PART 16

6.8K 704 9
                                    

Adrian,

"Om Ian...." panggil seorang anak kecil berusia 5 tahun, yang langsung membelalakan matanya sampai membulat, begitu melihat kemunculan ku di muka pintu ini. dia melompat turun dari kursinya, berlari ke arahku. Aku pun berjongkok dan membuka kedua tanganku lebar – lebar menyambutnya.

Arsya menghambur ke pelukanku, bahkan dia menubrukku dengan keras, aku sampai jatuh terduduk di lantai. Aku memeluk erat tubuhnya, menghirup seluruh wangi tubuhnya, melepas rinduku. Ternyata begini rasanya terpisah dengan anak, hanya 3 hari tidak bertemu dan menghirup wangi khasnya, rasanya sudah rindu luar biasa.

"I miss you... I miss you... I miss you...!!!" pekiknya girang, sambil melonjak – lonjak dalam pelukanku, bahkan kini posisiku sudah duduk bersila dilantai sambil mendekap Arsya. Bocah ini, masih memeluk leherku erat, agak sakit sebenarnya, tapi melihatnya begitu bahagia menyambutku, apalah arti sakit yang hanya sedikit ini.

"I miss you too sweety pie.." aku membalas ucapan rindunya, mencium pipinya dengan gemas, dan menggelitiki perut gendut nya. Dia tertawa kegelian. Kami akhirnya berjalan bergandengan ke arah tempat mereka tadi duduk.

"Good morning mommy... how are you.." sapaku pada wanita cantik yang sedari tadi aku tahu, pandangannya tak lepas dariku. Aku mengulum senyum melihatnya terpana padaku. Entah apa yang membuatnya terpana, yang jelas aku menikmati setiap pandangan penuh selidiknya padaku pagi ini. aku ingin pandangan itu disetiap pagi ku.

Zara mendengus kesal, membuang pandangannya ke arah Arsya lagi, dan memintanya melanjutkan sarapannya. "Mommy, Om Ian said Good morning to you, why you didn't reply?" tanya bocah itu dengan polosnya, sambil menyuapkan sesuap potongan roti. Aku melihat Zara sekali lagi mendengus kesal, aku hanya tertawa pelan sambil duduk dihadapannya, menanti reaksinya selanjutnya.

"Good morning too sir, I'm good thanks" jawabnya ketus sambil melempar senyum kecut ke arahku. Bahkan senyum kecutnya saja manis sekali, bagaimana senyum manisnya beneran? Aku tak tahan lagi melihat ekspresi sebalnya padaku, aku tertawa melihatnya dan spontan aku mengacak rambutnya dengan gemas. Arsya yang melihat juga ikut tertawa terbahak – bahak.

"mau sarapan apa?" tanyanya kesal, sambil merapihkan rambutnya yang jadi berantakan karena ku. aku masih meredakan tawaku yang masih berlanjut.

"God I miss you" ucapku disela – sela tawaku yang semakin mereda "sama aja kayak punya Arsya, sama tambahin beberapa potong lagi lah, kamu pilihkan buat abang, I trust you, dan kamu tahu porsi abang seberapa. Sama Hot Cappuccino kalau udah ada, kalau gak ada kopi apa aja lah yang ada"

"hmm..." jawabnya begitu saja, sambil berdiri berlalu kearah rak kaca bakery display dan meminta barista untuk membuatkan ku secangkir kopi.


"Om Ian..." panggil Arsya, bersamaan itu Zara sudah datang dengan membawakanku Cinnamon roll, sausage croissant dan roti pizza. "Why you called me and mommy cuppycakes?" Zara yang sepertinya kaget dengan pertanyaan Arsya, sontak menoleh dengan mata membelalak pada Arsya.

"He called you cuppycake, sweetheart, not to mommy" sanggahnya.

"But he said cuppycakes, not cuppycake. Means more than one, that's what miss Natalie said yesterday at school" debatnya dengan alis mengerut, dan wajah mengotot. Aku tersenyum melihat Arsya, anak ini sangat cerdas. "Right Om Ian?" dia bahkan menatapku tajam untuk meminta dukunganku. Aku terkekeh melihat tingkahnya, bahkan mulutnya masih ada cemong sisa gigitan rotinya.


"yes you're right. Cuppycakes means sweetheart" aku menatap lekat kedua manik mata Arsya, dia juga balas menatap mataku sambil mengerjap – ngerjap "well, I have a favorite song, I can teach you, so you can sing it to your mommmy"

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang