Adrian,
Aku mempersiapkan semuanya, aku sudah memesan beberapa jenis makanan, dan mempersiapkan untuk makan siang. Mereka janji akan datang pukul 8 pagi, karena ingin berenang dulu. Sekarang sudah jam 7 pagi, aku menyiapkan beberapa makanan light bite, seperti sosis, nugget, kentang goreng dan bitter ballen. Tentunya semuanya aku beli dalam bentuk frozen food, tidak mungkin aku bisa memasak semuanya sendirian. Aku sudah menyiapkannya di meja makan dalam beberapa kotak bekal, nanti bisa dibawa turun ke area kolam renang.
Aku memastikan seluruh ruangan rapih, memastikan kamarku dan kamar Arsya juga sudah rapih. Ini pertama kali Zara menginjakan kaki di apartemenku, aku harus membuatnya merasa nyaman. Aku sudah menitipkan kartu akses pada security dibawah, kalau Zara datang agar diberikan saja.
Aku mendengar suara ketukan di pintu, aku bergegas membukanya, seketika pintu terbuka Arsya langsung merangsek masuk kedalam "daddy!!!!" pekiknya, aku langsung mengangkatnya dalam gendonganku dan menciuminya.
"salam nya mana?" tanyaku
"Assalamualaikum" ucapnya, aku mengacak gemas kepalanya "waalaikum salam, little boy"
Aku melihat ke arah pintu, Zara berdiri membawa beberapa kantong belanjaan dan sebuah tas ukuran sedang, aku tebak isinya peralatan Arsya untuk menginap.
"Hi Ra.. ayo masuk ngapain di pintu" aku melambaikan tanganku memberi kode agar dia masuk, dia tampak terhenti langkahnya. Dia melirik ke arah lain terus, aku akhirnya melangkah keluar pintu, ternyata ada Gavin yang sepertinya enggan kedalam, dan berpura – pura sibuk dengan ponselnya.
"Hi mate.. please come in.. ayo lah pakai sungkan – sungkan kalian" ucapku sambil melambaikan tangan pada Gavin juga, lalu berbalik dan melangkah masuk kedalam. Terserahlah, yang penting aku sudah mengajak. Dia sudah tidak perlu di bujuk seperti Arsya kan? Kalau tidak mau masuk, buat apa kesini?
Akhirnya Zara melangkah masuk, dan menahan pintu agar tetap terbuka, sambil menatap Gavin, seperti memberi kode agar dia ikut masuk.
Pria itu akhirnya menyerah, dan melangkah masuk kedalam unit ku "make yourself comfortable, gausah formal – formal santai aja, sorry agak berantakan, belum sempat panggil cleaner" ucapku sambil menurunkan Arsya dari gendonganku.
"daddy do you have strawberry milk?" teriaknya sambil berlari ke arah pantry.
"Arsya..." tegur Zara, aku mengedipkan mataku memberi kode kalau itu tidak masalah, ini rumahnya juga. Arsya sudah sigap membuka lemari pendingin, memindai harta karunnya disana.
"mommy... can I have jelly? Can I .. can I.. can I...?" ucapnya sambil berlari ke arah Zara dan membawa sekantong kecil jelly berbagai rasa.
"ask daddy" ucapnya, lalu Arsya menatapku penuh harap.
"have you had your breakfast?" tanyaku, dia mengangguk mantap, aku menatap Zara, dia juga mengiyakan "well then, enjoy it" ucapku, yang diikuti dengan sorak gembiranya. Dia langsung asik duduk di karpet depan TV dan meminta tolong Zara untuk membuka bungkus jelly.
Aku melihat Gavin duduk dengan kaku di single sofa depan TV, aku sedang sibuk mengeluarkan berbagai capsule mesin kopi instan, ada berbagai rasa Americano, Espresso, Mocha, Chococino, Cappuccino dan latte macchiatto. Aku menata capsule – capsule itu di sebuah nampan kecil, dan mengeluarkan beberapa cangkir.
***
Zara,
Aku tidak memaksa Gavin untuk ikut hari ini, aku membebaskannya, yang jelas dia ikut atau tidak ikut, aku akan tetap menemani Arsya mengunjungi daddy nya. Bukan aku yang mempersulit keadaan, tapi mami dan Gavin lah yang mempersulit keadaan. Aku bisa saja, membiarkan bang Adrian berkunjung dan bermain bersama Arsya dirumah. Tapi mami selalu berpandangan sinis pada bang Adrian. Bahkan, sampai sekarang mami belum bisa diberi pengertian, kalau Arsya sangat membutuhkan daddynya, more than anything. Bahkan saat ini, aku merasa Arsya lebih butuh daddy nya dari pada aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
chasing you back ( where are you Zara?)
RomanceWarning! Adult content 21+ Penyesalan selalu datang terlambat. Sesuatu yang berharga, baru akan terasa ketika sudah kehilangan. Bagaimana cara mendapatkannya kembali? Adrian Kamil Nasution : Dosaku ke Zara terlalu besar, bahkan mungkin tidak termaaf...