Adrian,
Bermain di playground bersama Arsya, benar – benar moment yang sangat berharga untukku. Bergelung berdua, tertawa terbahak – bahak, menyuapi dia makan, berjalan – jalan berkeliling mall berdua. sebenarnya aku ingin mengajaknya hunting berbagai macam mainan, tapi aku ingat pesan Zara, untuk tidak membelikan mainan apapun, karena menurutnya, aku sudah membeli terlalu banyak mainan untuknya.
Aku nurut saja.
Hari ini, aku kembali mengunjungi Arsya, aku janji akan menemaninya merakit robot gundam yang waktu itu aku belikan. Zara juga sudah tampak lebih relax, menyikapi kehadiranku. Dia sepertinya sudah mulai terbiasa dengan interaksi kami ini. kehadiranku, sudah tidak disambut dengan dingin tapi juga tidak hangat olehnya.
"Ra.." panggilku pada Zara yang sedang asik menonton TV sambil memangku laptopnya di sofa. Sedangkan aku dan Arsya asik duduk bersila di karpet merakit Gundam. Aku bahkan selalu menumpang mandi di ruang kerja Zara ini, aku membawa pakaian ganti dari rumah setiap hari.
"hmm.." responnya, seperti biasa.
"kemarin lucu deh, waktu abang jalan – jalan sama Arsya. Masak, kita ditawarin jadi model iklan gitu, lucu juga sih sebenarnya" aku bercerita tentang kejadian yang kami alami, ketika kami makan siang di Kemang Vilage waktu itu. Kami didatangi seorang laki – laki, yang mengaku seorang pencari bakat. Dia menyodorkan kartu nama, yang menampilkan sebuah agency iklan.
"iklan?" Zara melirik kepadaku, sambil mengerutkan alisnya. Aku tertawa melihat ekspresinya.
"iya, iklan. Katanya lagi cari model, ayah dan anak gitu, buat iklan susu kemasan" jawabku, "bukan iklan di TV gitu, print ad katanya, sama nanti di pajang di shelf – shelf di supermarket gitu. Lucu ya?" aku menunggu responnya, dia hanya melirikku sekilas lagi.
"Arsya nya kali bang, yang lucu" ucapnya datar, aku sontak tertawa mendengar ucapannya.
"emang ayahnya gak lucu? Ini di tawarin nya sepaket lo, ayah dan anak" aku bahkan sudah meletakan bagian – bagian gundam yang belum terpasang, memutar tubuhku sepenuhnya menghadap Zara.
"please bang..." jawabnya sambil menghela napas malas.
"iya... anak kan gak bisa lucu gitu aja, kalo bapaknya gak lucu, Ra.." ucapku sambil senyum – senyum dan melanjutkan merakit. Aku mendengar Zara berdecak dibelakangku.
"cobain yuk, Ra?" tanyaku lagi,
"hah...? buat apa sih? Arsya masih sekolah juga. Emang gaji kamu jadi lawyer kurang gede?" tanyanya sarkastik, Zara memang sudah relax dengan kehadiranku, tapi setiap kata – katanya masih terdengar difensive sekali.
Aku pun ikutan berdecak "ya gak buat cari duit juga Ra. Kalau kamu izinin juga, abang mampu nafkahin kalian berdua. tapi kan kamu yang gak boleh. Abang cuma pingin aja buat kenang – kenangan, unik juga kan pernah jadi model iklan berdua anak? Lagian masih casting lagi, belum tentu lolos juga. Abang mana pernah jadi model – modelan gitu. Foto portofolio lawfirm aja abang di arahin mulu, gak luwes foto"
"setelah kamu nikah sama pacar kamu nanti, abang kan gak tahu Ra, apa abang masih boleh dekat – dekat Arsya atau nggak" jawabku dengan nada yang lesu.
Zara tampak menghentikan kegiatannya, dan menatapku dengan tatapan yang sulit kubaca. Ada sinar mata penuh keraguan dan kebingungan disitu. Apakah hubungannya dengan kekasihnya, tidak berjalan lancar?
****
Zara,
Apa dia bilang? Kalau aku sudah menikah nanti, belum tentu dia diberikan banyak waktu untuk bersama Arsya? Menikah? Bahkan aku tidak melihat adanya jalan pernikahan dengan Gavin andai dia tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...