Ica, yang selalu mengkawatirkan dirinya bila kenapa-kenapa, tidak pernah mengeluh karna mereka selalu berdua saja. Selalu ada dikala senang dan sedih. Rena merasakan apa arti sesungguhnya dari seorang teman, bahkan Rena tak segan-segan mengganggap nya sebagai sahabat.

Jujur baru kali ini Rena merasakan seorang teman yang sesungguhnya. Dulu sebelum Rena sekolah diSMA Merah Putih, Rena bahkan tidak merasakan seorang teman yang sesungguhnya mau berteman dengannya. Mereka palsu, sikap baik mereka hanya ingin memanfaatkan dirinya. Setahun bersekolah diSMA Pelita, Rena merasa dirinya hanya dimanfaatkan oleh mereka. Rena itu lugu, polos, mudah dimanfatkan oleh teman sekelasnya. Pantas saja Rena selalu jadi bahan olokan karna dirinya yang terlalu polos.

Dulu Rena pernah jadi bahan taruhan oleh temannya, harus menjadi pacar seorang kapten basket yang notabenya kakak kelasnya. Masa itu Rena binggung untuk menyetujuinya atau tidak, tapi mereka selalu mengancam tidak akan berteman dengan dirinya lagi jika dia tidak menyetujui taruan konyol itu. Dengan berat hati Rena menyetujui hal konyol itu.

Rena mempertaruhkan harga dirinya hanya untuk mendekati si kapten basket itu, bahkan dirinya pernah dibully oleh para fans si kapten basket itu. Teman-teman nya selalu menyemangtinya agar Rena bisa berpacaran dengan si kapten basket itu.

Hari-hari berlalu dan Rena berhasil membuat si kapten basket itu luluh padanya hingga membuat dirinya juga jatuh dalam pesonanya dan semenjak saat itu Rena pernah berpacaran dengan si kapten basket itu.

Seluruh murid SMA Pelita geram mendengar bahwa berita Rena berpacaran dengan si kapten basket itu, bahkan teman-temannya pun kesal karna Rena lah yang menjadi bahan taruhannya. Rena merasa beruntung memiliki pacar dari si kapten basket itu, sikapnya ramah, baik membuat dirinya terjatuh dalam pesonanya, dan Rena juga tidak menyesal jika dirinya menjadi bahan taruhan konyol itu.

Seminggu Rena berpacaran dengan si kapten basket itu, seminggu itu pula Rena mendapat cacian dan bullyan dari fans si kapten basket itu bahkan teman-temannya pun ikut membully nya dan selalu mengancam agar Rena putus dari si kapten basket itu.

Sebulan Rena merasakan hari-hari yang membuat dirinya tertekan bahkan ada niatan untuk pindah dari sekolah itu. Setahun itu pula Rena merasa dirinya bodoh karna bisa-bisanya dirinya dimanfaatkan oleh mereka, setelah mendengar bisikkan para teman-teman palsu nya disebuah toilet perempuan.

Dan saat itu pula Rena bertekad untuk memutus hubungan dengan si kapten basket itu dan harus melupakan masa-masa buruknya dengan cara pindah sekolah.

Saat kenaikan kelas, Rena berhasil pindah dari sekolah itu, dan mulai merasakan kehidupan Di sekolah baru. Rena berharap, dengan dirinya pindah disekolah itu hari-hari nya akan menjadi bahagia dengan memilih teman baru disekolah barunya dan tentu saja Rena mendapatkan teman yang tidak memanfaatkan dirinya walau hanya satu teman yang ia anggap baik tapi setidaknya itu tidak palsu.

"Woy Ren, ngapain pagi-pagi bengong? Awas lu nanti kesambet. "Pekikan Ica menyadarkan Rena dari lamunannya.

"Ah nggak gua cum—

"Woy hari ini ada praktek olaharga, lo semua ditunggu dilapangan sekalian pake baju olaharga. Cepetan disuruh pak Dedi! "Teriak Dion yang baru masuk kelas membawa bola basket ditangannya.

"Ett gua lupa bawa bajunya anjir! "

"Bukannya nanti siang ya? Kenapa malah pagi, niat banget tuh guru. "

"Woy gua pinejm baju olaharga dong yang punya dua! "

"Et dah minjem sama kelas lain ajalah. Gua lupa bawa sat-!! "

"Ren lu bawa bajunya nggak? Kalau bawa cepet sana ganti sekalian bareng "

"Bawa, ada diloker. "

"Yaudah cepetan ambil, gua tunggu. "

Rena mengangguk pelan, dia melangkahkan kakinya menuju loker untuk mengambil baju olaharaganya. Tempat loker terlihat ramai, siswa-siswi kelas Rena berbondong-bondong mengambil baju olaharagnya diloker masing-masing.

Rena pun membuka lokernya, dan mengambil baju miliknya. Tiba-tiba saat dia mengambil baju tersebut terdapat kotak kecil disudut loker dan ada sebuah kertas juga. Rena mengernyitkan dahinya, dengan rasa penasaran yang membuncah, ia pun mengambil kertas dan kotak. Sebelum itu Rena menaruh baju miliknya diloker kembali.

Kali ini Rena memilih mengambil kertas tersebut lalu membacanya. Ada sebuah tinta hitam dan juga tulisan aneh dikertas tersebut.

'Tus días estarán llenos de mi terrible terror. Pagarás por todas las obras realizadas por él.'

"Bahasa apa ini? "Gumam Rena memperhatikan huruf-huruf yang terlihat aneh.

Karna binggung dibaca, hurufnya juga terlihat asing. Rena akhirnya menaruh kertas tersebut disaku seragamnya dan memilih mengambil kotak yang berada didepannya. Kotak yang dilapisi berwarna merah cukup membuat Rena penasaran apa isi dari kotak tersebut didalamnya.

Saat ingin dibuka, suara pekikkan Ica, membuat Rena mengurungkan niat untuk membukanya. "Woy Ren lama amat! Yang lain udah kumpul dilapangan--- lah itu kotak apa Ren? Darimana itu? "

"Ada diloker gue. "

"Siapa yang naruh anjir, terus isinya apa? "

Rena menggeleng. "Belum tau, ini baru mau dibuka. "

"Coba kita buka, gue penasaran anjir isinya apa. "

Dengan cepat Rena dan Ica pun membuka kotak tersebut. Seketika mereka teriak kencang dengan isi kotak tersebut.

"Aaaa!!!! "

Sontak kotak tersebut Rena buang, mukanya seketika pucat pasi. Sedangkan Ica dia menutup hidungnya dan mulutnya yang terasa mual. "Iwww siapa yang naruh bangke diloker lo Ren! "

Rena memundurkan langkahnya, jantungnya berdetak tak karuan, napasnya memburu. Kejadian ini--- terulang kembali pada dirinya.

"Tolong!! Ada bangkai!" Teriakan Ica membuat para siswa-siswi yang lewat pun langsung berjalan kearahnya.

"Ada apa? "

"Ih anjir ada bangkai. "

"Aaaa ada bangke! "

"Siapa yang naruh bangkai disini anjir, nggak ada kerjaan amat! "

Pandangan Rena mulai memburam, seketika Ica berteriak dan berlari kearah Rena. "Rena!! "

Para siswa-siswi yang berada didekatnya pun membantu Rena membopongnya membawa nya ke UKS karna teriakkan dan amarah Ica. Disaat genting seperti ini mereka hanya melihat tanpa ada yang membantu dan yang lebih parahnya lagi ada yang memvidio kan kejadian ini yang menurutnya sangat langka jika dilewatkan.

Murid nggak ada akhlak emang:)

◆◆◆

Bwahaha aku yang ketik tapi knp aku yg ngakak astagfirullah :)😂

Btw sesuai janji aku double up klo tembus 450 vote.
Makasih yg udh dukung ceritaku.

Jngn lupa vote dan komen juga ya. 😂

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang