Adrian,
Kegiatan faforit ku saat ini, mengantar Arsya kesekolah. Aku memang tidak mungkin menjemputnya,karena Arsya pulang, disaat aku masih jam kerja. Aku tidak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaan ku.
Dan kegiatan faforit ku lainnya adalah, memesan makan siang dari restoran milik Zara. Kenapa aku tidak terpikirkan kemarin – kemarin, untuk memesan makan siang dari restoran milik Zara?
Sejak Zara mengirimkan sop buntut kerumah, aku baru terpikir, kenapa aku tidak sering – sering saja, memesan makanan dari restorannya? Mama dan papa melahap sop buntut itu dengan antusias. entahlah, sepertinya mama dan papa, sudah jatuh cinta pada Zara. Disamping itu, aku akui, restoran milik Zara menyajikan makanan – makanan yang enak – enak.
Wajah sinis mami nya Zara, menjadi santapan pagi ku hampir setiap hari, disaat aku menjemput Arsya dirumahnya. Mama ku berpesan, apapun perlakukan maminya, sebaiknya aku diam saja, anggap saja sebagai usaha untuk menebus dosa. Jadi, aku menuruti saja apa kata mama ku, untuk diam saja, dan berusaha menyapa dengan sopan.
Pagi ini, aku menjemput Arsya lagi. Bahkan Zara membungkuskan ku sekotak bekal makan pagi. Karena dia tahu, aku harus berangkat dari rumah lebih pagi, karena rute ku jadi memutar ke sekolah dulu, baru ke kantor. Aku tentunya menerima dengan senang hati.
"daddy... I got a homework, I don't know how to do it" rengeknya, aku yang sedang menyetir hanya bisa menoleh singkat. Wajahnya tampak sedih sekali.
"what kind of homework?" tanyaku
Dia mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya padaku, Arsya memang aku dudukan di depan, yang sukses membuatku di ceramahi panjang lebar oleh Zara, karena di Australia, anak yang tinggi tubuhnya belum melewati batas jendela kendaraan, tidak boleh duduk di kursi penumpang depan, dan wajib menggunakan booster. Lampu lalu lintas sedang merah, aku menerima lembaran kertas itu, aku hanya bisa membaca secara cepat, yang intinya adalah, setiap murid, harus membuat sebuah prakarya yang berkaitan dengan teknologi.
Woow, aku cukup takjub, karena ini tidak mungkin dikerjakan oleh anak TK. "let me read it first okay? I can't read it now, I'm driving" lampu berganti hijau. Wajah Arsya yang chubby itu tampak ditekuk, membuatnya semakin lucu.
"jangan marah dong sama daddy" aku mencubit lembut pipinya, Arsya ini memang sangat cerdas, dia mulai bisa memahami maksud kata – kata bahasa Indonesia ku, walau dia masih kesulitan untuk menjawab dengan bahasa Indonesia juga.
"I'm not angry... but nobody can help me" ujarnya dengan suara putus asa, aku memelas mendengar keputus asaannya.
"iya... nanti sama daddy ya... daddy will help, I promise" aku mengusap lembut kepalanya, wajahnya langsung sumringah.
Kami tiba di pelataran parkir sekolah Arsya, aku menurunkannya dan menggandengnya sampai ke batas pengantaran siswa. Arsya mencium punggung tanganku dan mengucapkan salam dengan baik, aku pun mengecup tepat di ubun – ubunnya.
Sebelum aku menjalankan mobil, aku membaca lagi detail dari surat yang terdiri dari 3 lembar itu. Setiap siswa diminta untuk merancang sebuah teknologi sederhana, seperti water filter sederhana, model kendaraan yang futuristik, sistem tata surya, sistem solar panel, robotik, atau apa saja yang memungkinan untuk dikerjakan oleh orang tua dan anak dengan methode sederhana. karena tema dari acaranya sendiri adalah STEAM Science, Technology, Engineering and Math.
"hallo Ra..." aku menelpon Zara.
"ya.. bang, kenapa? Arsya gak apa – apa kan?" jawabnya panik, aku tertawa kenapa dia sepanik itu.
"Arsya gak apa – apa, abang baru aja drop, sekarang masih dimobil. Abang mau tanya soal project nya Arsya yang STEAM ini, katanya gak ada yang bisa nolong?" tanyaku lagi, aku masih belum melajukan mobilku, aku masih membolak – balik kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...