PART 36

5.6K 699 16
                                    

Zara,

Setelah aku berhasil mengatur emosi dan debaran jantungku yang seharian ini melompat – lompat tidak karuan. Akhirnya aku berhasil memejamkan mata untuk beberapa saat. Aku terbangun di kamar bang Adrian, diatas bantal dan berbalutkan selimut, yang seluruhnya beraroma pemiliknya. Aku berusaha meraih ponselku, yang ku letakan di nightstand, dan mataku lagi-lagi bersirobok dengan foto kami berdua.

Aku duduk di tepi tempat tidur, meraih bingkai foto itu, aku tersenyum dan mengusap lembut foto itu. Masa – masa bahagia kami. bang Adrian dan segala kelembutan dan kasih sayangnya padaku dulu. Bang Adrian yang selalu memanjakan ku.

Aku menghela napasku, berusaha menepis segala bentuk emosi yang ada. Aku merapihkan rambutku dan beranjak kedalam kamar mandinya, mencuci mukaku untuk menyegarkan penampilanku. Mematut wajahku pada cermin, seketika aku takut terlihat jelek dimata bang Adrian.

Aku menggelengkan kepalaku, stop it Zara, berusaha untuk menghentikan gejolak rasa yang timbul.

Aku keluar dari kamar dan menutup perlahan pintu kamar. Suasana sepi, hanya suara TV yang menyala, menyiarkan tayangan olah raga. Aku mengintip kedalam kamar Arsya, dia masih terlelap. Sepertinya benar – benar kelelahan. Aku memutuskan untuk ke pantry dan membuat segelas teh hangat. Aku berjalan ke arah sofa panjang depan TV, dan menemukan bang Adrian yang tertidur pulas disana. Sebelah tangannya ditekuk menutup matanya, sebelah lagi diletakan diatas perutnya. Sebelah kakinya terjulur, sebelah lagi tertekuk keatas.

"bang..." aku membangunkannya, dengan mengusap lembut bahunya, dia tidak bergeming "abang..." panggilku lagi, sambil sedikit mengguncang bahunya pelan. Dia tampak seperti terkaget, lalu mengangkat tangannya yang menutupi matanya, matanya masih menyipit berusaha sadar.

"eh..." dia menoleh ke arah TV "sorry ... sorry abang ketiduran, jam berapa sekarang?" tanyanya padaku.

"jam 4 bang.." jawabku, dia berusaha bangkit dan duduk, bersandar pada sandaran sofa "abang tidur dikamar gih" ucapku, dia mengusap wajahnya beberapa kali sambil menguap. Aku tertawa melihat wajah ngantuknya, aku rindu melihat wajah itu.

"Ashar dulu, udah kelewat. Kamu sholat? Bawa mukena?" tanyanya padaku, aku terdiam, baru kali ini bang Adrian menanyakan ini padaku. Jujur, sholat ku bolong – bolong. Seketika aku malu, aku menggigit bibir bawahku.

"mmm... gak lagi haid sih, tapi gak bawa mukena" ucapku malu – malu. Bang Adrian tertawa sambil mengacak lembut rambutku, aku semakin tertunduk.

"sebentar abang cariin, kayaknya ada punya mama di sini" dia berjalan masuk kedalam kamarnya, dan kembali membawa sepasang mukena berwarna putih, dengan bordiran di pinggirnya. "sholat ya sama abang? Mau dimana? Dikamar abang apa di ruang TV aja?"

Akhirnya kami memutuskan untuk sholat didalam kamarnya, dengan pintu kamar yang kami biarkan terbuka. Bang Adrian selesai berwudhu, sudah menggunakan sarung dan peci hitam, dan entah kenapa, membuatnya semakin terlihat mempesona. Aku sudah mengenakan mukena ku, berdiri di belakangnya.

Bang Adrian memulai takbir pertamanya, memimpin sholat berjamaah kami. aku mengikuti setiap gerakan sholatnya. Entah kenapa, ada perasaan yang hangat menjalari relung hatiku. Aku bahagia seperti ini.

*****

Arsya bangun pukul 5, langsung keluar dari kamar dan mencari daddynya. Berjalan sambil mengucek mata nya, dan memanggil – manggil daddynya. Bang Adrian yang sepertinya sedang merampungkan pekerjaan, keluar dari ruang kerjanya dan menggendong Arsya dulu. Arsya menguap lalu bersandar malas di dada bang Adrian.

Mereka menghampiriku di dapur, aku memang sudah membawa beberapa potong kue dan roti tadi. Aku menghangatkannya sebentar di oven "bikin apa Ra?" aku melirik sekilas dan tersenyum, aku sedang memotong apel dan pir, untuk dimakan bersama – sama.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang