PART 22

5.8K 729 5
                                    

Adrian,

Sudah pukul 6 sore waktu Singapore, aku baru saja sampai di kamar Hotel. Satu minggu penuh aku di Singapore, dan entah kenapa Arsya seperti tidak bersemangat setiap kali ku hubungi. Aku tahu hari ini Gavin, pacar Zara, datang dari Australia. Mungkin itu penyebabnya, sosok ayah sesungguhnya untuk Arsya sudah muncul. Gavin, sosok yang menemani Arsya dan Zara selama ini.

Hari ini meeting benar – benar di padatkan, karena aku hari terakhir di Singapore, aku tidak ingin ada yang terlewatkan. Aku duduk di tempat tidur, menyalakan televisi. Aku berjalan ke arah coffee table, memanaskan air pada electric kettle, ingin membuat teh panas. Aku menelpon room service, berniat memesan makan malam. Aku terlalu lelah untuk berjalan – jalan.

Aku baru menyadari, aku tidak memeriksa keberadaan ponsel ku sejak selesai makan siang tadi. Aku merogoh – rogoh ransel laptopku, mencari ponselku, ternyata sudah habis daya. Aku mencolokan charger, menunggu nya beberapa saat agar menyala.

Seketika aku menyalakan ponselku, notifikasi langsung bermunculan. Beberapa pesan whatsapp masuk, aku mengecek satu persatu. Beberapa dari mamaku, beberapa dari kantor, dan Zara? Tumben dia mengirimiku pesan?

Aku membalas pesan mamaku lebih dulu, baru aku memeriksa pesan Zara.

Zara : He insist to come with you, maaf, aku udah berusaha untuk cegah, tapi sekarang anaknya murung, nyanyi – nyanyi sendiri dikamar. Sejak kemarin dia gak mau nyapa siapa – siapa, gak bicara kalau gak ditanya. Aku gak maksa abang harus turutin ini.

*picture sent*

Perasaanku bercampur aduk, antara senang sekaligus sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaanku bercampur aduk, antara senang sekaligus sedih. Senang, karena Arsya ingin aku yang datang, sedih, karena aku tahu Zara tentunya tidak ikhlas aku muncul di sekolah Arsya sebagai daddy nya. Terlebih dengan kehadiran pacarnya. Pastinya Zara akan lebih ikhlas, kalau pria bernama Gavin itu, yang hadir mendampingi Arsya.

Aku mencari nomor Zara, mendengar nada panggil pada ponselku, tidak berapa lama panggilan tersambung.

"hallo.." ucap Zara dengan nada suara lemah.

"hallo, Ra. Jadi gimana? Abang mau dateng, mau banget. Tapi kamu gimana?" tanyaku dengan nada sehalus mungkin, aku tahu Zara resah dari nada bicaranya.

"ya... aku..." Zara bingung,

"Ra... bilang aja sama abang, abang harus apa?" aku berusaha meyakinkan Zara, untuk mengatakan apa maunya saat ini. walau aku bersiap untuk kenyataan terpahit, yaitu Zara tidak mau aku datang ke acara itu.

Tidak ada yang berbicara diantara kami, hening. Aku sempat melihat layar ponsel, memastikan apakah kami saling tersambung.

"Ra... kenapa?" ucapku sekali lagi.

Aku mendengar Zara menghela napasnya resah, "abang, bisa datang? Dia... dia gak pernah kayak gini, aku bingung"

"sekarang gimana dia?" tanyaku,

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang