LAST PART

12.7K 810 32
                                    

Adrian,

Jika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada kuasa manusia walau hanya satupun yang bisa mengalahkannya. Sebagai manusia kita hanya bisa memohon atas keridhoan Allah, atas setiap keinginan kita. Memanjatkan doa sebanyak – banyaknya dan berjuang sekeras – kerasnya.

Begitupun aku, aku sangat berharap bisa menikah dengan Zara sebelum kembali ke Jakarta, semisalpun aku harus berpisah sementara, setidaknya aku sudah tenang karena Zara sudah sah menjadi istriku. Setiap malam aku bertahajud memohon kepada Allah agar aku dibukakan kemudahan dan jalan sesuai harapanku. Walau kalau memang hasilnya tidak sesuai keinginanku, aku tentu saja harus ikhlas menerima.

Karena Allah lah sang penentu.

Tapi itu tidak menyurutkan usahaku untuk terus berdoa. Ya, apalagi yang manusia bisa lakukan selain berdoa? Setelah segala upaya ku kerahkan, sisanya hanya berdoa yang ku bisa.

Aku tahu mungkin aku harus long distance beberapa saat dengan Zara setelah ini, karena Zara sedang menunggu perpanjangan izin permanent residence nya di kabulkan. Sebenarnya aku keberatan Zara masih menyandang PR disini, tapi dia menjelaskan bahwa dia harus terus menjaga status PR nya demi Arsya dan bisnisnya. Karena bagaimanapun Arsya akan memegang dwi kewarganegaraan sampai usia 18 tahun. Zara tetap harus memiliki full access untuk bisa keluar dan masuk negara ini.

Me : fotoin Ki.. dikit aja gak pa-pa deh.

Kinan : nggak

Me : please...

Kinan : nggak nggak nggak... jangan ngerusak acara deh

Me : pelit lu ah

Kinan : gue aduin Adam ya ngatain ibu hamil

Me : makanya ibu hamil jangan pelit dong.. fotoin dong...

Kinan : kalau kata orang jaman dulu, pamali.. bhaaaay

Me : dikit kiiii

Kinan : *picture sent*

Me : apa'an tuh cuma kakinya!!

Kinan : LOL

Aku hanya tertawa membaca balasan pesan Kinan. Aku sudah seminggu tidak bertemu dengan Zara, walau aku masih diperbolehkan bertemu dengan Arsya. tapi aku tetap kangen dengan mommynya Arsya juga. aku kembali menginap di hotel, atas perintah papa dan mama. Mereka sudah menyusul dari seminggu yang lalu. Arsya pun kami boyong ke hotel, karena dua hari pertama dia sukses mengamuk karena daddy nya tidak boleh bertemu mommynya.

Alasan kami di pingit adalah, agar tidak melakukan hal – hal yang tidak baik. Seperti bertengkar, berbicara yang tidak – tidak, dan tentu saja... melakukan yang tidak – tidak.

Padahal aku tidak menyentuh Zara sama sekali sejak aku tiba di kota ini. walau jujur saja, menemukan fakta Zara masih mencintaiku, dan cintaku berbalas seperti ini, dorongan – dorongan untuk berbuat lebih tentu saja ada. Tapi aku berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Aku harus menjaganya sampai kami benar – benar halal satu sama lain.

Aku merapihkan pakaianku, mengancingkan kain pada lenganku dan mengenakan jas berwana hitamku. Adam membantuku merapihkan bow tie ku dengan sangat serius, "ck.. gila... ganteng banget lo.. naksir gue" selorohnya menggodaku sambil menepuk kedua lenganku dan tertawa. Hanya Adam yang ku punya disini saat ini. Aku masih ingat amukan Kanaya karena menikah di Perth, dan aku berjanji akan menggelar resepsi di Jakarta juga. Dan Kanaya memaksa bahwa dia yang akan merancang pesta pernikahan ku nanti.

"maaf mas.. saya gak minat sama bapak 3 anak" selorohku yang disambut tawa membahana Adam. lalu dia menepuk pundakku dengan kedua tangannya.

"beres... ganteng banget lah, lancar ini pasti ngomongnya. Habis ini tinggal nambahin adek deh buat Arsya"

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang