PART 60

7.8K 706 18
                                    

Adrian,

"ya kenapa gak lo telpon aja dulu sih Zara nya, ketimbang uring – uringan kayak cacing kepanasan gini, mumet gue liat lo kayak begini udah berhari – hari!" sungut Barra karena sedari tadi aku uring – uringan tidak karuan diruangannya. Berjalan mondar – mandir seperti orang kebingungan. Bagaimana aku tidak kebingung seperti ini, disaat aku harus segera mengejar Zara dan mengatakan semuanya ke Perth, sementara aku baru bisa mengambil unpaid leave ku 4 bulan lagi. 4 bulan!!!

"kalau nomor gue gak di block sama dia, gue juga gak akan uring – uringan gini kali!" sungutku menjawab pertanyaan Barra, aku akhirnya menghempaskan tubuhku di kursi yang terletak di depan meja kebesarannya. "gila man, 4 bulan lagi gue baru bisa ambil cuti? 4 bulan?? Terus selama 4 bulan itu gue gimana? Kalau gue sampai sana dan ternyata kesempatan gue udah lenyap, gimana?" aku mengacak – acak rambutku kasar sampai benar – benar berantakan.

"ya kerja lah..." jawab Barra santai, dan membuatku kesal. Dulu aku membantunya, dan sekarang dia malah ketus padaku. Aku mengambil sebuah post it dari mejanya dan melempar sebongkah post it itu kepadanya. Dia mengaduh kesakitan karena bongkahan post it itu mengenai batang hidungnya.

"sialan lo...! dulu juga lo uring – uringan kayak orang gila, tau Naya tunangan sama cowo lain. tiap hari meraung – raung di ruangan gue. sekarang giliran gue, lo malah gini sama gue" aku bersungut – sungut, tidak memperdulikan Barra yang mengurut hidungnya kesakitan karena lemparanku, walau dia masih bisa tertawa meringis mendengar omelanku.

"gila lo ya, untung gak kena kacamata gue. Yang gak dukung lo tuh siapa emangnya? Ya bener kan 4 bulan ini,usahain lo kerja yang bener biar semuanya beres, jadi lo bisa unpaid leave, sukur – sukur bisa maju. Karena emang project kita lagi besar – besarnya, dan kemarin – kemarin kan lo sendiri yang ngajuin diri buat megang 4 project sekaligus. Gue suruh bagi ke Ale lo nolak. Kata lo 'gue butuh kerja yang banyak untuk ngelupain kepedihan gue' gitu kan kata lo" oceh Barra tidak terima atas tuduhanku, aku hanya berdecak, dan dia malah terbahak- bahak.

Memang benar, aku yang ngotot pegang project – project itu, padahal aku sudah overload. Aku hanya tidak ingin memberi jeda pada otakku, untuk memikirkan Arsya dan Zara. Aku ingin pulang dalam keadaan super lelah dan langsung tertidur. Bahkan kadang aku sampai tertidur di sofa ruanganku, tidak pulang. Pagi aku biasanya akan terbangun oleh cleaning service yang akan membersihkan ruangan, baru aku pulang lalu mandi sebentar dan berangkat lagi ke kantor, melanjutkan bekerja.

"gue bantuin Yan... tenang aja. Gue udah minta bokap oper 1 project lo ke gue, karena gue udah mau kelar 2 project ini. tar lo tinggal review sama sign aja, nama PIC nya tetep lo disitu. Ck.. gini gue masih di bilang gak bantu, sakit hati aku bang.. sakit..." ucap Barra mendramatisir sambil tertawa meledek ku, bahkan dia sambil meremas – remas dadanya seolah dia adalah wanita yang tersakiti olehku. Aku hanya berdecak kesal melihat kelakukan sepupu ku yang satu ini. yang di eluk – elukan sebagai lawyer ter cool di kantor ini.

"btw udah telpon Adam? lo katanya mau minta tolong Adam cariin info soal Zara di Perth?" Barra melanjutkan pertanyaannya sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Lalu ketika aku akan menjawab pertanyaannya, dia malah mengangkat tangannya memintaku untuk diam dulu. Dia mendekatkan ponselnya ke kupingnya, ternyata dia menelpon Kanaya menanyakan apakah sudah di kirimi makan siang. Manja sekali dia, tiap – tiap minta di kirimi makan siang sama istrinya, kalau Naya lagi gak sempat dia gak sungkan – sungkan ngambek kayak anak kecil. Aku lagi – lagi hanya berdecak kesal, dan dia hanya menyeringai lebar.

"udah.. Adam juga belum sempat ngecek, si Kinan lagi mabok – maboknya, anaknya yang pertama juga jadi agak rewel sejak mau punya adik" sahutku, Adam adalah teman SMA ku dan Barra. pria blasteran Australia-Indonesia yang sempat di sekolahkan di Indonesia supaya fasih berbahasa Indonesia oleh ibunya. Dan menjadi teman dekat kami berdua. sekarang sudah kembali ke Australia meneruskan bisnis perhotelan ayahnya yang memang gila – gila'an prospeknya.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang