Kami berpelukan dengan erat, tangan Zara mengalungi leherku, dan tanganku mengalungi pinggangnya sesekali mengusap lembut punggungnya. Tubuh kami bergoyang kekanan dan ke kiri, dengan iringan alunan musik yang lembut, yang mengalun mengisi ruangan ini sayup – sayup saja. aku memejamkan mataku, meresapi suasana yang ada. Ini bahkan sudah pukul 12 malam. Sunyi dan senyap diluar sana.
"sshhhh.....mmpphhhffff" rintih Zara untuk yang kesekian kalinya sepanjang 6 jam terakhir ini. aku mengusap lembut pinggang bagian belakangnya setiap kali dia merintih dan berhenti bergoyang mengikuti alunan musik."baaang..." rintihnya lagi sambil meremas punggung ku dan kepalanya semakin disandarkan pada dadaku.tangannya sudah tidak mengalungi leherku lagi, tapi sudah berpindah ke sembarang tempat dimana saja yang ingin dia raih. Aku pasrah saja.
"sabar sayang.. sabar..." bisikku, lalu dia mengatur nafasnya lagi sambil memejamkan matanya menahan sakit. Aku sendiri tidak sanggup membayangkan bagaimana rasa sakitnya itu. Hanya bisa mengucap sabar dan sabar berkali – kali. Padahal aku sendiri baru disuruh menahan rasa sakit karena menginjak ceceran lego Arsya selama 10 menit saja sudah berjingkat – jingkat sambil marah – marah. Apalagi wanita dihadapanku ini, sudah menahan sakit selama 6 jam.
"sakit banget abang...." rintihnya dengan sedikit menangis, aku pun mengecup puncak kepalanya sambil terus mengusap punggungnya. Sudah 6 jam dan Zara masih pembukaan 5, dan dia sudah merintih kesakitan tidak karuan. Aku sejujurnya tidak tega, tapi mau gimana lagi? Andai dia bisa membagi sakitnya denganku, akhirnya aku hanya bisa merelakan rambutku dia jambak dan lenganku di remas kuat dengan kukunya yang sedikit menancap dipermukaan kulitku.
Aku meringis ketika gelombang kontraksi itu datang lagi, dan dia bukannya memelukku, malah menarik rambutku "abang.... ya Allah" ucapnya yang juga kesakitan berbarengan dengan aksi tangannya yang tiba – tiba dia menjambakku , aku hanya bisa berpura – pura tidak sakit. "mau pindah tiduran miring lagi aja kayak tadi? Kan kata suster nya gak harus berdiri gini terus" tanyaku pada Zara.
Tadi memang Zara disarankan untuk duduk di gymball atau berdiri sambil berhadapan denganku seperti ini. biasanya memang sang suami akan memeluk istrinya dari depan, jadi sang istri bisa berpegangan dengan mantap pada suaminya. Bermaksud menyelimurkan rasa sakit, aku memutar lagu – lagu bernada slow lewat ponselku. Dan mengajak Zara bergoyang – goyang seperti berdansa. Awalnya dia masih bisa tertawa dan mendesis bergantian, tapi sekarang sepertinya gelombang kontraksinya sudah datang lebih hebat lagi. Desisannya sudah berubah menjadi rintihan yang lebih kencang.
Tangannya yang tadi hanya meremas setiap kali gelombang itu datang, sekarang sudah berubah menjadi menjambak dan mencengkeram erat lenganku.
Akhirnya aku menuntunnya kembali ke tempat tidur, dan memintanya untuk tidur dengan posisi menyamping dan kaki sedikit dilebarkan. "gosokin punggung aku" perintahnya dengan nada mulai galak. Aku yang semula berada dihadapannya, sontak berlari kecil ke belakangnya, dan menggosok punggungnya dengan gerakan teratur, seperti apa yang diajarkan waktu menemani nya senam hamil dulu.
Menemani masa kehamilan Zara, benar – benar bagai sebuah anugerah bagiku. 9 bulan yang tidak terasa berlalu.
Aku teringat perjalanan ku menemani masa kehamilan Zara dari sejak kami mengetahui keberadaan malaikat kecil kedua kami,
Awal kehamilan Zara sempat dilanda mabuk berat. Hampir tidak ada makanan yang sanggup masuk ke perutnya. Aku rasanya stress melihat tubuhnya yang sudah kecil, jadi semakin kecil. Tapi dokter meyakinkan kami, kalau itu tidak bahaya, karena berat si janin terus bertambah. Tapi tetap saja aku stress melihatnya.
Setiap saat aku di kantor selalu menelponnya, menanyakan dia mau makan apa. tentu saja semakin membuatnya kesal, katanya 'udah tau aku mual liat makanan! abang malah suruh mikir aku mau makan apa!'
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...