PART 52

5.3K 656 6
                                    

Adrian,

Aku berusaha menghadapi kenyataan, bahwa aku akan segera kehilangan seluruh harapanku dengan Zara. Aku berusaha menahan diriku untuk tidak menghubungi Zara diluar kepentingan Arsya. tapi aku tetap rutin menemui Arsya, terutama disaat dia mencariku.

Aku juga selalu mendampingi Arsya, setiap kali dia ada kunjungan kontrol dengan Evelyne. Kondisinya membaik cukup cepat, recovery nya bagus sekali. Nafsu makannya sudah kembali. namun ada satu sikap nya yang kadang membuat nya murung.

Gavin.

Aku tahu, Gavin akan segera melamarnya, walau sampai saat ini itu belum terwujud, entah kenapa. mungkin hanya masalah waktu. Tapi terlihat sekali usahanya untuk menarik Arsya mendekat padanya, begitu juga dengan mami nya Zara. Bahkan ketika Arsya sedang asik bermain denganku, dia tetap akan memaksa Arsya untuk lebih memilih Gavin.

Zara pun tampak kesal dengan ulah maminya, yang selalu memaksakan kehendak. Dari maminya aku sekarang belajar, bahwa kasih orang tua pada anak itu, jangan memaksa. Malah tidak sampai tujuannya untuk memberikan kasih sayang pada anak. Yang diterima oleh anak hanya sebuah kesan bahwa, orang tuaku pemaksa dan tidak pernah mendengarkan.

"Arsya.. come play with papi" teriak mami nya Zara dari ruang tamu, Arsya sedang menonton kartun Cars denganku diruang keluarga. Arsya memang belum mulai ku ajak berenang lagi di apartemen, atau berjalan – jalan. Dia baru seminggu keluar dari rumah sakit. Aku takut masih rentan.

Arsya menggeleng tidak mau. Aku juga heran, kenapa harus Arsya yang mendekati Gavin? Kenapa bukan Gavin yang menghampiri Arsya? apa karena aku disini?

Mami nya Zara tampak mulai kesal, dan dia berjalan menghampiri Arsya dan menggendongnya sedikit paksa. Aku sendiri sampai mengerutkan keningku heran, apa harus dipaksa seperti itu? Panggilan papi atau daddy tidak akan merubah apapun, kalau tidak disertai dengan ketulusan dari orang, yang mengharapkan panggilan terhormat itu.

Bahkan, aku dulu tidak berani mengharapkan panggilan terhormat itu dari Arsya, tapi dia menghadiakan itu padaku. Aku tidak pernah memaksa Arsya, untuk memanggil ku daddy, bahkan menganggap ku daddy. aku hanya berusaha hadir untuk dia, memberikan perhatian sebanyak ku bisa, dan meluangkan waktu sebanyak ku bisa. Karena aku sadar, sekuat apapun aku memaksanya menganggapku ayahnya, tanpa usaha dan kehadiran ku secara nyata, semuanya hanya akan menjadi sia – sia. Yang dia butuhkan adalah rasa. Rasa, bahwa aku adalah ayahnya, orang yang akan menjaga dan menyayanginya. Bukan paksaan untuk mengakui adalah ayahnya.

Aku tidak butuh dia memanggilku ayah, tapi hatinya menolakku, sebagai ayahnya. Itu akan menyakitkanku sendiri.

"No... I want daddy!!!" pekiknya meronta – ronta dalam gendongan maminya Zara, wajah mami nya Zara tampak kesal, bahkan dia berjalan dengan susah payah, dengan Arsya yang terus meronta hebat. Dan Gavin pun tampak serba salah, dan merasa kasihan melihat Arsya. dia sempat melempar pandangan padaku, dengan tatapan bersalah.

Ya. Gavin memang bersikap lebih tolerant padaku, sejak dia mengirimiku pesan bahwa dia akan melamar Zara. Dan aku membalas pesannya dengan baik pula, mendukungnya pada intinya. Kami sepakat, bahwa aku akan tetap menjadi ayah bagi Arsya sampai seumur hidupku. Itu memang kenyataan yang tidak bisa dia tepis, terutama sejak kejadian Arsya demam tinggi di rumah sakit, dan meronta semalaman memanggil namaku.

"mami!!! Cukup!!!" bentak Zara kesal, dia yang sedang mengobrol dengan Gavin diruang tamu, tampak geram "jangan dipaksa dong mi!! Dia cuma anak kecil, gak ngerti apa – apa!!"

"ya kalau gak dipaksa kapan bisanya? Dia akan segera hidup dengan kalian kan!! ini semua gara – gara dia terus – terusan muncul. Bikin rusak semua rencana kalian!!" bentak mami, sambil tidak melepas Arsya. Gavin yang tampak kasihan, akhirnya menghampiri dan berusaha mengambil Arsya, karena Arsya tampak sudah sangat kesal dan marah dipaksa. Gavin akhirnya membawa Arsya menjauh dari mami dan Zara. Dia berjalan ke arahku, dan menggendong Arsya yang masih memberontak untuk mendekat padaku.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang