Adrian,
Aku berjalan mondar – mandir dengan perasaan yang uring – uringan. Aku bingung harus bagaimana. Entahlah, tiba – tiba saja otak ku tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir. Zara tidak pernah berhenti mencintaiku? Lalu aku sekarang harus bagaimana? Aku berjalan mondar – mandir didalam rumah, seperti orang kebingungan dan kehilangan arah. Padahal jawabannya jelas aku harus segera menjemputnya kan? tapi aku malah seperti orang kebakaran jenggot sendiri. aku seolah tidak punya ide apa yang harus aku lakukan sekarang.
Mama yang sedari tadi sedang menyiapkan makan malam untuk kami semua dari pantry, hanya memperhatikanku dan beberapa kali berdecak kesal. Ini bahkan sudah decekan mamaku yang kesekian kali, sejak dia melihatku uring – uringan tidak karuan sejak aku pulang kantor tadi.
"kamu emangnya kalau mondar – mandir di depan TV gitu lama – lama sampai ke Perth, bang?" sahutnya dari pantry. Aku hanya melirik ke mama dengan wajah kesal, karena komentar mama sama sekali tidak membantu. Aku juga tahu, aku harus segera manyusul Zara ke Perth, tapi bukan itu permasalahannya.
"abang harus ke KL seminggu ma.. habis itu target selesaikan project yang di Balikpapan itu akhir bulan ini. belum ini ada complain katanya LDD anak – anak kemarin ada yang janggal data yang dipakai katanya gak valid, jadi harus diulang lagi sebagian prosesnya, yang berarti abang harus ke Bali, untuk awasin langsung beberapa hari. Belum lagi..
Aduuuh, maa kenapa abang di pukul sih?" aku belum selesai memaparkan betapa padatnya jadwal ku sampai kurang lebih dua bulan kedepan, mama menghampiri ku dan memukul kepalaku dengan gulungan kertas brosur promo supermarket yang baru dia dapat dari berbelanja bulanan. Bahkan pukulan itu cukup kencang saking gemasnya dia melihatku yang uring – uringan gak karuan.
"sejak kapan anak mama jadi bego gini?" sungutnya, aku sontak membelalakan mataku, pertama kali dalam sejarah anak kebanggaan mamaku ini, dibilang bego. Selama 32 tahun dalam hidupku, aku selalu mendapat pujian anak mama yang paling pintar dan paling ganteng. Tetu saja, aku kan anak tunggal.
"kalau pun jadwal mu bulan ini kosong, emangnya kamu bisa langsung berangkat bang? Emang kamu gak perlu urus visa? Gak perlu cari tiket? Yang terpenting.. gak perlu cari cincin yang paling bagus buat lamar dia?" mama mengomel panjang lebar, sambil meneruskan kegiatannya di pantry. Aku hanya bisa bengong berusaha mencerna rentetan kalimat mamaku. "kamu kan juga kesana butuh persiapan dong, enak aja anak mama mau dateng lamar perempuan cuma modal tampang gak bawa apa – apa. jangan malu – maluin mama kamu" sambungnya lagi sambil sewot dan mengangkat dua piring di tangan kanan dan kirinya, lalu meletakan keduanya diatas meja makan.
Aku memang sudah menceritakan pada mama tentang pertemuanku dengan maminya Zara. Yang tentu saja langsung disambut gembira oleh mama, dan beliau langsung berpesan 'segera bang, segera kamu lamar bang.. jangan lama - lama'
"apa kok kamu malah melongo gitu? Ilang gantengmu, sia – sia gen bule dari oma mu yang nempel nya kebanyakan gitu di muka mu" ocehnya lagi sambil mendorong semangkuk salad buah dihadapanku. Aku hanya mendengus kesal, tapi tetap memakan salad buah dari mama.
mama mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu, lalu tidak berapa lama ponsel ku berdenting tanda ada pesan whatsapp masuk. Aku membuka layarnya, tertera kontak seseorang dengan nama 'Edi Visa', aku mendongak ke mama. Dia hanya mencebik judes "itu nomor pak Edi yang suka bantu mama sama papa kalau liburan ke luar negeri, tiket sama visa bisa sekalian di urus sama dia. Itu kan dia juga yang bantu urusan tiket mu waktu ke Leiden"
aku menepuk keningku, betapa bodohnya aku. dulu aku memang berhubungan dengan pak Edi untuk mengurus tiket ku ke Leiden, dan dia juga sering membantuku mengurus visa ke berbagai negara, untuk perjalanan liburan ku, ketika aku masih melajang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...