29. MBIP [BERBAIKKAN] 2

21.5K 1.5K 16
                                    

Rexy mematung mendengar suara lirih Rena. Kedua tangannya terkepal, niatnya melakukan hal ini agar Rena berada disisinya, tidak boleh keluar menemui laki-laki brengsek itu lagi. Tapi kenapa justru Rena tertekan dengannya? Dan meminta memutuskan hubungan ini? Padahal hari ini, niatnya ia ingin mengunjungi rumah Rena dan menjelaskan bahwa ada sesuatu yang terjadi sehingga laki-laki itu tidak pernah mengabarinya.

"Shit! "

Keadaannya berbanding balik, tidak sesuai yang Rexy harapkan. Ini semua karna Raja, jika saja Rena tidak mengajaknya untuk berkumpul, mungkin saja hari ini juga Rexy akan mengajaknya kencan.

Lihatlah, keadaan Rena sudah terlihat sangat kacau, air matanya tak henti-henti mengalir dipipinya, matanya bengkak karna terlalu banyak menangis. Tangannya masih terasa dingin.

Sebenarnya Rexy tidak tega melihatnya, hatinya tersayat, namun matanya masih mengilatkan cahaya kemarahan. Dadanya masih bergejolak akan amarah dan kecewa yang menjadi satu.

"Berhenti menangis Rena! "

Rexy melepaskan kedua ikatan yang berada dikedua tangannya dan kedua kakinya. Lalu ia mengambil sesuatu dilaci dekatnya, dan mendekatkan benda itu pada lengan kiri Rena. Sontak Rena mendesis karna merasakan benda itu menyuntiknya.

Tangisan Rena mereda hanya sesegukkan saja. Beberapa menit kemudian, entah kenapa tubuh Rena terasa kembali segar dan suhu tubuhnya tidak seperti tadi. Suhunya kembali normal, napas Rena tidak seberat tadi. Gadis itu berusaha menegakkan tubuhnya agar posisinya menjadi duduk.

"Aku akan menjelaskan kenapa aku tidak mengabari mu beberapa hari yang lalu. Jangan gegabah dengan mengatakan sesuatu yang membuatku marah. "Kata Rexy sambil mengecup kening Rena.

Ia menjelaskan masalah keluarganya yang saat ini dalam masalah karna kedatangan Alex kerumahnya. Sepatah demi sepatah kata Rexy mengatakannya dan tidak ada yang disembunyikan darinya. Ia tidak mau kesalahpahaman ini semakin berlanjut dan akan merenggangkan pada hubungannya. Rexy tidak akan membiarkan Rena pergi dari hidupnya.

Rena mencerna setiap kalimat dari Rexy. Ia mengerti, seharusnya ia tidak egois dengan masalah yang dialami oleh Rexy, seharusnya ia membantu namun penyebab hilangnya Rexy membuatnya egois dan tidak memikirkan kejadian sebenarnya yang dialami oleh Rexy.

Rena menghela napasnya lega mendengar cerita Rexy. Ia tahu tidak mungkin Rexy berbohong, karna Rexy sudah berjanji untuk tidak menutupi masalah apapun yang dialaminya. Jika Rexy berbohong maka Rena mengancam untuk mengakhiri hubungan ini.


"Maaf. "Terasa berat saat Rena mengatakan hal itu pada Rexy, ia merasa bersalah karna menuduh Rexy sembarangan.

"Maaf Alan, maaf. "

Rexy tersenyum akhirnya Rena tidak egois dalam mengatakan sesuatu yang membuat sisi psychopath nya bangkit. "It's okey, aku juga minta maaf sama kamu karna nggak ngabarin beberapa hari itu. "

Rena menggeleng. "Ini semua salah aku, a-aku salah paham sama kamu. "Mata Rena berkaca-kaca.

Rexy kembali memeluk Rena sambil mengecup puncuk kepala Rena berkalu-kali dengan bibir yang mengucapkan terimakasih karna tidak ada kata putus dari mereka.

"Tadinya aku mau hukum kamu, karna mengucapkan kata laknat itu tap—

"Tapi kenapa? Udah reda nih marahnya jadi nggak jadi hukum aku?" sela Rena dengan kekehan kecil

"Tapi kalau itu mau kamu, aku sih siap aja." Rexy menyeringai lebar, membuat Rena bergidik ngeri.

"Jangan ngerusak suasana deh, lagi adegan mellow juga, kamu nggak bosen apa hukum aku terus? Nanti kulit aku jadi rusak deh dan berbekas nanti kamu bosen sama aku, Alan. " Rena mengerucutkan bibirnya membuat Rexy mengecup bibirnya.

"Ihh main nyosor aja!"kesal Rena

Rexy mengecup bibir Rena beberapa kali, hingga deringan muncul dari ponsel Rexy, sontak ekspresi Rexy berubah menjadi datar. Laki-laki itu merogoh kantongnya mengambil ponselnya lalu mengangkat dengan sedikit menjauh dari Rena. Ia tidak mau Rena marah lagi karna ini.

Rena mengerutkan dahinya menatap Rexy dengan curiga seperti ada yang disembunyikan oleh nya. Namun ia harus berpikir positif, dan harus mempercayai Rexy.

Rexy tersenyum miring disela-sela telponnya tanpa sepengetahuan Rena. Lalu menutup telpon nya menatap Rena dengan tersenyum manis.

"Aku tinggal dulu Ren, ada urusan penting. Boleh?"

Tanpa pikir panjang Rena mengangguk pelan sambil tersenyum manis.

Rexy senang langsung menarik Rena dalam pelukkan nya dan membisikkan sesuatu disana yang membuat Rena tersenyum senang lalu mengecup pipi Rena.
Pipi Rena memanas hingga memerah, sontak Rexy tertawa melihat wajah merah Rena. Rena mengerucutkan bibirnya.

"Aku pergi dulu sebentar. "

Baru saja beberapa langkahnya berjalan seketika ia berhenti lalu membalikkan tubuh nya dan berhadapan dengan Rena. Hal itu yang membuat Rena mengerutkan dahinya. "Kenapa? Ada yang ketinggalan?" Tanya nya

Rexy menggeleng lalu mengubah ekspresi wajahnya. "Jangan keluar kalau aku belum pulang, dan satu lagi jangan merindukkan aku jika aku belum pulang, "dia tersenyum kecil. Rena yang diperlakukan seperti itu seketika membuat pipi memanas menahan senyumnya.

Rexy sudah benar-benar pergi dari penglihatan Rena meninggalkannya dengan kekehan kecil melihat wajah Rena yang memerah. Ia sendiri lagi walaupun Rexy hanya sebentar meninggalkan nya tapi bagi Rena menunggu Rexy bagaikan berbulan-bulan. Memang benar kata dilan jika rindu itu berat, dan Rena mengalaminya sejak berpacaran dengan Rexy.

Rena tidak rela jika Rexy pergi namun sudahlah. Mungkin ada hal penting yang harus Rexy urus.

Sikap manis Rexy masih terbayang dipikiran Rena hingga bibirnya melengkung keatas dan ia tidak akan melupakan momen romantis tadi bersama Rexy walau diawalan nya nangis-nangis. Tapi diakhir romantis.

"Aaaa bunda! Tolongin Rena, Rena dibaperin sama Alan!!! "

◆◆◆

MANIS-MANIS DULU, MARAHNYA NANTI. WKWK

BTW VOTE AND COMMENT GUYSS!!!!

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang