33. MBIP [BERITA PEMBUNUHAN]

16K 1.2K 11
                                    

Disisi lain seorang laki-laki yang sedang duduk dikursi dengan kedua kaki diatas meja dengan silang. Dengan mulut yang mengeluarkan sedikit asap dan sebelah tangan memegang pematik menatap intens lelaki yang berdiri didepannya.

"Menurut informasi yang saya ambil bahwasannya dia keluar dari apartementnya dan pergi dengan jubah hitam dan saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. "

Laki-laki itu mengerutkan dahinya. Lalu menurunkan kedua kaki nya menatap lelaki yang didepan nya dengan tajam. "Kau yakin itu?"

Lelaki itu mengangguk agak ragu. "Benar Tuan saya melihatnya. "

"Apakah kau mengerjakan apa yang ku suruh?"

"Iya tuan, saya menyimpannya di flashdisk ini seperti yang tuan suruh. " Lelaki itu mengeluarkan flashdisk yang terlapisi kantung hitam lalu memberikkannya pada Tuannya.

Laki-laki itu menyeringai puas, ia mempunyai bukti yang kuat untuk menghancurnya dia.

Laki-laki mengangguk pelan. "Apa saja yang dia bawa?"

Lelaki itu menautkan alisnya. "Maksud tuan?"

Laki-laki itu berdiri dengan helaan napas kasar. "Kau melihat dia membawa apa saat keluar?"

Lelaki itu menggeleng. "Saya tidak melihat dia membawa sesuatu. "

"Kau boleh keluar. "

Lelaki itu mengangguk pelan lalu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan laki-laki yang sedang menyeringai kecil dengan mulut yang mengeluarkan asap sedikit dimainkan.

"Hm. Seperti biasa"

"Siap-siap, hidup lo akan hancur, ditangan gue. "

◆◆◆

Rena mengurucutkan bibir nya sambil memalingkan wajah nya kearah lain, tidak mau menatap Rexy. Meskipun Rexy menatap nya dengan Aura yang dingin namun Rena mengabaikannya.

"Mau sampai kapan, kamu begini Rena?"

Rena terdiam.

Rexy menghela napas kasar. "Okey, kamu diizinin, tapi kali ini aja. "

Seketika wajah Rena berbinar dan menatap Rexy dengan senyuman manis. "Beneran Al?"

Rexy mengangguk pelan. "Tapi janji jangan deket sama cowo lain, aku bakal ngawasin kamu terus. "

Rena mengangguk antusias sambil tersenyum. "Oke, makasih Alan. "

"Ayok kita kekantin. "

Rexy bergandengan dengan tangan Rena yang berada disampingnya. Tidak perduli dengan cibiran orang. Walaupun Rexy ingin sekali memotong lidah mereka karna lancang sekali mulut mereka untuk mencibir maupun mencemooh hubungan nya dengan Rena.

"Aku malu Alan. "Rena meneguk salivanya lalu menundukkan kepala nya.

Rexy menatap tajam pada orang-orang yang melihat nya dengan tatapan sinis. Tak lupa memberi seringai mematikkan agar semua orang terdiam dan memalingkan wajah mereka.

Bianca cs menatap pucat pada tatapan Rexy yang menatap nya tajam dan berseringai kecil. Ia buru-buru memberi kan kode pada teman-temannya agar segera keluar dari kantin. Aura dingin dari Rexy keluar membuat seluruh kantin hening.

"Sini Ren. "Seru ica yang melambai-lambaikan tangannya, ketika matanya tak sengaja melihat Rena dari kejauhan.

Rena mengangguk dan menarik tangan Rexy untuk memilih meja nya didekat ica. Rexy yang ditarik pun pasrah mengikuti Rena dari belakang. Huft seperti babu saja Rexy ini!

Rexy menatap mereka dengan mengernyit sebelah alis nya. Tidak mungkin kan jika laki-laki seperti Rexy bergabung dengan kedua perempuan dan hanya Bertiga saja tanpa ada laki-laki disebelah nya!!! Oh my god Harga diri Rexy akan menurun jika seperti ini.

Ia menyenggol sedikit lengan Rena yang sedang membicarakan... Entah lah Rexy tidak tertarik mendengar nya. Rena yang merasa ada yang menyenggol nya pun mendongakkan kepalanya menatap tubuh Rexy yang menjulang keatas dengan tanda tanya.

"Kenapa Al?"

"Aku ngumpul sama yang lain. Kamu lanjutin aja ngobrol nya sama teman kamu. "

Rena mengernyit. "Kenapa? Nggak disini aja?"

Rexy menghela napas. "Ada urusan sebentar. "

Rena terdiam lalu mengangguk pelan. "Oh yaudah. "

Rexy pun pergi dari keluar kantin. Ica melirik punggung Rexy yang mulai menghilang dari pandangan nya pun melambaikan tangan nya didepan wajah Rena.

"Kenapa pacar lo pergi?"

Rena mengangkat bahunya acuh. "Nggak nyaman, mungkin."

"Oh iya Ren, lo denger nggak ada pembunuhan sadis. "

Rena yang meminum pun tersedak mendengar ucapan Ica. "Pembunuhan?"

Ica mengangguk antusias. "Iya, gua denger-denger sih gitu. "

"Dimana?"

"Katanya sih diperumahan dekat Cafe yang kemaren kita pergi. "

Rena menyergah aneh. "Emang ada perumahan disitu? "

"Iya ada, cuma agak jauh dari Cafe. "

Rena terdiam. Mencerna kembali kata-kata dari Ica yang membuat pikiran nya kembali Negatif. Apalagi ini tentang pembunuhan. Mendengar kabar setiap pembunuhan sadis pasti selalu ada hubungan nya dengan Rexy. Seperti misalnya jika Rexy keluar atau ada urusan penting pasti saja ada kabar tentang pembunuhan. Apakah ini ada hubungan nya dengan Rexy?

Tapi tidak mungkin saja jika Rexy melakukan nya. Karna Rexy sudah berjanji untuk tidak membunuh orang lagi. Pikiran dan hati Rena bertolak belakang jika pembunuhan ini ada hubungan nya dengan Rexy.

Mendengar kabar seperti ini membuat hati nya tidak tenang. Ia takut jika Rexy melakukan nya. Walaupun sudah berjanji tapi tidak semua orang bisa menepati janji seperti ini. Apalagi jika Rexy melakukan nya seperti rutinitas nya.

Rena sudah berpikir matang-matang untuk bertekad memaksa Rexy untuk jujur pada nya. Meskipun Rexy akan membentak nya hanya karna masalah ini, Rena tidak perduli. Ia hanya ingin kejujuran dari bibir Rexy. Walaupun ia tahu jika resikonya akan berakibat fatal pada hubungan nya. Kemungkinan hubungannya dengan Rexy akan merenggang.

"Perasaanku tidak enak. "


◆◆◆

SORRY KLO ADA TYPO NYA GITU ATAU APALAH GITU.

BTW VOTE AND COMMENT GUYSS!!!

My Boyfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang