34. MBIP [MENGHANCURKAN]

15.6K 1.2K 2
                                    

Rena melamun dengan tangan kanan menghentakkan bolpoin pada kertas yang tidak terpakai. Pikiran nya hanya tertuju pada Rexy yang belum mengatakan sejujur-jujur nya saat ia keluar dimalam hari.

"Heh Ren! Ngelamun mulu, sekarang giliran lo tuh yang ngerjain tugas. Dari tadi ngelamun mulu. "Celetuk Dinda yang sedari tadi melirik Rena dengan nada sinis nya

"Hm. "Dengan malasnya ia mengambil selembar kertas untuk mengerjakan tugas tersebut.

Yap sekarang Rena sedang kerja kelompok bersama teman sekelas nya kecuali Ica, seharusnya Ica ikut dalam kelompok ini namun guru yang menentukkan jadi Ica tidak sekolompok dengan Rena. Ia malas untuk kerja kelompok seperti ini jika tidak ada Ica apalagi teman kelompok nya itu seperti tidak suka pada nya membuat ia tambah malas.

"Oh iya lo pada tau nggak klo ada pembunuhan diperumahan dekat Cafe ini?" Tanya Febi setelah meminum

"Iya gua tahu, korbannya kan adiknya si Raja dikelas kita. " sahut Helma yang baru menyelesaikan tugas nya

Bolpoin Rena terjatuh dengan suara agak keras membuat yang lain menatap kearahnya. Ia menatap Helma dengan tatapan tanya. "Lo tau dari mana?"

Helma menghela napas pelan. "Dari tetangga gua, kebetulan kakak nya tinggal diperumahan dekat Cafe itu juga. "

Rena mengangguk. Mata nya tak sengaja melihat lelaki berhoodie hitam menatap nya tajam. Seketika wajah nya tegang lalu membuang muka nya kearah lain. Ia gugup bagaiman jika teman kelompoknya ini tahu jika dia ada disini.

"Kenapa muka lo tegang Ren?"selidik Helma

Rena menggeleng. "Ah engga. "Lalu ia melanjutkan tugas tersebut dengan tergesa-gesa

"Aneh banget. "Gumam Dinda yang sedari tadi melihat gerak-gerik Rena yang menurutnya aneh.

"Eh Ren? Lu masih pacaran sama kak Rexy?" Tanya Febi

Rena mengabaikannya.

Febi terkekeh sinis lalu memutar bola matanya. "Baru pacaran, udah sombong. Najis! ".

"Udah Feb. "Tegur Helma

"Eh ngomong-ngomong gua nggak lihat Raja, biasanya dia suka nempel sama lo Ren?" Tanya Helma pada Rena

Rena menggendikkan bahu nya acuh. "Nggak tau. "

"Padahal Raja anggota kelompok kita loh sama Raga tapi dia nggak masuk, sayang banget nggak dapet nilai. "

"Ga? Diem mulu lo, sariawan?" Tanya Dinda sesekali melirik Raga yang bermain dengan ponselnya tanpa terganggu sedikitpun.

"Nggak. "

"Ck! Kebiasan singkat mulu, emang mulut lo ada aturan nya kalau mau ngomong sama yang lain?"

"Brisik. "

Mata Raga tak sengaja melihat sesuatu yang hitam di dekat pohon tak jauh dari bangku yang ia tempati. Matanya selalu mengarah kearahnya dengan tatapan tajam. Ia mengernyit alis nya, padahal ia tidak mempunyai musuh tapi mengapa lelaki hitam itu mengarah tajam padanya?

Raga melirik bangku sebelah yang ditempati Rena yang sedang mengerjakan tugasnya dengan teliti tanpa terganggu perbincangan perempuan didepannya yang sambil tertawa.

Rena yang merasa diperhatikkan melirik sedikit sampingnya ternyata Raga juga merasakannya. Matanya mengikuti arah mata Raga dan ternyata dia sedang menatap nya tajam, pantas saja Raga tidak nyaman rupa nya dia mengawasi nya sedari tadi dengan tatapan tajam.

◆◆◆

Ditengah pepohonan lelaki yang sedang berdiri melihat indahnya danau dan pemandangan alam yang begitu sejuk dan segar membuat ia enggan pergi dari situ.

Lelaki itu tersenyum miris betapa kejam nya hidup ini untuknya. Entah beberapa kali ia merasakan sakit yang telah ia pendam dihati nya. Entah beberapa kali kecewa dan sakit ini bercampur aduk dalam dirinya.

Ia bahkan tidak tahu kesalahan apa yang ia perbuat hingga hidupnya seperti ini, ia juga tidak menyangka cita-cita untuk membahagiakan orang tua nya hingga ia beranjak dewasa telah pupus, hancur berkeping-keping. Hidupnya hampa tidak ada yang menyemangati nya, hingga orang yang ia cintai juga telah direbut olehnya.

Mengepalkan tangan nya dengan kuat, ingin melampiaskan semua yang ia rasakan saat ini. Ingin melepas semua beban yang menopang nya selama ini. Namun apa yang terjadi? Ia malah gagal. Entah apa yang tuhan rencanakan hingga takdirnya seperti ini hingga hidupnya hampa dan hancur berantakan.

Ingin menangis namun ia tidak mau dibilang lemah.
Ingin marah namun melampiaskan nya pada siapa?

Ia ingin mati saja dan ingin bersama orang tua nya dialam sana namun Ego untuk membalaskan dendam nya kian menggerogoti pikiran nya. Ego yang selama ia tahan harus dilampiaskan. Bagaimana pun cara nya ia harus selesaikan semua masalah ini dengan cara nya.

Menyeringai penuh misterius dengan kepalan tangan yang masih kuat. Bergumam dengan penuh ancaman. Pandangan nya masih lurus pada danau yang tenang seolah tidak ada apa-apa didalam sana.

"Gak ada yang bisa menghalangi rencana gue yang satu ini. "


◆◆◆

PNDK YA? GK ADA IDE LGI SOAL NYA,. MOOD ANCUR HUAAA 😭

VOTE OR COMMENT GUYSS!!!!

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang