6 tahun yang lalu...
Masa tinggalku hanya tinggal 3 bulan lagi disini. masa tinggal yang biasanya di manfaatkan oleh para mahasiswa international, untuk menyelesaikan segala tetek bengek administrasi disini, dan mempersiapkan kepulangan mereka. Terkadang sisa waktu ini, juga kami manfaatkan untuk lebih banyak meng eksplorasi kota Leiden.
Aku sendiri? Aku sambil menyelesaikan segala administrasi dan persiapan wisuda, aku juga mempuas – puaskan diri untuk mengunjungi beberapa tempat, yang mungkin tidak akan ku kunjungi lagi dalam waktu yang lama.
Aku sangat menyukai suasana kampusku, klasik, nyaman, tenang. Benar – benar suasana belajar yang nyaman. Dari semua bagian kampus, aku paling suka area library. Aku bisa menghabiskan waktu berjam – jam di library. Aku lebih memilih mengerjakan tugas di library, dari pada dirumah.
Hari ini aku harus mengurus pendaftaran wisuda ku, seperti menyewa toga dan lain – lainnya. Sekalian aku juga memuaskan mataku, memandangi setiap sudut kampus ini. bangunan klasik yang sarat akan sejarah, dan tentunya, mahasiswi – mahasiswi nya yang cantik – cantik ini.
Aku tidak menampik, sempat berkencan dengan satu dua orang disini. kami sama – sama dewasa, jadi sama – sama tahu kebutuhan kami. Selama aku disini, tidak ada hubunganku dengan wanita – wanita itu yang melibatkan status atau label yang disematkan.
Sampai aku bertemu dengan gadis ini, gadis yang sekarang sedang berusaha membawa tumpukan buku yang sangat tinggi dengan susah payah. Aku sudah memperhatikan gadis ini, sejak dia melangkah memasuki library ini. ini sungguh bukan aku, aku tidak pernah mengikuti perempuan seperti ini, aku sudah seperti stalker.
Dari wajahnya sepertinya dia orang Indonesia, tapi aku tidak bisa benar – benar memastikan sampai aku sukses berkenalan dengannya.
Dia meletakan tumpukan buku yang kurang lebih sekitar 6 buku itu di lantai, bahkan 6 buku itu saja sudah super tebal. Dia masih mau mengambil beberapa lagi. Dan kali ini, buku yang ingin dia ambil jauh dari jangkauan tinggi tubuhnya.
Aku semakin tersenyum melihat usahanya menggapai buku itu, aku berjalan mendekatinya perlahan – lahan. Aku benar – benar seperti penguntit.
"tinggi banget sih, orang gila mana yang naro buku setinggi ini, mana gak ada stool sama sekali gini" rutuknya yang lebih terdengar seperti mengomel, aku pun terkekeh pelan mendengarnya, she's so adorable.
Lihatlah wajahnya, yang cantik dan bermata bulat indah itu, dengan rambut yang dikuncir kuda, dari tadi goyang kanan kiri mengikuti langkahnya. Berbeda dengan wanita – wanita yang kemarin ku kencani, gadis ini bahkan tidak ber makeup sama sekali, hanya pulasan super tipis sepertinya.
Aku mensejajari nya, dan mengambil buku itu, dia tampak terkejut dan mengerjapkan mata ke arahku. Aku pun menunduk memandangnya dan tersenyum.
Biasanya wanita akan luluh lantak kuberikan senyuman ku ini, mematikan kalau kata teman – temanku. Menurut mereka, sekali aku senyum, wanita akan rela melompat ke ranjang dan membuka habis pakaian mereka lalu menyerah kalah kepadaku.
Dan wanita di hadapanku ini, bukannya membalas senyumku, malah mengernyitkan keningnya. Sepertinya, senyumanku kurang mempan untuknya? Atau jangan – jangan dia masih dibawah umur?
Jadi aku tampak menyeramkan dimatanya?
"sorry, do you mind...?" dia menunjuk buku yang ada ditanganku "I need that, and that's the only one left on the shelf" dia menatapku dengan wajah takut – takut. Aah.. ternyata dia lebih perduli dengan buku di tanganku dari pada senyuman mautku.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...