'Hi Ra, ini aku Adrian, please let me know if you're okay?
Aku mengirimkan pesan whatsapp pada Zara sejak kemarin, dua centang biru, berarti sudah dibaca. Tapi sampai hari ini tidak dibalas juga. Aku mendapatkan nomor ponsel nya dari list dokumen yang kuterima kemarin.
Aku sengaja tidak menelponnya, aku tidak mau bertindak seperti terrorist, dengan menghantuinya terus – terusan. Memaksanya agar menyerah kalah dan mau bicara denganku. Profile picturenya adalah fotonya dan anakku, yang sampai sekarang belum ku tahu namanya.
Aku memang bilang tidak mau menghantuinya kan? Cuma masalahnya, sekarang perasaan ku yang menjadi tidak menentu, gundah gak jelas. Apalagi sejak aku tahu alamat perusahaannya, alamat bakery nya, rasanya berat sekali menahan keinginan untuk datang kesana.
Aku harus membuat alasan untuk bisa menghampiri salah satu tempat itu. Aku yakin, Zara tidak mungkin datang ke kantornya. Dari yang aku tahu, sampai sekarang operasional nya masih di jalankan oleh Plt ayahnya. Zara sepertinya memang bukan tipikal wanita karir, yang mengabdikan hidup pada seluk beluk korporasi, dunia baking seperti yang dia lakoni sekarang, sepertinya lebih fit untuk nya.
Aku mengirimkan pesan kepada pria bernama Delon,
"Me : selamat siang pak Delon, bagaimana dengan kontrak kerja kita? Apa sudah di tanda tangani oleh BOD dan owner?"
Aku mengetuk – ngetukan jemari ku keatas meja, menunggu balasan dari legal staff perusahaan ayahnya Zara yang bernama Delon itu.
30 menit, 1 jam, 2 jam... kemana ini orang susah sekali di hubungi. Sepertinya alasan Zara menjual perusahaan ini, selepas ayahnya tiada, memang isi nya orang – orang yang tidak kompeten.
Delon : selamat siang pak Adrian, maaf terlambat membalas, untuk surat perjanjian kerjasama nya, sampai sekarang belum di tanda tangani ibu Zara, karena ibu Zara belum berkunjung ke kantor.
Ini perusahaan macam apa? apa susahnya menghampiri Zara dimana tempatnya berada?
Aku membalas pesan tersebut
Me: baik pak Delon, kami tidak bisa melakukan pekerjaan apalagi masuk kedalam data confidential perusahaan, kalau tidak ada surat perjanjian itu, karena didalamnya termasuk surat persetujuan untuk memberikan kami akses ke dokumen perusahaan. Bagaimana kalau kita bertemu di tempat dimana ibu Zara bisa hadir sekalian?'
Aku menunggu balasan lagi darinya, dan seperti sebelumnya, orang ini tidak segera membalas. Aku gemas sekali dengan cara kerja orang seperti ini.
Delon : baik pak Adrian, bagaimana kalau besok kita bertemu di bakery nya ibu Zara? Saya akan buat appointment dengan ibu Zara besok sekitar pukul 3?
Aku segera membalas pesan itu
"Me : oke pak jam 3 di FoodGasm"
Semoga dia tidak curiga kenapa aku bisa tahu FoodGasm diluar kepala, bahkan tidak menanyakan alamatnya.
****
Resah luar biasa menanti jam 3, setiap detiknya serasa berjalan lambat sekali. Apa yang akan terjadi nanti, kalau Zara sampai tahu, bahwa aku lah lawyer yang menangani masalah akuisisi perusahaan ayahnya.
Aku memarkirkan mobil ku di pelataran parkir bakery ini, keadaan didalam sudah lebih ramai dari pada terakhir aku kesini. Sepertinya bakery and cafe ini cukup di minati. Entah kenapa, senyum langsung mengembang di wajahku, ada rasa bangga di hatiku melihat Zara bisa sukses seperti ini.
"pak Delon?" tanyaku pada pelayan yang membukakan pintu, dan dia mengantarku ke sebuah ruangan di lantai 2.
Pelayan itu membukakan pintu untukku, dan menanyakan aku mau minum apa, aku meminta secangkir hot Cappuccino dan air mineral tidak dingin. Aku melihat Zara yang sedang menunduk membaca lembaran – lembaran dan dijelaskan oleh Delon.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...