PART 19

6K 737 11
                                    

Adrian,

Aku tahu, dengan Zara yang sudah memiliki tambatan hati, waktuku tidak banyak. Kebersamaan ku dan Arsya tentunya akan terancam. Apalagi, dari yang aku tangkap, calon suami Zara adalah orang Australia. Besar kemungkinan Zara akan di boyong kembali kesana. Tentunya bersama Arsya.

Aku memang berharap, Zara mau melakukan co-parenting, dimana aku dan dia, akan membagi tugas pengasuhan atas Arsya, terutama dikala weekend. Aku sebenarnya, ingin Arsya ikut aku disaat weekend, karena aku full tidak bekerja biasanya. Jadi aku bisa mengajak Arsya bermain di playground atau berenang di apartemenku, atau dirumah orang tuaku.

Aku bahkan belum berani membicarakan masalah ini dengan orang tuaku. Baru Barra dan Ale yang tahu, dan Kanaya tentunya.

Aku bukan takut mengakui kebiadaban ku di masa lalu pada orang tuaku, aku hanya takut, mama akan meraung – raung meminta bertemu cucunya. Dan itu belum bisa aku lakukan untuk nya tentu saja.

Aku takut juga mama akan nekat menemui Zara di toko ini.

Tapi, aku harus mensegerakan mempertemukan Arsya dengan kedua orang tuaku. Terutama sebelum Zara memutuskan menikahi kekasihnya. Aku ingin mereka punya kesempatan, untuk melihat Arsya.

Dan sampai kapan kah aku menjadi 'Om Ian' bagi Arsya? Kapan saat yang tepat untuk memberi tahu Arsya siapa aku? Aku sendiri tidak tahu. Semua tergantung Zara.

Perihal casting iklan, aku bukannya obsess ingin menjadi artis terkenal. Aku bahkan tidak terpikir sama sekali menjadi seperti itu. Sejak masih kuliah dulu, aku sudah sering ditawari agensi model, untuk menjadi foto model, tapi aku enggan. Tapi tawaran kemarin itu, sejujurnya menarik. Bukan karena uangnya, tapi mungkin akan menjadi pengalaman unik antara aku dan Arsya, kalau kami berdua menjadi model iklan. Mungkin ini akan menjadi kenangan seumur hidup kami, minimal kami pernah melalui hal yang diluar kebiasaan bersama – sama. Casting berdua anak? Aku rasa tidak semua ayah dan anak memiliki kesempatan seperti ini.

****

Aku menceritakan rencana ku pada Kanaya, kebetulan Kanaya memang menekuni fotografi juga sejak dia terjun menjadi youtuber dan selebgram, yang biasa berbagi resep – resep simple masakan rumahan dan kue – kue sederhana. Pekerjaan yang unik, sekaligus cukup praktis, untuk dia lakukan, tanpa perlu dia repot – repot keluar rumah, mengingat anak mereka kembar.

Kebetulan, dari pihak agensi hanya meminta ku untuk mengirimkan 5 foto dengan pose yang berbeda. Aku meminta izin pada Zara, untuk bisa membawa Kanaya ke cafe.

"boleh, Ra?" aku sebenarnya takut – takut menanyakan hal ini pada Zara. Karena berarti, Zara akan berhadapan dengan salah satu anggota keluarga ku, walau hanya berstatus sepupu.

"hhh... kenapa harus sepupu kamu sih bang? Aku kayaknya udah berbaik hati lo ini, izinin abang sama Arsya ikutan casting gini?" Zara yang sedang menata kue – kue di display, tampak kesal menanggapi ceritaku.

"dari awal Barra sama Kanaya memang sudah tahu soal kita, Zara. Dan sampai sekarang berita aku udah punya anak, gak bocor ke keluarga ku. ya, walau aku sebenarnya gak pingin nutupin apa – apa soal Arsya ya ke keluargaku" aku yang sedari tadi mengekori setiap pergerakan Zara, sukses di pelototi dengan galak.

"omongin diatas deh" perintah Zara, sambil menyerahkan tray yang berisikan beberapa potong roti yang masih baru dari oven, pada asistennya. Kami pun melangkah naik ke lantai 2.

"abang memang belum cerita ke orang tua abang, soal Arsya. Bukan abang gak mau, tapi karena abang menghormati permintaan kamu. ya, walau, sampai kapan kita sembunyiin semua ini Zara? Semua akan tahu pada akhirnya" kami sekarang duduk berhadapan di meja kaca berbentuk segi empat diruangan Zara.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang