Part 5

9.2K 988 56
                                    

Aku baru saja bercerai selama 6 bulan, dan apa yang datang ke mejaku? Undangan. Sebuah undangan pernikahan mantan istriku dan seseorang yang sudah bisa ku tebak, Rendy.

Bahkan aku tertawa sumbang melihat undangan itu, tidak butuh waktu lama rupanya untuk menerima undangan itu. Bahkan dari orang nya langsung.

"woow... that's super fast" respon ku saat menerima undangan itu.

"Yan... that's harsh..." ucap Evelyne dengan wajah yang seperti menahan malu, aku sendiri yakin, dia melangkah ke kantor ini dan menyerahkan undangan itu saja, sudah mengumpulkan segenap nyali.

"sorry.. didn't mean to... congrats ya..." aku bersandar pada kursi kerjaku, menatapnya intens, bukan, aku bukan masih cinta padanya, bahkan aku meragukan motivasi ku menikahinya, karena cinta? Atau hanya karena aku merasa dia dan aku adalah, pasangan yang serasi dan layak dipersandingkan. Tapi melihatnya yang sedari tadi seperti blingsatan, aku merasa ada sesuatu yang terjadi.

"kamu kenapa sebenarnya?" tanyaku lagi, sebuah pertanyaan biasa sebenarnya, hanya entah kenapa, Evelyne seperti baru saja mendapat sebuah penghakiman.

"bilang aja Eve, kayak sama siapa aja kamu" aku menyesap secangkir teh panas yang dihidangkan diantara kami ini. Evelyne tampak menghela napasnya gusar, sepertinya kursi itu sudah membakar pantatnya, sampai – sampai dia tidak bisa duduk dengan tenang disitu.

"aku hamil" ucapnya cepat, sambil membuang pandangan ke arah lain, tidak berani menatapku. Aku terkekeh dan menganggukan kepala berkali – kali.

"he definitely can do it, ya? berarti keputusan kamu tepat" aku menghembuskan napasku kencang "untung gak pas masa idah Eve, salah – salah kita disuruh rujuk lagi"

Dia menatapku dengan raut wajah penuh amarah "kamu bisa kan Yan, gak usah sekasar itu? Aku depresi denger kamu kayak gitu, aku bingung, aku kalut..."

Aku mengangkat tanganku tanda aku menyerah "sorry ... sorry... oke ..oke... kita gak usah bahas itu lagi ya".... "yang penting sekarang kamu jaga diri kamu, semoga kalian sehat – sehat... dan soal ini" aku mengangkat undangan diatas meja itu "aku pasti datang"

Evelyne tampak menahan tangisnya setengah mati, nafasnya terengah – engah, bahunya naik turun tak beraturan. Aku beranjak menghampirinya, mengusap punggungnya lembut, bagaimanapun wanita ini pernah mengisi hari – hariku dengan baik.

Jujur ego ku tersentil ketika mendengar alasan dia menikah dengan Rendy dalam kurun waktu sedekat ini adalah, karena dia hamil. Seolah – olah semacam penegasan atas ketidak mampuanku. Bahkan dalam hitungan bulan. Aku tidak tahu persis sejak kapan mereka mulai melakukan permainan kotor ini dibelakangku, yang jelas Evelyne sudah sukses hamil anak mereka.

Label Adrian mandul, semakin jelas tertancap di keningku.

****

"lo gak mandul Yan... camkan itu, masih curable kondisi lo..." Barra berusaha membesarkan hatiku, aku memang menceritakan padanya soal kedatangan Evelyne dan undangan pernikahannya.

"yeah rite... dan cowo itu dalam sejentikan cari berhasil bikin Evelyne hamil, Bar" ucapku sambil melempar pakan ikan kedalam kolam ikan Koi yang ada di halaman samping home office Barra. kami memang mengobrol disini, Kanaya memberi kami privacy untuk mengobrol bebas.

"beruntung deh lo Bar, kayaknya istri lo, tinggal satu – satunya perempuan yang kesisa, yang mau nerima suaminya apa adanya"

"coba di balik lah pola mikirnya Yan, berarti Evelyne gak worth it buat lo. Jelas – jelas ini bisa disembuhkan kok. Buktinya gue sembuh, ya walau gue dapet anak lewat IVF ya, tapi intinya bisa kan? Dan gue masih terus therapy karena memang kami rencana mau IVF lagi dalam 2 tahun kedepan"

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang