Adrian,
Akhirnya saat yang ku nantikan datang juga. Setelah perjalanan panjang menuju hari ini, dimana aku harus melewati berbagai macam hal terlebih dahulu. Aku saat ini sudah berada di bandara, menunggu keberangkatan ku di ruang boarding. Tegang? Sangat. Aku sangat tegang bahkan aku tidak bisa tidur semalaman. Aku tidak henti – hentinya tersenyum sambil memandangi cincin yang ada di tanganku ini. membayangkan cincin ini melingkari jari manis Zara. Bahkan aku rasanya tidak sabar menantikan saat itu tiba. Aku menyimpannya seaman mungkin didalam tas tanganku.
Sebelum berangkat ke bandara tadi, aku sudah meminta restu kepada kedua orang tuaku. Tentu saja mama menangis haru melepasku, sebenarnya mereka ingin ikut, tapi aku meminta pengertian mereka untuk tidak langsung datang berombongan. Aku hanya ingin menjaga perasaan Zara, aku khawatir Zara tidak akan nyaman kalau kami langsung menggeruduknya beramai – ramai seperti itu. Aku mencium tangan kedua orang tuaku, dan rasanya menyenangkan sekali mendengar restu keluar dari mulut mereka.
Untuk mami sendiri dia akan menyusul di minggu depan. Ya, aku sekarang mulai memanggilnya mami sesuai permintaannya padaku. Tidak ada lagi hubungan yang dingin, tegang dan penuh aura permusuhan diantara kami. bahkan aku tidak perlu berpikir panjang, untuk melupakan semua tingkah menyakitkannya, yang pernah dia lakukan padaku. Yang terpenting adalah, sekarang semua sudah kembali berdamai dan berjanji untuk mengusahakan kebahagiaan bersama. Menepis ego masing – masing.
Katakanlah aku nekat, atau bahkan mungkin gila. Aku juga sudah menyiapkan semua dokumen yang di butuhkan, kalau memang memungkinkan, aku ingin langsung menikahi Zara di Australia. Dari yang aku tahu dari Adam, disana proses nya sangat cepat tidak bertele – tele seperti di Indonesia. Adam bahkan sudah membantuku untuk menghubungi beberapa pihak yang pernah membantu mengurus pernikahannya dengan Kinanti dulu.
Semisal Zara menerima lamaranku, aku ingin segera meresmikan pernikahannya. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, untuk bisa menyandang gelar kehormatan. Menjadi suami Zara.
Dan yang terpenting adalah, unpaid leave ku diberikan untuk 2 bulan. Karena aku berhasil menyerahkan semua pekerjaan dengan baik. Namun sebagai ganjaran, aku tidak akan bisa menikmati bulan madu paling tidak sampai tahun depan. Yah itu masalah mudah, kami masih bisa mencuri waktu untuk pergi berlibur beberapa hari atau disaat weekend.
Panggilan boarding untuk penerbanganku sudah di umumkan, aku berjalan menarik koper cabin ku, ikut mengantri bersama penumpang lainnya untuk memasuki pesawat lewat garbarata. Deretan pramugari menyambut kedatangan para penumpang, dan salah satu dari mereka mengarahkanku ke kursi ku. aku meletakan koper cabin ku pada compartement diatas kepalaku, lalu duduk dengan nyaman di kursi business class ini.
Aku menyandarkan punggungku dengan nyaman di kursi ini. menarik nafasku dalam – dalam dan menghembuskannya perlahan.
4 jam penerbangan, dan aku akan segera bertemu dengan anak dan.. calon istriku.
****
Zara,
Pagi – pagi sekali, aku melihat tante Sarrah sudah sangat sibuk menata kamar tamu. Kamar yang selama ini memang di biarkan kosong, tiba – tiba di tata dan dibersihkan sedemikian rupa oleh tante Sarrah. Dia mengganti sprei dan bed covernya, menjemur carpet dan memvacum lantainya sampai ke sudut paling terpencil agar bebas dari debu apapun. Mengelap semua permukaan, menyikat kamar mandinya sampai bersih mengkilat.
Aku heran, apakah ada kedatangan seseorang yang ditunggu?
Aku sedang bersiap – siap akan mengantarkan Arsya ke sekolah, lalu lanjut untuk ke toko kue ku. tante Sarrah dan om Hendra tampak bersemangat sekali melakukan pekerjaan rumah tangga itu. Aku bahkan mengerutkan keningku, kenapa om Hendra tidak pergi bekerja? Om Hendra memang sudah lama pensiun, tapi dia melanjutkan pekerjaan sebagai tenaga administrasi di sebuah universitas. Indahnya hidup disini adalah, selalu ada lapangan pekerjaan untuk usia lanjut, dan disabilitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...