PART 14

6.9K 803 9
                                    

Adrian,

Sudah pukul 8 pagi, aku dalam perjalanan menuju bandara international Soekarno Hatta. Aku akan dinas di Singapore selama 3 hari 2 malam. Aku bangun kesiangan, kemarin selepas kantor aku menyusul Arsya di cafe, aku belum packing. Sebenarnya tidak banyak bawaanku, tapi tetap saja, aku harus memastikan tidak ada dokumen yang tertinggal. Aku dalam perjalanan menuju bandara diantar supir. Aku mendengar ponsel ku berdering, masalahnya, ponsel ku dari tadi ku cari – cari tidak ada di sekitarku.

Hanya berdering satu kali, lalu tidak ada panggilan lagi, yasudahlah, nanti saja setelah turun, paling tidak dia ada di sekitar sini, jadi ponselku tidak tertinggal.

Selesai menurunkan koper dan ransel ku, aku merogoh setiap kantong yang ada, mencari keberadaan ponselku. Ternyata, aku memasukan ponselku kedalam ransel, mungkin karena tadi kesiangan jadi aku asal melempar barang – barang kedalam tas. Aku melakukan check in terlebih dulu, lalu berjalan menuju executive lounge.

Aku membuka ponselku, satu panggilan tidak terjawab 'MyZara' tulisannya. Aku sampai mengucek mataku berkali – kali, aku memang kurang tidur, tapi mataku selalu sehat, aku selalu memeriksakan mataku rutin, dan tidak pernah ada minus atau silinder, jadi aku tidak mungkin salah membaca.

Panggilan telepon tersambung, tidak diangkat. Aku mencoba sekali lagi.

"hallo.." jawab di seberang sana.

"Ra.. tadi telepon abang?"

Aku mendengar helaan napas kesal "iya, aku telepon"

Senyuman mengembang dijawahku "kenapa Ra? Arsya gak apa – apa?"

"Arsya gak mau sekolah, dia nyariin kamu" jawabnya dengan nada ketus.

Aku melirik jam tanganku, masih 30 menit sebelum boarding "abang video call boleh? Abang 30 menit lagi boarding"

"kay.." jawabnya malas.

Aku menukar panggilan dengan video call, tampak Arsya dengan seragam sekolahnya, duduk dengan wajah kusut di sofa ruang kerja Zara. Sepertinya Zara memutuskan untuk tidak bersekolah saja.

"hello buddy..." sapaku, dia memasang wajah cemberut yang menggemaskan, matanya masih basah, hidungnya masih menarik – narik ingus akibat menangis, sesekali Zara menyeka ingus di hidungnya. "oow... my good boy... stop crying" pintaku lembut.

"where are you..." tanyanya dengan wajah masih kesal, aku tertawa melihat ekspresi wajah menggemaskanya. Ternyata begini rasanya pergi dinas meninggalkan anak, di kangeni.

"me..? at the airport... I'll be home on Friday night" tanpa ku duga – duga tangisnya kembali pecah. Aku melihat tubuhnya terangkat, ternyata Zara menggendongnya dan berusaha menenangkannya dalam pangkuannya. Sepertinya ponsel nya di letakan di suatu tempat menghadap mereka. Pemandangan terindah dalam hidupku, anakku merindukan ku, dan aku berharap wanita yang disebelahnya itu, ibu dari anakku, yang seharusnya juga berstatus istriku, betapa lengkapnya hidupku bila itu terjadi.

"hey... it's only three days... come on.. we promise to meet on Saturday, right?" dia mengangguk pelan, masih menatap ke layar ponsel sambil air matanya bercucuran deras, kepalanya bersandar pada dada ibunya. Tangan Zara sesekali mengusap lembut kepalanya.

"where do you want to go on Saturday?" tanyaku, dia tampak mengerutkan alisnya berpikir "we can go swimming, or to the playground?" dia tiba – tiba melompat dari pangkuan ibunya, wajahnya yang masih memerah basah air mata mendadak ceria.

"playground... playground I want playground..." soraknya dengan sedikit berteriak, bahkan orang yang duduk disebelah ku sampai tertawa menoleh kepadaku, aku mengucap sorry tanpa suara kepadanya.

chasing you back ( where are you Zara?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang