Zara,
Aku mengadakan meeting dengan beberapa orang dari perusahaan papi. Aku dijelaskan mengenai seluk beluk proses penjualan saham perusahaan, yang aku sama sekali tidak paham. Aku terpaksa melepas perusahaan ini, karena aku memang tidak mampu mengelolanya.
Di lembar perjanjian kerjasama dengan Rinaldi&Partners, hanya tinggal aku selaku pemegang saham tunggal yang belum menandatangani lembar perjanjian itu. Tepat bersisian dengan nama Adrian Kamil Nasution. Begitu juga dengan lembar surat kuasa yang menjadi satu bundle dengan perjanjian itu.
"kami rencana akan meeting lagi dengan pak Adrian, bu Zara mau ikut?" Delon, yang merupakan salah satu staf legal di perusahaan papi menanyakan padaku.
"ooh.. nggak lah, saya ikut juga gak paham, nanti aja kalau memang saya benar – benar perlu hadir" jawabku, yang disertai anggukan oleh Delon.
Aku menghindari pertemuan dengan bang Ian sebisa mungkin, diluar memenuhi keinginan Arsya bertemu bang Ian. Aku semakin bingung bagaimana caranya, mengendalikan frekeuensi pertemuan Arsya dengan bang Ian.
Aku sebenarnya sudah memiliki kehidupan yang cukup settle di Perth. Toko kue ku terbilang selalu laris. Cukup untuk menghidupi ku dan Arsya. Belum status ku yang permanent residence dan Arsya yang citizen, tentu kami mendapatkan beberapa tunjangan pemerintah yang bisa di bilang lebih dari cukup dan sangat membantu. Kesehatan gratis, tunjangan pendidikan, dua hal yang sangat penting sudah bisa terpenuhi.
Tapi kenyataan berkata lain, aku sekarang harus berada di Indonesia, menemani mami yang sudah dua tahun ini harus hidup sendirian. Mami dan papi memang murka luar biasa, mendapati ku pulang dalam keadaan hamil. Bahkan papi mendesakku, siapa pria yang menghamili ku.
Bukan aku menyembunyikan bang Ian, tapi memang pengetahuan ku akan pasangan ku itu, sangat minim. Betapa bodohnya aku, tidur dengan pria yang bahkan hanya ku tahu nama depannya saja. tidak hanya sekali aku tidur dengan bang Ian, sering kali, hampir di setiap perjumpaan kami selama 3 bulan kami berpacaran.
Dia pertama untukku. Masih tercetak jelas di ingatanku, bagaimana perlakukan bang Ian padaku yang begitu manis, memanjakan, perhatian. Menemani ku belajar hingga malam, mengantar ku pulang ke apartemen. Apalagi sosok nya yang tampak dewasa, aku begitu merasa terlindungi. Aku yang terbiasa selalu di dalam lindungan penuh papi dan mami. Saat itu, ada sosok bang Ian yang 7 tahun lebih tua dariku, menjagaku, sabar padaku yang masih suka merajuk, memanjakanku. Bagaimana aku tidak luluh? Sampai di malam dimana, semua mengalir begitu saja, aku menyerahkan hal yang paling kujaga padanya.
Dengan pemikiran naive ku, dia lah pelabuhan terakhir ku. my Ass!!
Dia bahkan panik setengah mati mengetahui aku hamil, dan memintaku menggugurkan!
2 tahun yang lalu, papi berpulang. Aku bahkan tidak banyak menghabiskan waktu bersama papi di 4 tahun terakhir kebersamaan ku dan papi. Walau papi mami rutin mengunjungi ku di Perth, tapi tetap saja, sebagian besar waktu kami habiskan terpisah. Aku sangat terpukul dengan perginya papi. Dia yang berusaha berbesar hati, menerima kondisiku. Yang tentunya tak lepas dari gunjingan keluarga, apalagi ketika aku tidak bisa menyebutkan secara jelas siapa pria yang menghamiliku.
Aku yang secara sukarela, menerima tawaran adik papi, untuk sementara mengungsikan diri di Perth dengan dalih melanjutkan sekolah. Aku memang bersekolah disana, tapi sambil menanti masa melahirkan, yang tentunya dengan biaya yang besar. Aku seorang dengan status pelajar, tentunya biaya persalinan harus ku tanggung sendiri.
Aku tidak bisa langsung pulang, kehidupanku terlanjur settle di Perth, belum hubungan ku dengan Gavin. Situasi benar – benar membingungkan, sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu, aku benar – benar tidak punya pilihan, aku harus pulang. Mami mulai drop kondisinya, karena terus meratapi kepergian papi, dan perusahaan papi yang mulai keropos karena tidak di manage dengan baik, sepeninggal papi.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...