Adrian,
Seolah waktu memang enggan menunggu dan memberi kesempatan bagi manusia, untuk merubah sebuah rencana. Kini aku sudah dihadapkan ada kenyataan, dimana Zara dan Arsya, harus bersiap untuk pergi. Tumpukan barang – barang, yang sama sekali tidak menyiratkan bahwa kepergiannya hanya untuk sesaat, terhampar dipenjuru rumah ini. aku dengan berat hati membantu nya untuk membenahi barang – barang.
Zara juga sudah mengangkat dan melatih Danny, untuk mengambil alih 70% dari peran Zara dalam mengoperasikan restaurant, dan seorang lulusan sarjana tata boga untuk membantu mengendalikan dapur. FoodGasm sudah memiliki management sederhananya yang baru. Aku semakin tersadar, dia tidak pergi untuk sementara. Bahkan kepergian Zara ini, rasanya seperti untuk selama – lamanya. Mereka tidak akan pernah kembali lagi.
Wajah murung Arsya semakin kentara, bahkan dia enggan merapihkan barangnya dan enggan berbicara pada siapapun, termasuk aku. sudah seminggu Arsya tinggal bersamaku, tapi dia tidak seceria dulu. Tidak ada lagi binar semangat dimatanya.
Dia kerap menanyakan, apakah kami masih bisa bertemu? Apakah aku akan tetap datang? Bagaimana kalau dia ingin belajar berenang? Siapa yang akan menemaninya bermain lego? Dan ditutup dengan pertanyaan yang paling menyayat hatiku. Karena aku sendiri, tidak punya jawaban atas semua pertanyaan Arsya itu. Aku tidak bisa menjawabnya, karena jawabannya adalah, semua itu harus dia lewati tanpa aku, daddy nya.
"what if I miss you, Daddy?"
Aku hanya bisa tersenyum dan memeluknya "everything will be fine, baby... everything will be fine..." aku terpaksa menjadi seorang pembohong besar.
Aku tahu, semuanya tidak akan baik – baik saja. tidak untuk Arsya dan tidak untuk aku. karena jarak yang memisahkan kami, terlalu jauh. Ribuan kilometer, bahkan terpisah samudera, tentu harus ku tempuh dengan bersusah payah. Uang mungkin ada. Tapi bagaimana dengan kesempatan? Aku juga harus bekerja. Aku bahkan sudah mengecek jadwal cutiku tahun ini, aku hanya punya kesempatan untuk berkunjung ke Perth sekitar 2 kali untuk tahun ini. Itu belum kalau ada perubahan rencana seperti perubahantimeline project . Karena jadwal kerjaku memang sangat dinamis, kadang schedule bisa berubah dalam waktu dekat. Tahun ini kami memang di banjiri project – project besar, dan tentunya akan memakan waktu banyak. Bahkan mungkin, aku tidak akan bisa berkunjung sama sekali ke Perth.
"malam ini tidur sama siapa?" tanyaku pada Arsya, yang bergerak malas memasukan mainannya kedalam koper kecil. Dia menggeleng, lalu duduk terdiam."dirumah daddy lagi?" tanyaku lagi, dia menoleh dan mengangguk lemah. Aku membantu Arsya untuk mengumpulkan barang – barangnya kedalam koper. Aku mengambil setiap mainannya dengan hati yang pilu, rasanya seperti luka yang terus saja di sayat lagi dan lagi.
"can I just stay with you? I don't want to go to Perth" ucapnya lirih, sambil tangannya sudah berhenti merapihkan mainannya. "you're not there..." sambungnya. Aku rasanya ingin berteriak lantang, kalau aku juga tidak ingin dia pergi jauh meninggalkanku. Bahkan aku tidak bisa membayangkan hari – hariku tanpa celoteh riangnya di telingaku. Tanpa dirinya yang mengacak – acak seisi apartemenku. Tanpa adanya invasi dari makanan – makanan ringan dan berbagai jus buah kotakan di dalam lemari pendinginku. Tanpa adanya sabun dan shampo nya yang berjejer bersebelahan dengan sabun dan shampo ku.
Aku meraihnya untuk duduk dipangkuanku, "I'm always with you" aku menunjuk dadanya "in your heart" lalu menunjuk keningnya "and in your mind" lalu aku menengadahkan kedua tanganku " and in my prayers". Mataku rasanya sudah memanas, tapi aku berusaha untuk tidak menitikan air mata didepannya. Jangan semakin membuat luka nya semakin melebar.
"Arsya selalu doa untuk daddy?" tanyaku sambil aku menatapnya, wajahnya sudah memerah ingin menangis lagi, dia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku. Aku tersenyum "Good boy... you're my good boy" aku mengecup pipinya berkali – kali. Dia memeluk diriku begitu erat, aku membenamkan wajahku pada rambutnya, menghirup wangi shampo bayi yang menguar dari rambutnya. Wangi yang akan sangat kurindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomansaWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...