PART 61

7.2K 724 12
                                    

Adrian,

Bagai mendapat suntikan dopping, aku langsung bersemangat menyelesaikan semua project ku, tiba – tiba aku merasakan tenaga ku bertambah berkali –kali lipat dan aku seperti lupa akan kata lelah. tapi tetap saja tubuh ku pada akhirnya mengirimkan sinyal menyerah, memang tidak bisa dipaksakan lagi, dia minta di istirahatkan. Aku sekarang malah terbaring di UGD sebuah rumah sakit, sekujur tubuhku rasanya remuk, menggigil, mataku perih dan infus menancap di tangan kiriku. Aku rasanya ingin sekali marah. Tapi marah dengan siapa juga? Karena aku sendiri yang menyebabkan seperti ini.

"hasil lab nya positif bang typusnya" ucap mamaku yang sedari tadi mondar – mandir mengurus ku di rumah sakit ini,dengan wajah khawatir, "kata dokter jaganya, abang harus opname ini paling nggak 4 -5 hari, abang juga di indikasi kelelahan akut bang, tensi abang agak tinggi" sambung mamaku sambil mengusap bahuku. Aku menggerang kesal mendengar hasil diagnosa dokter. Bagaimana aku tidak kelelahan? Aku sudah 2 bulan aku bekerja seperti orang gila tidak kenal waktu. Aku bertekad bulan depan pekerjaan ku sudah bisa rampung dan aku bisa mulai bisa hand over sebelum mendapatkan unpaid leave ku selama satu bulan.

"gak bisa dirawat dirumah aja ma? Abang harus kerja ma, kan bisa kerja dari rumah. Minum obat aja dirumah, janji abang nurut" rengekku seperti anak kecil, yang disambut pelototan mamaku. Aku sudah tahu jawabannya kalau mama sudah melotot seperti itu. Aku tidak membantah lagi. Hanya ada dua wanita di dunia ini yang bisa membuat seorang Adrian berhenti keras kepala, mamaku dan Zara. Mungkin nanti kalau aku punya anak perempuan, dia juga bisa membuatku berhenti keras kepala. Anak... aku jadi tersenyum sendiri membayangkan Zara hamil anak kedua kami.

"gak usah banyak protes deh bang Ale lagi urusin kamar kamu. nanti malam Ale yang temenin kamu katanya. Pokoknya kamu nurut dirawat dulu sampai kamu sembuh, bisa apa juga kamu sakit kayak gini?" sahut mama sambil beranjak dari brankar ku setelah dia menyempatkan menyubit lenganku gemas, dan menghilang dari balik tirai. Aku menutup wajahku dengan sebelah tanganku yang bebas dari infus. Aku menggerang kesal. Padahal aku sudah tinggal sedikit lagi bisa merampungkan pekerjaanku. kalau begini, jadwal keberangkatan ku ke Perth lagi – lagi akan tertunda. Lalu bagaimana dengan Zara? Kapan aku bisa segera kesana? Bagaiman dengan Arsya, aku sudah merindukan dia terlalu amat sangat rindu. Bagaimana kalau kesempatan ku terlanjur terlewat, karena aku yang tidak kunjung datang menemuinya? Bagaimana kalau dia menghilang lagi entah kemana, sengaja pergi ke tempat yang tidak bisa ku lacak lagi?

"bro, kira –kira satu jam lagi katanya pindah kamar. Udah gue book kamar VIP, nanti malam gue yang nginap, tante biar pulang aja kasian dari tadi kecapean nungguin lo di sini" Ale sudah selesai mengurus administrasi kamarku, dia sudah siap dengan t-shirt bertuliskan nama band faforitnya dan celana jeans selutut. Penampilannya seperti anak mau camping. Wajah Ale ini lebih cocok jadi boyband dari pada pengacara.

"lo dari rumah jam berapa tadi?" tanyaku dengan suara serak, jujur saja mataku sekarang rasanya perih, aku tidak bisa melek sepenuhnya, seperti ada yang menggelayuti kelopak mataku. Aku tidak tahu suhu badanku berapa. Yang jelas tadi pagi waktu mama membangunkan ku untuk sholat subuh, mama terlonjak kaget karena kata mama tubuhku seperti terbakar.

Sebenarnya sejak pulang kantor kemarin sore, aku sudah merasa pusing sekali. Pandanganku rasanya seperti berputar – putar. Tapi aku masih berusaha untuk sanggup menyetir pulang walau perlahan sekali, makanya aku memilih pulang kerumah orang tuaku, karena setidaknya dirumah aku bisa istirahat dan pasti ada makanan. Benar saja, sesampainya dirumah aku lemas tidak tahan lagi. Aku langsung masuk kamar dan tidur. Mama sempat menanyakan kenapa aku tidak turun makan malam, dan aku hanya menjawab pusing dan minta makanan diantar saja ke kamar. Lalu aku memakan makanan yang disiapkan tapi rasanya lidahku pahit sekali, bahkan aku nyaris memuntahkannya lagi.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang