51. MBIP [HAMA KECIL]

12.7K 1K 102
                                    

"Eungh... "

Rena baru tersadar dari pingsannya, menyesuaikan cahaya yang masuk dan terdapat pula seorang laki-laki dan perempuan berada disampingnya yang khawatir.

"Syukurlah lo udah sadar Ren, gua panik tadi lo pingsan. "Ica menghembuskan napasnya lega.

"Ada yang sakit? Aku panggilin PMR ya? "

Rena menggeleng lemah. Tubuhnya sangat lemas jika digerakkan. Kejadian itu terulang kembali, Rena sungguh binggung siapa yang mengirim bangkai itu, sudah dua kali dia mendapatkan bangkai. Siapa orang yang jahat padanya? Rena merasa tidak punya musuh, tapi kenapa akhir-akhir ini terror demi terror selalu terarah kepadanya?

Rasanya Rena tidak kuat jika terror itu muncul kembali padanya. Entah kesialan macam apa yang dia perbuat sehingga terror itu kembali datang.

Tubuh Rena bergetar mengingat sekilas kejadian tadi, air matanya meluncur dipipi mulusnya tanpa dia sadari. Rexy yang melihat air mata Rena yang jatuh sontak memeluknya.

"Tenang, kamu aman sama aku. "

"Hiksss... Takut!"

Rexy memeluk Rena dengan erat seraya mengusap pelan rambutnya. Matanya terpejam, menahan emosi saat mengingat kejadian tadi. Sepertinya ada seseorang yang ingin bermain-main dengannya, hingga melampiaskan terror itu kepada Rena. Rexy harus mencari tau semua ini dan dalang dibalik terror sialan itu.

Diam-diam tangan Rexy mengepal kuat sehingga otot-otot lehernya menonjol. Dia tidak rela melihat kekasihnya menangis kembali karna terror sialan itu. Sepertinya ia harus cepat turun tangan dan mencari pelaku itu sendiri, agar ia bisa menyiksanya dengan puas.

"Udah Ren jangan nangis. Kita bakal ngelindungi lo kalau terror itu kembali datang. "

"Hiksss... "

"Bentar Ren, gua ambilin teh anget dulu. Tadi gua panggilan PMR, nggak ada yang nyautin. Songar bat najis!" Umpat Ica lalu keluar dari ruangan UKS.

"Udah jangan nangis. Kamu aman sama aku. Sekarang ceritakan yang terjadi diloker sampai kamu pingsan?"

Rena menghela napas pelan, menenangkan dirinya agar bisa menceritakan kejadian yang membuat air matanya ingin berjatuhan dipipi mulusnya.

Rena menceritakan dimana ia baru saja ingin mengambil baju olaharaganya diloker miliknya, dan menemukan sebuah kertas dan sebuah kotak berwarna merah. Sepatah demi sepatah kata yang keluar dari bibir Rena, sudah membuat Rexy tidak menahan diri untuk mencari tahu siapa dalang dibalik terror yang dialami Rena. Diri Rexy sudah dikuasai emosi, sampai-sampai wajahnya memerah, dengan urat leher dan tangannya menonjol keluar.

"Hiksss... aku nggak tau kalau siapa yang naruh kotak itu diloker aku. Aku juga seminggu ini nggak masuk sekolah jadi---

"Syuttt, tenangin diri kamu dulu. Nanti aku akan mencari tau siapa dalang dibalik semua ini."

Tiba-tiba Rena menjauhkan diri dari Rexy dan mengambil sesuatu disaku seragamnya. Dia teringat pada sebuah kertas yang ia taruh disaku seragamnya sebelum ia membuka kotak sialan itu.

"Aku juga tadi nemu kertas ini Al, diloker aku. Aku nggak ngerti sama bahasanya yang aneh gitu. "Ucap Rena seraya memberikan kertas itu kepada Rexy.

Dengan cepat Rexy membuka isi kertas tersebut lalu membacanya dengan menautkan alisnya dan sepertinya dia kenal pada tulisan ini. Apakah jangan-jangan ini ada hubungan nya dengan...

"Tulisan yang sama." Gumam Rexy

Rena mendongakkan kepalanya, mendengar gumaman Rexy yang tidak jelas. "Kamu kenal sama tulisan nya Al? Jadi kamu tau siapa yang nerror aku selama ini?"

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang