Part 1

13.5K 1K 33
                                    

Lelah menghadapi rongrongan orang tua untuk menikah, apalagi aku anak laki – laki pembawa marga. Rasa – rasanya aib sekali, kalau aku tidak kunjung menikah dan memiliki keturunan. Sebagai anak satu – satunya, mama dan papa tentunya, punya harapan lagi untuk kelangsungan marga di keluarga kami. Setiap aku melangkah pulang kerumah orang tuaku, pertanyaan mama selalu satu 'kapan dikenalkan?'.

Mau dikenalkan sama siapa? Kalau tidak ada satu perempuan pun yang berniat ku seriusi? Yang kutemui ya banyak, ku gombal – gombali, dan kadang aku mendapat sedikit keuntungan dari mereka. Sedikit kehangatan dan kemesraan yang bisa ku dapatkan dari mereka, bahkan, beberapa ada yang bersedia ku ajak tidur. Tenang, aku melakukannya dengan aman, aku selalu memakai pengaman.

Sejak kejadian itu, aku selalu memakai pengaman.

Hhh... kejadian itu lagi yang terlintas di kepalaku.

****

Mama yang terus gigih, memperkenalkan ku dari satu gadis manis ke gadis manis lainnya, yang menurut mama adalah sosok menantu ideal, akhirnya membuatku berpikir juga. Sebengal – bengal nya aku, when it comes to my mom, aku tak berdaya. I love my Mom to death.

"kali ini, gak ada bantahan lagi bang, mama mau kenalin kamu sama anak teman mama, dia cantik bang, Dokter, kurang apa lagi? Anaknya baik – baik juga"

Aku yang sedang duduk di meja makan, menikmati hari minggu dengan menggasak habis semua masakan mama, hanya bergumam menanggapi omelan mama.

"abang.. mama ngomong di dengar tidak itu" mama berkacak pinggang di sebrang ku, dengan papa yang hanya tersenyum menahan tawa, sambil menyembunyikan wajahnya dibalik koran nya.

"iya mama sayang, abang mau dikenalin sama dokter cantik kan? Yaudah kapan? Dimana? Asal jangan hari kerja, abang kan sibuk" mama hanya berdecak kesal, tapi pada akhirnya disebut juga nama dan tempat pertemuan itu.

Rumah sakit? Kenapa di rumah sakit?

"sopan – sopannya bang, tante rita juga gak mau nyodorin anaknya kayak barang dagangan. Ya kamu lah samperin dia ke RS sana, sekalian kamu juga tahu tempat kerjanya"

Aku hanya menghela napas, jadi aku disuruh mengejar – ngejar perempuan? Really? This is not my style at all, girls chased me, not me chasing girls. Tapi demi mama, apa boleh buat.

Bahkan selain alamat, mama juga memberikan jadwal praktik, dokter beranama Dr.Evelyne ini. Baiklah, dicoba saja dulu kan? Yang penting baginda ratu sudah puas, keinginannya terpenuhi, masalah nanti kami berlanjut atau tidak, yang gimana nanti saja lah.

Disinilah aku sekarang, duduk didepan sebuah ruang tunggu praktik dokter, 15 menit menjelang jam praktik nya berakhir. Pria disebelahku sejak tadi mengajak ku mengobrol, menanyakan maksud kedatanganku, kenapa mau tahu banget ya? setelah aku melihat ID card yang menggantung di lehernya, tertulis nama sebuah perusahaan farmasi, oh ternyata memang dia tenaga penjual produk obat – obatan. Tenang mas, kita beda tujuan, kalau kamu menjajakan obat, kalau saya disuruh ibu saya menjajakan diri, ke perempuan didalam yang bahkan saya belum tahu seperti apa wujudnya.

Aku pun pasrah, setelah pasien terakhir, ternyata mas – mas yang duduk disebelah ku tadi diberi giliran masuk duluan. Lagi – lagi aku menunggu, ini bahkan sudah jam 5 sore. Sabtu begini, dia praktik? Berarti kalau aku menikah dengan dia, jangan harap ada sore hari seperti Kanaya melayani Barra. menikah? Membayangkannya saja aku sudah ngeri.

Si mas – mas tadi, ternyata tidak menghabiskan waktu terlalu lama didalam. Sekarang dia sudah keluar, diikuti sesosok wanita cantik, bertubuh ideal dan kulit putih bersih, benar – benar tipikal wanita high maintenance yang terawat apik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jujur ku akui, aku sempat terpesona sesaat.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang