54. MBIP [PENOLAKAN]

12.3K 1K 81
                                    

Ica berkali-kali menghembuskan napasnya yang memburu, berusaha menenangkan dirinya. Pikirannya berkecamuk antara gelisah dan ketakutan. Dirinya kini terkena masalah karna berurusan dengan seorang Rexy. Laki-laki bermost wanted dengan sikap yang menyeramkan. Membuat dirinya tidak tenang, aura nya begitu kuat sehingga membuat suasana begitu merinding.

Ia menggelengkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya dilutut, wajahnya pucat pasi, sehingga keringat dingin mengucur dipelipisnya. Dia tidak pernah merasakan ketakutan ini sebelumnya.

Air matanya mengering dengan rambut yang acak-acakkan. Dirinya kacau ditambah ketakutan yang menghantui dirinya.

Ancaman Rexy tidak main-main. Dirinya salah menilai laki-laki yang ia kira pengecut karna berani mengancam perempuan. Tapi nyatanya dirinya lah yang pengecut karna bermain dengan orang yang salah. Ya salah karna menganggap laki-laki itu biasa saja dan pengecut karna berani mengancam perempuan, salah menganggap laki-laki itu sebagai idola para perempuan karna sikapnya yang mengerikan.

Dulu ia pernah mengidolakan Rexy disekolah karna ketampanan dan kecuekkannya membuat dirinya tertarik untuk mengidolakannya. Tapi untuk sekarang, Ica menganggap Rexy sebagai monster yang mengerikan. Dia yakin kalau Rexy mempunyai sisi buruk, dan ada sikap yang membuat orang tercegang, dibalik sikap dingin dam cueknya itu.

Ica melirik darah yang menempel ditembok sampingnya. Ada rasa takut dan cemas jika melihat darah. Apalagi darah itu berasal dari monster itu, dia Rexy Alano.

Berkali-kali Ica menggelengkan kepalanya sesekali memukul kepalanya ketembok. Kata-kata dan kejadian masih terngiang-ngiang dipikirannya. Dirinya hampir strees dan frustasi.

Dengan keadaan yang kacau seperti ini. Lebih baik ia pikirkan cara agar monster itu tidak berbuat hal yang terduga, lagi. Ya mungkin itu lebih baik daripada memikirkan hal itu malah membuat dirinya lebih tertekan.

◆◆◆

"Rena! "

Merasa terpanggil, Rena pun menoleh kearah suara tersebut. Orang tersebut adalah Ica, dia berlari mengejar Rena dikoridor sekolahnya dan ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"Hai Ren. "Sapanya sedikit canggung dan dibalas dengan senyuman kaku oleh Rena.

"Ada apa? "Tanya Rena sedikit binggung. Tingkah Ica kembali ramah padanya hal itu membuat Rena merasa ada yang tidak beres padanya. Padahal kemarin Icalah yang pertama kali mengacuhkannya dan sekarang kenapa tingkahnya berubah seolah-olah tidak ada masalah diantaranya.

Ini aneh sekali.

"Em, lo mau kekelas 'kan? Gua bareng ya. "Mohon Ica

Rena mengerutkan dahinya, lalu mengangguk seraya tersenyum. "Oke. "

Ditengah perjalanannya keduanya tampak diam, canggung karna hal kemarin. Ica sedari tadi gelisah, ingin membuka topik pembicaraan tapi ia malu dan canggung. Hatinya gelisah, ancaman Rexy masih terngiang-ngiang dipikirannya. Laki-laki itu sangat possessive pada Rena, sampai-sampai dirinya diancam hanya karna ingin menjauhi Rena.

"Em Ren, gue minta maaf ya karna sikap gua kemarin. Jujur kemarin itu mood gua lagi nggak enak banget, rasanya gua pengen marah-marah mulu, mungkin efek pms kali ya. Jadi ya gitu, gua takut kalo gua ngomong sama lo nanti malah nyakitin hati lo Ren. "Ucap Ica dengan menatap Rena.

Rena tersenyum. "Iya, gua juga ngerti kok, santai aja. "

"Makasih Ren, lo udah ngertiin gue. "

"Iya nggak papa. By the way tugas dari pak didi lo udah kerjain? "Tanya Rena

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang