PART 23

6K 778 10
                                    

Adrian,

Sesampainya di sekolah Arsya, kami disambut dengan musik – musik yang bertemakan cinta kasih, antara ayah dan anak. Suasana dekorasi tentang super heroes yang di buat seolah – olah, setiap ayah adalah pahlawan. Namun ada satu hal yang membuatku hatiku tercubit.

Ada sebidang dinding, yang di tempeli foto – foto tentang keakraban ayah dan anak, ada yang sedang bermain sepeda bersama, ada yang sedang di gendong, ada yang sedang tertidur berdua dan macam – macam. Aku menelusuri satu demi satu foto itu, dan aku tidak menemukan fotoku dan Arsya.

Ya, mana mungkin Zara akan menyerahkan fotoku dan Arsya kan? Bahkan undangan ini, akhirnya disampaikan padaku, karena Arsya yang murung.

"Hi, Arsya..." seorang wanita bule berjongkok dan merentangkan tangannya lebar, Arsya memeluknya erat dan wanita itu dengan hangat menyambut pelukan Arsya. Sepertinya dia guru, karena memakai pakaian yang seragam dengan beberapa orang lainnya.

"Miss... this is my Daddy!!!" pekik Arsya kegirangan, wanita yang dipanggil Miss oleh Arsya, sempat agak terkejut, lalu mendongakan kepalanya. Umum memang biasanya, di kalangan para orang barat, mereka saling terbuka saja perihal keadaan sang anak. Diluar negeri sana, banyak anak yang besar tanpa ayah, ada yang bahkan hanya diasuh kakek dan neneknya.

Wanita itu berdiri dan menyalami ku, aku membalas jabatan tangannya "I'm Adrian" sapaku, diapun memperkenalkan dirinya sebagai Ms. Amelie. Disekolah ini, semua guru wanita akan dipanggil Miss, dan guru pria dipanggil Mr. Kami diarahkan untuk berkumpul di kelas masing – masing anak, didalamnya sudah tersedia berbagai macam makanan dan minuman. Tapi uniknya, disitu interaksi ayah dan anak diciptakan, karena mereka menyediakan roti tawar dan berbagai selai, jadi sang ayah dipaksa untuk membantu anaknya menyiapkan roti untuk mereka. Aneka rasa minuman dalam dispenser dan gelas plastik, sehingga sang ayah juga harus membantu anaknya.

Arsya tampak girang luar biasa, dia memintaku membantunya mengoleskan selai strawberry di rotinya, bahkan berbagai macam cetakan roti juga disediakan, jadi anak – anak akan memilih rotinya akan dicetak bentuk apa. Arsya meminta rotinya dicetak berbentuk kepala teddy bear. Kami duduk bersila diatas karpet, menikmati roti yang kami buat tadi, sambil meminum susu cokelat dingin.

Para ayah saling memperkenalkan diri, mengobrol berbagai macam, mulai dari kesibukan mereka sampai menceritakan tingkah polah anaknya. Aku memang hanya menjadi pendengar disini, karena tidak banyak yang bisa kuceritakan pada Arsya.

"okay, class... welcome daddies.... now we're going to start our acvtivity, but first what we have to do...?" tiba – tiba seorang wanita yang agak lebih muda dari wanita yang tadi menyambut kedatangan kami, berbicara lantang didalam kelas, dengan intonasi bicara yang memancing perhatian semua orang.

"prayyyyy....." sahut anak – anak semua, sepertinya itu memang rutinitas mereka didalam kelas, jika miss bicara sesuatu dan maka mereka sudah tahu jawabannya apa.

"okay.. who wants to lead..?" Miss tadi mengangkat tangannya, sambil memindai setiap anak satu per satu, siapa yang volunteer bersedia memimpin doa. Aku melihat Arsya dengan sigap mengangkat tangannya tinggi – tinggi, aku pun bangga melihat keberaniannya.

"okay... Arsya...." ucapnya sambil bertepuk tangan, aku pun ikut bertepuk tangan. Arsya melangkah maju ke depan, anak – anak lain sudah duduk rapih dipangku ayah masing – masing. Aku mengacungkan dua jempolku padanya, dia tersenyum padaku.

Miss yang mendampingi duduk disebuah kursi kecil agar tingginya sejajar dengan Arsya, dia membisikan teks agar Arsya mengikuti nya perlahan – lahan.

"O Allah, open to us your wisdom and pour us Your mercy, as your mercy is the very Essence of Mercy.

Give me your knowledge and your sustenance for the understanding. Make me belong to the comity of pious people.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang