Zara,
Sebenarnya, bukan Gavin yang menolak untuk menjemputku. Tapi aku yang menolak untuk dia jemput. Karena aku tahu, dia hanya akan menjemputku dengan kecemburuan yang membabi buta. Aku banyak menelan sakit hati, atas kata – kata Gavin belakangan ini. kecemburuannya, bisa membuatnya memuntahkan berbagai kata – kata yang kasar. Seolah – olah perasaanku, bukan lagi sesuatu yang perlu di pertimbangkan olehnya.
Me: aku diantar pulang sama bang Adrian, sudah OTW.
Gavin : ada apa dengan aku yang jemput?
Me : please Gavin, we had enough fight... aku pusing rasanya. I need a break.
Me : letting you know as soon as I arrived home... love you.
Bang Adrian fokus menyetir, Arsya duduk manis di belakang, sambil memainkan patung Godzilla berbahan karetnya. Yang menurut bang Adrian adalah miliknya, ketika dia SMA dan tadinya dia pajang di meja kerjanya, sekarang sudah menjadi hak milik Arsya. atas paksaan Arsya tentunya.
"ekspansi toko roti kamu gimana?" tanyanya memecah keheningan. Aku yang sedang termenung, langsung menoleh.
"ah.. masih draft kasar itu bang, modalnya belum cukup. Buka satu kios roti paling nggak butuh 50jutaan bang" ucapku, bang Adrian mengangguk.
"btw, perusahaan makanan siap saji papi kamu dulu, dia lepas sahamnya 10%. Jualnya murah banget, abang rencananya ambil. Kamu gak keberatan kan?" tanya bang Adrian padaku, aku sebenarnya cukup kaget, kenapa bang Adrian ber investasi disitu?
"sawit masih gak cukup bang?" aku tertawa, aku baru tahu kalau bang Adrian ini gila investasi. Tidak heran, dia sangat mapan. Tapi penampilan sehari – harinya cenderung biasa saja, barang – barangnya tidak terlalu mewah. Kecuali mobil yang dia gunakan sehari – hari ini.
"ya.. kalau ada peluang kenapa nggak?" jawabnya "soal toko kue kamu, kalau memang kamu butuh investor,abang bisa bantu carikan. Kebetulan Kanaya lagi cari bakery chain yang masih kelas kecil, dia kepingin punya satu, karena bikin sendiri gak berani katanya" bang Adrian diam sejenak karena fokus memperhatikan jalanan.
"kalau kamu mau, si Naya siap jadi pemodal pertama. Coba aja kapan ngobrol sama Naya. Abang juga mau sih, tapi mungkin nanti kali yah yang cabang kedua atau ketiga, abang kadung invest di Snackindo, rencana mereka mau ekspansi ke frozen food, kan nama Snackindo nya juga mau dirubah"
Mendengar Snackindo akan punah, seketika ada rasa sedih di hatiku. Itu peninggalan papi dan tidak bisa ku selamatkan. Aku termenung, bang Adrian menoleh sekilas kepadaku.
"hey... did I make you sad?" tanyanya padaku, dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap bahuku. Aku menggeleng, tapi air mata tidak bisa berkompromi. Dia menepikan mobilnya sejenak, melepas seatbelt nya dan menarikku kedalam pelukannya.
"baby, tell me what's wrong?" bisiknya begitu lembut, dan malah semakin membuatku menangis "ssshh... it's okay... I'm here sweetheart I'm here" ucapnya mengusap lembut punggungku. Aku melepaskan diri dari pelukannya, tangannya merangkum wajahku, mengusap lelehan air mataku dengan ibu jarinya. Aku melihat ke belakang ternyata Arsya sudah tertidur.
"aku gagal jaga peninggalan papi, seharusnya aku bisa jaga perusahaan papi as my legacy. Tapi aku gagal. Dan sekarang nama itu akan hilang, bersamaan dengan original ownernya" aku tertawa miris "andai aku gak menghilang 6 tahun, dan memutuskan untuk pulang dan belajar mengelola perusahaan papi, semuanya gak akan begini"
Bang Adrian tertunduk, menarik napasnya dalam – dalam lalu menghembuskannya perlahan "Zara..." panggilnya lirih "abang gak tahu dengan cara apa harus minta maaf. I'll do whatever it takes" ucapnya dengan nada sarat akan penyesalan "salah satunya, ya beli sebagian kecil saham perusahaan papi. Walau namanya memang hilang, tapi.. setidaknya masih ada jejak papi kamu disitu" dia membesit hidungnya, seperti menahan tangis "I'm sorry baby.. I'm sorry" dia menariku kembali kedalam pelukan hangatnya "it's all my fault, kalau abang nggak..." dia tergugu menangis, tidak mampu meneruskan kata – katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...