Adrian,
Semenjak kebohongannya terbongkar, Zara benar – benar menjaga jarak denganku. Dia banyak menghabiskan waktunya di lantai dasar. Arsya terus menempel padaku. Setelah kuperhatikan memang wajahnya tampak sedikit pucat, bawah matanya sedikit cekung. Dia yang biasanya lincah, hari ini bermain dengan banyak menggelendot manja padaku.
Aku sendiri takjub, secepat itu Arsya merasa nyaman padaku. Seolah – olah aku sosok yang sudah tidak asing lagi baginya. Seolah – olah kami sudah lama saling mengenal.
"Sya.. do you want something?" tanyaku padanya, dia tampak lesu, bersandar manja di dadaku, kepalanya mengangguk pelan. Ku pegang keningnya sedikit terasa hangat.
"what do you want?" tanyaku lagi, dia mendongak menatapku.
"I want mommy's mac n cheese" jawabnya, lalu kembali mengamati tumpukan legonya. Aku mengecup keningnya.
"okay, stay here, ya, I'll tell mommy" aku mengusap lembut kepalanya, dan memastikan dia bisa ku tinggal sebentar dengan aman.
Aku menuruni lantai 2 toko ini, mencari – cari Zara. Para staff memandangku dengan tatapan penuh tanda tanya, karena ini kali kedua aku berada disini, didalam ruangan Zara berjam – jam. Bahkan aku sudah menggulung lengan kemeja sampai ke siku dan melepas dasiku.
"lihat Zara?" tanyaku pada salah satu staff yang sedang berjaga di etalase bakery. Dia menjawab kalau Zara sedang mengawasi pastry kitchen, dan menunjukan dimana letaknya. Bakery and Cafe milik Zara ini memang menyediakan berbagai macam cakes, pastry, bread dan beberapa menu hot food seperti pasta, aneka panganan pendamping nasi, dan finger food.
Aku mengintip kedalam pastry kitchen, dan melihat Zara yang sedang memberikan instruksi didalam. Aku bisa mengamati nya lewat lubang kaca sebesar kepala orang dewasa, yang ada di pintu. Aku melambaikan tangan ke arahnya, salah seorang staff memberi tahu Zara akan keberadaanku. Zara menghampiriku.
"kenapa?" tanyanya dengan singkat dan datar. Aku belum mendapatkan senyum, barang seulas pun sejak kami bertemu. Dia selalu menatapku dingin.
"Arsya laper, dia mau Mac n Cheese buatan kamu" jawabku,
"okay.. bilang dia tunggu sebentar, aku masih kasih instruksi pesanan ke kitchen" dia membalikan badannya, akan masuk kembali kedalam kitchen, tapi pintu nya kutahan. Dia menatapku dengan alis berkerut.
"abang boleh juga gak? Laper" pintaku sambil menerbitkan cengiran penuh permohonan. Sungguh, aku bukan bermaksud merayu, tapi aku memang lapar. Tadi siang sewaktu meeting, aku tidak sempat makan benar.
Zara menghela napasnya kesal, tatapannya padaku sangat tidak ramah "oke .. oke.. abang pesan aja ke counter, tapi boleh diantar ke atas ya? abang beneran belum makan siang" dari pada dia semakin kesal padaku, lebih baik aku menyerah saja.
"gak usah, aku buatin sekalian. Mau minum apa?" tanyanya ketus, wajahnya jangan ditanya, masih tidak ada ramah – ramahnya. Aku tersenyum, bukan senyuman penuh kemenangan, tapi senyuman bahagia.
"orange juice aja" jawabku, dia lalu membalik tubuhnya tanpa mengatakan apa – apa.
Aku berjalan ke arah etalase cakes, pastry and bakery, melihat – lihat berbagai macam jenis kue – kue disitu. Aku ingin sesuatu untuk mengganjal perutku, aku benar – benar lapar. Akhirnya aku menunjuk roti dengan topping seperti pizza dan satu buah cinnamon roll dengan topping almond.
Saat aku akan membayar, staf kasir yang seorang gadis berkisar usia awal 20an bertanya padaku. "mmm... bapak, siapanya bu Zara?" aku yang sedang membuka dompet mengeluarkan kartu debit, hanya menaikan alisku heran, untuk ukuran staff dia cukup berani menanyakan hal pribadi atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...